Sunday, January 22, 2012

Tentangmu yang Selalu Manis

Aku masih menunggu di terminal keberangkatan luar negeri.

Tunggu bentar ya Van, jangan masuk dulu, bentar lagi gue nyampe.. Ada yang perlu gue sampein ke elo..
Begitu bunyi sms dari Fero, saat aku baru turun dari taksi yang mengantarku kesini. Sudah 20 menit sejak sms itu tiba, tapi Fero belum datang juga.

Fero. Menyebut namanya membuat otakku berputar kembali mengingat kenangan manis bersamanya.

~~~~~

"Van..! Van..!" seseorang memanggilku dari belakang. Aneh, aku belum mengenal siapa-siapa disini, tapi sudah ada yang memanggil aku.

Kulihat seorang pemuda berlari ke arahku. "Ya, ada apa? Ko elo tau nama gue?" tanyaku.

"Ini tanda pengenal lo tadi jatuh di gerbang.." dia memberikan sebuah kartu padaku.

"Oh thanks yah.." aku menerimanya. Bagiku, pemuda bergaya asal-asalan yang berlari 500 meter hanya untuk mengembalikan sebuah kartu sungguh manis.

"Nama gue Fero.. Lo anak sipil juga?" tanyanya. Aku mengangguk.

Fero. Pemuda tampan, berkulit sawo matang, bermata elang. Hobinya basket, sangat bertolak belakang denganku yang hobi baca. Tapi hubungan kami sangat akrab sejak pertemuan itu.

"Lo ko pucat gitu sih?" tanyanya setelah usai mata kuliah terakhir suatu hari.

"Iya nih gue agak engga enak badan.." jawabku.

"Lo ga bawa jaket yah? Ni pake jaket gue.." dia membuka jaketnya dan memberikan padaku.

"Eh ga usah.." aku menolaknya.

"Gapapa pake aja.. Ujan tuh.. Gue duluan ya, ada latihan basket.." katanya.

Aku tersenyum mengingat perhatiannya yang manis padaku.

Dia yang rela bangun pagi untuk mengantarku wawancara di sebuah lembaga penyalur beasiswa luar negeri.

Juga dia yang menanggapi dengan santai komentar teman-teman tentang keakraban kami. "Cuek aja lagi.. Kita ini homo atau engga bukan urusan mereka.." aku pun berhenti mengomel.

Sampai suatu hari "Gue dapet beasiswanya.." kataku.

"Serius? Waa selamat bro! Devan Ardianto sobat gue bakal sekolah di luar negeri!" Fero mengungkapkan kebahagiaannya yang tulus.

"Thanks ya.. Ini berkat dukungan lo.." kataku.

Sebenarnya ada lagi yang ingin kukatakan padanya. Sesuatu yang mengganjal hatiku beberapa bulan terakhir ini. Tapi aku ragu untuk mengungkapkannya.

~~~~~

Akhirnya di menit ke-35 Fero tiba juga. Dia memberikan sebuah amplop padaku.

"Sori ya bikin elo nunggu.. Ini gue mau balikin duit yang kemaren gue pinjem buat biaya pengobatan nyokap.. Tadi sempet gue tuker ke euro dulu, makanya telat.."

Aku tersenyum. "Haha thanks ya.. Gue emang butuh duit ini, tapi gue bingung, ga enak ngomong ke elonya.." aku berkata jujur.

"Yaelah gue kali yang harusnya bilang terima kasih. Sori baru bisa balikinnya sekarang.. Thanks banget ya bro.." Fero memelukku dan menepuk-nepuk punggungku.

Aku pun membalas pelukan dan tepukan punggungnya. "Sama-sama.. Oke gue berangkat sekarang yah.. Titip adik gue.."

"Siap kakak, bakalan gue jaga Tiara dengan baik.." dia memberi salam hormat padaku.

Aku pun akhirnya berangkat dengan perasaan lega, semakin percaya diri dengan segepok uang di kantongku.

#15HariNgeblogFF Hari-11

6 comments :