Tuesday, March 26, 2013

[BeraniCerita #04] Cukup!

Aku sedang membersihkan luka di pelipisku dengan sapu tangan yang sudah direndam air hangat saat mendengar suara Angga yang baru pulang. Aku pun segera keluar kamar untuk menemuinya.

"Dari mana saja kamu?" aku menegurnya karena waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Angga tidak menjawab dan meninggalkanku sambil pergi berlalu ke kamarnya.

"Angga! Mama tanya sama kamu! Kenapa baru pulang jam segini?!" tanyaku mulai kesal sambil menyusul Angga ke kamarnya.

"Berisik! Bukan urusan Mama!" jawab Angga ketus.

"Angga! Sekarang kamu berani bersikap kurang ajar ya sama Mama! Belajar apa kamu di sekolah?!" sakit akibat benturan di pelipisku ditambah sikap Angga yang tidak sopan membuatku berteriak kepadanya. 

"Enggak usah nyalahin sekolah! Mama sama Papa tuh yang harusnya ngaca! Dasar orang tua enggak becus!" Angga balas berteriak padaku.

Plak! Aku menampar anakku.

"Angga benci Mama! Angga benci Papa!" Angga berteriak sambil pergi kembali meninggalkan rumah dan membanting pintu.

"Angga! Angga! Kembali!" aku berteriak memanggil anakku.

Ea.. Ea.. Ea..!

Aku membuka mataku. Ya Tuhan, ternyata aku ketiduran saat sedang menyusui Angga. Bayiku ini rupanya mengompol. Sambil mengganti popoknya, aku membayangkan mimpi barusan yang masih begitu kuat melekat di ingatanku. Mimpi itu terasa begitu nyata. Mimpi yang membuat hatiku menjadi gelisah. 

Setelah selesai mengganti popok, mataku menatap ruangan yang begitu berantakan. Pecahan gelas berserakan di sekitar tempat tidur. Setelah menimbang-nimbang akhirnya aku bertekad untuk segera berbuat sesuatu.

Tut! Tut! Tut!

"Sari.. Ada apa Say?" Lina menjawab teleponku setelah nada panggil yang ketiga.

"Aku mau minta tolong.. Aku mau bicara dengan teman ibu kamu.." kataku.

"Kamu yakin?" tanyanya.

"Iya.. Cukup sekali saja aku membuat kesalahan dengan hamil di luar nikah.. Tetapi aku tidak akan menambah daftar kesalahanku dengan membesarkan Angga dalam lingkungan yang tidak kondusif.." jawabku.

"Akhirnya! Tentu aku tolongin! Kamu tunggu dulu yah, sekarang aku telepon Tante Helmi.. Nanti aku telepon kamu lagi! Aku yakin ini merupakan jalan yang terbaik untuk kalian.." kata sahabatku dengan penuh semangat. 

"Oke.. Makasih ya.." kataku sebelum sambungan telepon terputus.

Samar-samar terdengar sebuah lagu dari kamar kos di sebelah. 

Today is where your book begins
The rest is still unwritten 
The rest is still unwritten 

Bait lagu tersebut terasa begitu pas dengan kondisi Angga. Bayi mungil ini masih sangat suci dan aku tidak ingin menodainya dengan keributan dan KDRT yang selalu dilakukan oleh ayahnya kepadaku.

~~~~~

375/500 kata

Ditulis dalam rangka menjawab tantangan Berani Cerita #04 dengan tema: Unwritten - Natasha Bedingfield. 

13 comments :