Tuesday, August 27, 2013

Salon Thailand vs Salon Lokal

Yang namanya wanita, pasti selalu ingin tampil cantik dan sempurna. Berbagai usaha akan dilakukan wanita untuk memelihara kecantikan tubuhnya, salah satunya dengan pergi ke salon. Di salon, para pengunjung dapat menikmati berbagai perawatan tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kuku. Menikmati pelayanan di salon kini bukan lagi termasuk hal yang mewah, namun sudah menjadi kebutuhan. Saya sendiri termasuk salah satu pelanggan salon yang berada di dekat rumah saya. Bukan untuk facial atau meluruskan rambut, tapi untuk sekedar creambath dan pijat refleksi, melemaskan syaraf-syaraf di kepala dan kaki saya yang lelah. Nikmat. Saya menyebutnya sebagai surga dunia. Makanya, tidak mengherankan apabila bisnis salon semakin menjamur, karena bisnis salon ini termasuk ke dalam bisnis yang cukup menjanjikan.

Lalu, bagaimana apabila di sekitar rumah saya banyak berdiri salon-salon Thailand? Apakah akan menggeser keberadaan salon-salon lokal? Hmmm menurut analisis saya yang sok tau, jawabannya adalah tidak. Kenapa?

Pertama, kita tidak dapat menutup mata bahwa kecenderungan masyarakat Indonesia selalu latah terhadap hal-hal yang sedang nge-trend. Jangankan salon Thailand, produk-produk kecantikannya saja sudah beredar di Indonesia. Sebut saja misalnya lulur banci Thailand (lulur susu domba) yang beberapa tahun terakhir ini sudah menyedot perhatian para wanita Indonesia. Apalagi salon Thailand yang profesional dan mempunyai sertifikat tingkat internasional, tentu akan laris diserbu para pelanggan. Ya, tahun 2015 nanti, sebagai efek dari ASEAN Economic Community (AEC) yang merupakan salah satu pilar dari ASEAN Community, memungkinkan kebebasan pergerakan SDM (Sumber Daya Manusia) di segala lini ASEAN. Termasuk salon.

Namun bukan berarti keberadaan salon lokal akan tergeser. Karena budaya masyarakat yang latah tadi, bukan hanya pelanggan yang latah menikmati jasa di salon-salon Thailand, para pengusaha salon lokal pun akan latah berlomba-lomba menyediakan pelayanan ala salon Thailand. Supply disesuaikan terhadap demand. Sebagai contoh, lihatlah merk dagang produk kecantikan lokal yang kini mulai menghadirkan BB (Blemish Balm) Cream ala Korea sebagai salah satu produk mereka. Begitu juga dengan salon, tidak sulit untuk mengadopsi pelayanan salon ala Thailand. Cukup kirim tenaga-tenaga lokal ke Thailand untuk mengikuti pelatihan dan mendapat sertifikasi.

Fly High Beauty Salon & Massage di Thailand (sumber)
Itu untuk salon-salon kelas menengah ke atas dengan modal yang mencukupi, lalu bagaimana dengan salon-salon kelas menengah ke bawah? Tenang, mereka juga tidak akan tergeser. Sebagai contoh, lihatlah kios-kios penjual ayam krispi yang bertebaran di pinggir jalan. KFC versi KW. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelayanan salon ala Thailand versi KW pun akan bermunculan. Tidak perlu sertifikasi, karena masyarakat kelas menengah ke bawah biasanya tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.

Kedua, karena Indonesia juga mempunyai salon-salon tradisional yang tidak kalah profesional. Yang sudah cukup terkenal adalah Javanese dan Balinese Traditional Salon, misalnya. Di beberapa Javanese Traditional Salon, para pengunjung akan disambut oleh suasana etnik yang kental. Aromatherapy, interior Jawa tradisional yang lengkap, sampai dengan alunan instrumentalnya. Paket perawatan yang disediakan pun sangat beragam. Mulai dari welcome drink, lulur, body massage, body scrub, milk bath, ratus, totok wajah, creambath sampai eye mask. Bahan-bahannya pun tentu saja menggunakan rempah-rempah asli Indonesia. Serta jangan lupakan pelayanannya yang super ramah.

