Monday, January 23, 2012

Merindukanmu Itu Seru

Dea, malam ini aku sangat rindu padamu. Bagiku, merindukanmu itu seru. Berbagai rintangan akan kulalui untuk menuntaskan rasa rinduku ini, bertemu denganmu.

Sudah pukul 11 malam, asrama ini sudah sepi, seluruh penghuninya sudah tidur. Tinggal beberapa penjaga yang bertugas memastikan tidak ada orang asing yang masuk atau murid yang keluar dari komplek sekolah dan asrama ini.

Bermodal obat tidur, aku bisa melalui rintangan pertama. Aku bisa keluar dari asrama ini dengan leluasa tanpa diketahui para penjaga. Selanjutnya aku akan berjalan sejauh tiga kilometer menuju jalan raya. Jika beruntung, aku akan berpapasan dengan kumpulan anak kampung yang masih sadar, diberi satu bungkus rokok biasanya mereka tidak akan macam-macam padaku. Tapi kali ini aku kurang beruntung, mereka sedang pesta minuman keras, terpaksa aku melewati mereka dengan cara mengendap-endap di balik semak-semak.

Perjalanan malam ini dilanjutkan dengan menumpang ojeg melawan dinginnya udara malam, karena tidak ada lagi mobil angkutan yang mengangkut penumpang selarut ini. Seperti biasa, aku tidak berhenti di depan komplek perumahan Dea, tapi di depan sawah yang bersebelahan dengan komplek perumahan Dea. Petugas keamanan yang berada di pos jaga tentu tidak akan mengijinkan aku bertamu selarut ini. Aku pun berjalan menapaki pematang sawah dalam kegelapan. Lalu memanjat benteng pembatas perumahan, tidak jauh dari rumah Dea.

Rintangan terakhir yaitu pagar rumah Dea. Aku tidak boleh gugup saat memanjat pagar, meskipun anjing di rumah sebelah menggonggong padaku.

Aku pun sampai di depan jendela kamar Dea. Kuketuk jendela itu, tidak terlalu pelan agar Dea mendengar, tapi tidak terlalu keras agar tidak terdengar ayah Dea.

Aneh, biasanya pada ketukan kedua Dea sudah membuka jendela, tapi sampai ketukan kelima jendela belum juga terbuka. Aku coba membuka jendela dari luar, ternyata tidak terkunci. Kaget sekali diriku mendapatkan kamar Dea yang kosong.

~~~~~

"Dia di kamar Dea.." kataku pada dua orang berseragam putih.

"Maaf Pak, karena kelalaian kami, Panji berhasil kabur lagi kesini.." kata salah satu petugas.

"Tidak apa-apa.. Malam ini biarkan Panji tinggal disini.. Besok pagi saya akan antar dia ke rumah sakit.." kataku.

"Oh baiklah kalau begitu. Terimakasih Pak.. Sekali lagi maaf.." kata petugas yang sama.

Aku membalasnya dengan senyum.

Dari dalam kamar Dea, terdengar suara lirih Panji. "Dea.. Dea.. Kamu dimana? Aku kangen.."

Aku mengintip dari balik pintu, menatap prihatin pada Panji yang kehilangan orientasi semenjak Dea meninggal empat bulan yang lalu.

15HariNgeblogFF Hari-12

2 comments :