Tuesday, May 28, 2013

[BeraniCerita #13] Firasat

Beep! Beep! Beep! Aku segera mematikan alarm yang berbunyi dari handphone-ku. Masih pukul lima, dan aku masih sangat mengantuk. Kurasa tidur beberapa menit lagi tidak akan menjadi masalah.

"Ardi! Bangun Nak! Acaranya dimulai setengah jam lagi!" ibuku membangunkanku. Dia sudah mengenakan kebaya, wajahnya sudah terpulas makeup, dan rambutnya pun tertata rapi.

Rupanya aku tidur terlalu lama. Aku segera bangun dan beranjak dari tempat tidur. Sempat bingung dengan apa yang harus kulakukan terlebih dahulu, namun akhirnya aku segera masuk ke kamar mandi hotel.

Keluar dari kamar mandi, Bu Yuli dan asistennya sudah menungguku. Dengan sigap Bu Yuli langsung merias wajahku sementara asistennya memakaikan pakaian adat Sunda di badanku, lengkap dengan samping dan bendonya. Beberapa menit kemudian aku pun siap.

Aku segera berjalan tertatih-tatih dari kamar hotel di lantai empat menuju ruang akad nikah yang berada di lantai dasar. Rasanya aku ingin berlari, tapi pakaian ini menghambatku.

Kreeet! Aku membuka pintu ruang akad. Puluhan pasang mata tamu undangan menatapku dengan tajam. Sedangkan Arini, terlihat enggan untuk melihatku. Ada apa ini?

"Penghulunya baru saja pergi!" ucap ayah Arini.

Aku melirik jam di tanganku. "Tapi sekarang baru pukul delapan lebih satu menit." kataku tidak mengerti.

"Penghulunya sangat sibuk. Masih banyak calon pengantin yang harus dia nikahkan, dan kamu malah menyia-nyiakan waktunya." lanjut ayah Arini, wajahnya terlihat seperti ingin menerkamku.

"Hanya karena satu menit, lalu aku dan Arini tidak bisa menikah?!" tanyaku tidak percaya.

Beep! Beep! Beep! Rupanya tadi itu hanya mimpi. Aku segera mematikan alarm yang berbunyi dari handphone-ku. Masih pukul lima, dan aku masih sangat mengantuk. Tapi aku tidak akan tidur lagi. Tidak ingin kejadian dalam mimpi menjadi kenyataan, aku pun bangkit dari tempat tidur dan segera mandi.

"Bu! Mana Bu Yuli? Aku mau didandani sekarang aja." kataku pada ibu.

"Bu Yuli masih di jalan. Acaranya kan masih lama. Lagipula nanti Bu Yuli akan mendandani Arini dulu, baru kamu." jawab ibu.

Benar juga, karena mimpi tadi, aku jadi terburu-buru. Acaranya baru akan dimulai tiga jam lagi. Lebih baik aku menunggu di ruang akad saja sambil mengawasi persiapan acara.

Kreeet! Aku membuka pintu ruang akad. Dua pasang mata terbelalak melihat kedatanganku. Telapak tanganku mengepal dan wajahku terasa panas melihat mereka. Tidak ada persiapan, karena ternyata semua sudah tertata rapi sejak tadi malam. Yang ada hanya Arini dan Ferdi, calon istriku dan sahabatku yang sedang berciuman di hari pernikahanku.

Aku segera berbalik dan meninggalkan mereka. Tidak kuhiraukan suara Ferdi yang berteriak memanggilku.

Kukirim sebuah pesan singkat untuk ibuku: Tolong beritahu penghulu, pernikahannya dibatalkan.

~~~~~

408/500 kata

Ditulis dalam rangka menjawab tantangan Berani Cerita #13 dengan tema quote:
Better three hours too soon than a minute too late ~ William Shakespeare.

10 comments :

  1. jadi sama aja dong dimimpi dan kenyataan pernikahan batal :)

    ReplyDelete
  2. hehehe bagus ceritanya

    Invite you to enter my giveaways :D
    Luch Luch Craft OASAP Giveaway Click here :)
    Hope you will join :)
    Luch Luch Craft new post Click Here
    visit my blog ^^
    www.luchluchcraft.blogspot.com

    ReplyDelete
  3. Batal batal .. Kacau semua...

    Sebel sama Arini dan Ferdy. Ga pantas... Hahaha

    ReplyDelete
  4. aku suka cerita ini.. :)

    ReplyDelete
  5. Ebuset... tikung hore yah T.T

    ReplyDelete
  6. ye??? bener deh, batalin ajah! *tersulut emosi*

    ReplyDelete
  7. hwaaa.... pagar makan tanaman nih...

    ReplyDelete