Monday, January 21, 2013

Menanti Lamaran

"What?! Congrats ya dear.." mataku terbelalak melihat benda berkilau yang tersemat di jari manis tangan kiri Dania, tapi hanya sesaat karena setelah itu aku langsung berdiri dan memeluknya.

"Thanks cantik.." Dania menerima pelukanku.

"I'm really happy for you.. So, detail please.." aku duduk kembali di kursi, menyereput iced cappucino-ku, dan menunggu cerita Dania dengan tidak sabar.

Dania hanya tersenyum, membuatku semakin penasaran.

"Oh come on..!" kataku semakin tidak sabar.

"Hahaha.. Jadi.. Seperti yang kamu tahu, tadi malam aku dinner sama Kemal.. Pulangnya dia ngajak aku ke Boscha.. Terus, bentar.." cerita Dania terpotong karena ponselnya berbunyi.

"Aku angkat dulu ya.." Dania pamit padaku untuk menerima telepon entah dimana, karena sekarang cafe ini sedang sangat ramai.

Aku mengangguk padanya dengan maklum.

Lega. Itulah yang aku rasakan saat mendengar kabar bahagia dari sahabatku itu. Bagaimana tidak, setelah hampir tiga tahun menanti lamaran yang tidak kunjung datang dari Farid-sialan yang tiba-tiba menghilang entah kemana, akhirnya Dania dapat melupakan Farid dan mau menerima lamaran Kemal yang sudah setahun ini mendekatinya. Tentu saja aku yang mengenalkan mereka.

Semua orang pasti setuju bahwa Kemal, temanku sang eksekutif muda yang tampan sangat cocok dengan Dania yang bukan hanya cantik tapi juga cerdas. Hanya orang bodoh seperti Farid yang beruntung mendapatkan cinta Dania lalu berjanji akan melamar sahabatku itu, namun malah menyia-nyiakannya seperti seorang pengecut.

Dania sudah kembali ke meja kami. Namun kurasa ada yang tidak beres karena mata yang tadi memancarkan kebahagiaan kini dipenuhi genangan air mata yang sepertinya sebentar lagi siap meluncur dengan deras.

"Hei.. Kenapa?" tanyaku panik.

"....." Dania tidak menjawab. Dia menyimpan ponselnya di meja dengan tangan yang bergetar.

"Siapa yang nelepon?" tanyaku lagi.

"Farid.." jawab Dania pendek.

"Apa?! Terus dia bilang kemana dan kenapa dia menghilang?" tanyaku kesal.

"....." Dania tidak menjawab lagi.

"Untuk apa dia tiba-tiba menghubungi kamu lagi?" aku terus bertanya.

"Dia mau melamarku.." jawab Dania.

"Hahaha.. Tapi kamu bilang kan sama dia kalau sekarang kamu udah tunangan?" aku bertanya lagi.

Dania menggeleng.

"What?!" aku tidak habis pikir.

"Aku bingung Ta.. Aku masih cinta sama Farid.." jawab Dania seiring dengan air mata yang mengalir turun ke pipinya.

"....." kini aku pun tidak bisa berkata-kata.

~~~~~

#13HariNgeblogFF Hari ke-9

2 comments :