Wednesday, March 21, 2012

Payung Ungu Amela

"Hei ungu.." seseorang berteriak.

Amela sadar bahwa panggilan itu ditujukan untuk dirinya. Ini adalah hari pertamanya belajar mengaji di TPA yang berada di sebelah komplek rumahnya. Sore ini gerimis, Amela menggunakan payung berwarna ungu miliknya. Amela melihat sekilas siapa yang memanggilnya, ada dua anak laki-laki yang sedang duduk di depan kios tambal ban. Mereka berdua mirip, sepertinya kakak beradik anak pemilik kios tambal ban. Anak yang lebih besar terlihat seumur dengan Amela, sedangkan anak yang lebih kecil mungkin mempunyai selisih umur dua tahun dengan kakaknya. Amela terus berjalan tanpa mempedulikan mereka yang masih terus memanggilnya.

~~~~~

Sore ini sepulang dari TPA, hujan cukup deras. Amela kembali melewati kios tambal ban. Anak-anak itu sedang bermain lempar batu ke dalam ban. Sambil bermain mereka
memanggil-manggil Amela.

"Ungu.. Ungu.." tapi Amela tidak peduli.

Tiba-tiba, trak! 

Batu yang mereka mainkan memantul mengenai payung ungu Amela. Amela ingin marah, tapi hujan semakin deras. Amela pun segera menaiki salah satu beca di depan kompleknya.

Sesampainya di rumah, Amela sangat kesal melihat ada bagian payungnya yang sobek. Mama menawarinya untuk membeli payung baru, tapi Amela menolak. Masih bisa diperbaiki, pikirnya. Amela pun menutup bagian payung yang sobek dengan selotip hitam.

~~~~~

Hari ini saat melewati kios tambal ban, Amela tidak melihat anak-anak itu. Mungkin mereka berada di dalam kios. Amela tidak jadi memarahi mereka. Sore ini hujan sangat lebat diiringi angin yang kencang. Amela berjalan cepat menuju kumpulan tukang beca. Tapi sebelum sampai, angin bertiup sangat kencang dan membuat payung ungu Amela terbang. Hujan yang sangat lebat tidak memungkinkan Amela untuk mengambil payungnya.

~~~~~

Hari ini hari Minggu, Amela dan Mama pergi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Kali ini Amela tidak bisa menolak tawaran Mama untuk membeli payung baru.

Amela kaget saat melihat seseorang yang dia kenal berada di antara kumpulan orang-orang di depan gedung pusat perbelanjaan. Anak tukang tambal ban, menggunakan payung ungu Amela. Amela yakin sekali bahwa itu payungnya, payung ungu dengan selotip hitam di salah satu bagiannya. Amela kesal. Setelah merusak payungnya, sekarang anak itu mencuri payungnya.

"Pencuri! Itu payungku!" Amela berteriak dari jendela mobil.

Melihat Amela, anak itu lari dan menghilang.

~~~~~

Sore ini Amela tidak sabar ingin segera pulang dari TPA. Dia ingin segera memarahi anak itu, anak yang mencuri payung ungunya. Tapi Amela kecewa karena kios tambal ban itu tutup.

~~~~~

Sebulan kemudian, saat pulang dari TPA, Amela melihat kios tambal ban itu buka kembali. Anak yang mencuri payungnya sedang membantu ayahnya menambal ban, entah adiknya sedang berada di mana.

"Hei pencuri! Kembalikan payungku!" Amela berteriak.

Semua orang yang berada di sana terkejut, terutama anak itu dan ayahnya.

"Ada apa gadis manis?" tanya ayah anak itu.

"Anak bapak mencuri payungku!"

"Benar kamu mencuri?! Bapak tidak pernah mengajarkan kamu untuk mencuri!" sang ayah memarahi anaknya.

"Engga! Aku hanya meminjam!" anak itu mengelak, wajahnya ketakutan.

"Berarti benar payung gadis ini ada padamu? Kembalikan!"

Anak itu segera berlari ke dalam kios, lalu keluar lagi membawa bungkus plastik berwarna hitam.

"Ini.." anak itu memberikan bungkus plastik hitam pada Amela.

Amela melihat isinya sekilas. Benar di dalamnya ada payung berwarna ungu.

"Benar kan kamu pencuri.." Amela lalu pergi meninggalkan kios tambal ban. Dia mendengar anak itu dimarahi oleh ayahnya.

Sesampainya di rumah, Amela langsung mengeluarkan isi bungkusan tadi. Ternyata ada kertas di dalamnya. Amela membaca tulisan pada kertas itu. 

Hai gadis pemilik payung ungu. Maafkan aku karena tidak sengaja merusak payungmu. Tapi aku tidak berniat mencuri payungmu. Aku menemukannya tersangkut di kios ayahku. Aku ingin langsung mengembalikannya, tapi adikku tiba-tiba sakit. Makanya aku jadi ojek payung dan meminjam payungmu untuk membantu bapak membayar biaya pengobatan adikku. Tapi sayang adikku tidak dapat tertolong. Ini kuganti payungmu. Maaf ya. 

Perasaan Amela menjadi tak menentu setelah membaca surat itu. Sedih, kaget dan malu menjadi satu. Amela lebih kaget saat membuka payungnya, payung berwarna ungu tapi tanpa selotip hitam di salah satu bagiannya. Ini bukan payung ungu Amela, ini payung ungu yang baru. Amela tidak sabar menunggu besok. Dia ingin minta maaf pada anak itu. 

Cerita anak untuk #FFHore [3]

5 comments :

  1. Buzz buzzz buzzz
    lam kenal

    Nice posting, simple n uenak di baca, Thanks

    Salam Madu Juga Sengat

    ReplyDelete
  2. ayu: iya hehe..

    lebah jakarta: makasih..
    salam kenal juga :)

    ReplyDelete
  3. terharuu :')
    btw salam kenal ya. ceritanya bagus

    ReplyDelete