Taman Sari Royal Heritage Spa di Indonesia (sumber)
Apakah salon-salon tersebut masih diminati wanita Indonesia? Tentu saja masih. Saking diminatinya, biasanya pengunjung disarankan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu untuk menghindari waiting list. Terlanjur datang dan menjadi waiting list? Tenang, salon salon tersebut biasanya dilengkapi dengan restoran sehingga pengunjung dapat menunggu sambil menikmati sajian di restoran tersebut. Lengkap, berkualitas dan tidak kalah bersaing dengan salon Thailand.

Jadi, dengan melihat beberapa fakta dan kecenderungan yang terjadi saat ini, saya menyimpulkan bahwa salon-salon Thailand yang profesional dan mempunyai sertifikat internasional, tidak akan menggeser keberadaan salon-salon lokal. Justru dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 nanti, dapat menjadi kesempatan bagi salon-salon tradisional Indonesia untuk melebarkan sayapnya ke negara-negara ASEAN lainnya. Tentu saja perlu didukung dengan kompetensi yang memadai dan mempunyai sertifikat internasional yang harus mulai dipersiapkan sejak dari sekarang.

Saya yakin, jika dikerjakan dengan serius, Indonesia tidak akan kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Modal dasar sudah ada, yaitu kekayaan rempah-rempah Indonesia dan salon-salon tradisional yang sudah mulai profesional. Yang diperlukan selanjutnya adalah:
  • Mempersiapkan mental para pengusaha salon tradisional lokal untuk siap bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.
  • Dukungan dari pemerintah. Yaitu memberikan sosialisasi dan memfasilitasi para pengusaha salon tradisional lokal untuk mendapatkan sertifikat internasional.
  • Dukungan dari masyarakat. Berkaitan dengan kecenderungan masyarakat Indonesia yang latah tadi, kita tidak mungkin melarang masyarakat untuk menggunakan produk impor dan memaksa mereka untuk menggunakan produk lokal. Biarkan mereka memilih sendiri. Disini, peran media sangat berpengaruh. Sudah sewajarnya pemerintah dan pengusaha lokal memanfaatkan social media secara optimal untuk mempromosikan produk-produknya.

Semoga dengan begitu, pengusaha salon tradisional lokal dapat merasakan manfaat positif dari ASEAN Economic Community (AEC) dan maju bersama negara-negara ASEAN lainnya.

~~~

Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba blog #10daysforASEAN hari ke-1.

4 comments :

  1. Bener banget mbak, orang indo cenderung latah karena penasaran dan akhirnya pengen coba. aku juga gitu sih. hehe
    kalo uda coba pasti bisa ngebandingin mana yg lebih enak. adanya masukan dr luar juga bikin orang indo makin kreatif dengan kelatahan itu. tapi sah2 aja sih. bisinis dimulai dari meniru, kan?
    kalo aku emang sukanya yg tradisional krn lebih manteb.

    ReplyDelete
  2. Ke-Tradisionalan Indonesia kalau dapat dimanfaat dengan maksimal dan benar pasti gak bakal ketinggalan salon lokal :)

    Akudwi.com

    ReplyDelete
  3. sepakat.. orang Indonesia selalu tergila-gila dengan produk luar. eh... bukan, mungkin itu juga karena kompor dari iklan2 yang sering mengatakan bahwa cantik itu adalah "putih, langsing, berambut panjang, lurus" jadilah.. segala produk dari bangsa yang punya tipikal ikon cantik diburu para perempuan. tapi kalo sudah ngga ngetrend lagi ikon cantik di atas ya balik lagi pasti ke produk lokal.. apalagi jika mulai banyak keluhan negatif tentanga produk luar tersebut. orang kita mudah terkompori soalnya jadi mudah beralih.

    ReplyDelete
  4. Pembanding. Ya, setiap produk akan ketahuan 'the best' kalau sudah ada pembandingnya. Jadi memang tidak perlu takut berkompetisi jika kita punya produk yang bagus :)

    ReplyDelete