Friday, July 16, 2010

Aku, Kamu, dan Dia


Persahabatan yang kita miliki memang sangat indah. Semua berawal dari pertemuan yang tidak disengaja, saat kamu dan dia sama-sama mencari tempat istirahat di taman ini. Tiga sosok asing, tiga pekerjaan berbeda, tiga sifat berbeda, namun berada pada frekuensi hati yang sama. Pertemuan itu menjadi awal pertemuan rutin kita bertiga sebagai pelepas penat setelah bekerja seharian. Di taman ini, semakin lama, persahabatan kita semakin erat. Berbagi suka, duka, tawa, tangis, dan canda.

Semua menjadi terasa berbeda saat perasaan aneh ini tumbuh di hatiku. Ah tampaknya aku mulai mencintaimu. Tapi tidak, aku tidak akan merusak persahabatan yang indah ini hanya karena keegoisanku. Biarlah perasaan ini kusimpan sendiri saja.

Namun ternyata dia pun memiliki perasaan yang sama sepertiku terhadapmu. Berbeda denganku, dia langsung menyatakan perasaan cintanya padamu. Maka hari-hari setelah itu adalah hari yang penuh penderitaan bagiku. Memang tidak ada yang berubah pada persahabatan kita. Tapi di setiap pertemuan, aku harus menutupi perasaan tersiksa ini melihat kemesraan kalian berdua.

Sampai suatu hari, layaknya pasangan-pasangan normal lainnya, masalah pun datang pada kehidupan percintaan kalian. Tentu saja aku yang menjadi tempat bagi kalian berkeluh kesah. Kamu menceritakan perlakuan dirinya kepadamu yang kamu anggap telah menyakiti hatimu. Dia pun menceritakan kejadian yang sebenarnya kepadaku. Masalah yang kalian hadapi ternyata hanya karena kesalahpahaman. Aku menemukan setitik harapan melihat berkurangnya kemesraan kalian berdua.

Hari ini kita bertemu lagi. Kali ini kamu yakin untuk meninggalkan dirinya. Apa yang aku perbuat? Tentu saja aku mendukung keputusanmu. Tapi perasaanku tidak dapat berbohong. Bukan hanya perpisahan yang membuatmu menangis tersedu-sedu saat bersender padaku, tapi juga ada sakit yang sangat dalam karena merasa dikecewakan oleh dirinya.

Melihatmu menangis seperti ini membuat hatiku lebih sakit daripada saat-saat aku melihat kemesraan kamu dan dia.

Seharusnya aku tidak membiarkan ini terjadi. Seharusnya aku membantu menyelesaikan permasalahan kedua sahabatku. Menjelaskan bahwa semua yang telah terjadi hanya karena kesalahpahaman.

Sebelum aku selesai menimbang-nimbang apa yang akan kulakukan, kamu sudah terlanjur pergi.

Apa yang aku lakukan sekarang? Aku diam saja. Ya aku memang bukan sahabat yang baik. Aku tidak dapat berbuat apa-apa untuk mempertahankan kebahagiaan kedua sahabatku.

Karena aku hanyalah sebuah bangku di taman.

No comments :

Post a Comment