Saturday, November 16, 2013

Melestarikan Lingkungan dengan Ecotech Garden

Pernah membayangkan tidak, apa dampak yang dihasilkan dari limbah yang berasal dari rumah kita? Jangan salah, meskipun terlihat sepele, limbah rumah tangga seperti air buangan dari kamar mandi dan dapur ternyata memberikan dampak negatif yang cukup besar bagi lingkungan. Limbah rumah tangga tersebut disebut grey water, sedangkan limbah yang berasal dari WC (kotoran manusia) disebut black water. Black water biasanya diolah terlebih dahulu di dalam tangki septik. Sedangkan grey water? Hmmm biasanya langsung dibuang begitu saja ke selokan tanpa diolah terlebih dahulu.

Grey water (sumber)
Grey water mengandung zat-zat yang dapat mencemari lingkungan. Diantaranya yaitu unsur N (Amonium, Nitrat, Nitrit, Organik N), unsur P (Phospat), BOD (Biochemical Oxygen Demand), zat organik deterjen, dan lain-lain. Zat-zat tersebut tentu berbahaya bagi lingkungan.

Dampak dari air limbah sisa cuci piring:
  • Air sisa cuci piring yang dibuang begitu saja ke selokan dan mengandung sisa-sisa makanan, akan menghasilkan bau yang tidak sedap.
  • Virus yang berasal dari sampah di piring dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti diare, kolera, penyakit kulit, dan lain-lain.
  • Jumlah oksigen terlarut di dalam air berkurang karena sebagian besar oksigen digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses pembusukan sampah.
Dampak dari air limbah sisa cuci pakaian:
  • Deterjen mengandung senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS), yaitu bahan yang  dapat mengangkat kotoran pada pakaian. Bahan tersebut sulit diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk jangka waktu yang lama dan meracuni berbagai organisme air.
  • Deterjen juga mengandung senyawa Fosfat, yaitu bahan yang dapat mencegah menempelnya kembali kotoran pada pakaian yang sedang dicuci. Bahan tersebut dapat merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang berlebihan (eutrofikasi) dapat menyebabkan permukaan air sungai tertutup dan menghalangi masuknya cahaya matahari sehingga menghambat proses fotosintesis. Proses pembusukan ganggang dan eceng gondok yang sudah mati dapat mengurangi persediaan oksigen. Material sisa pembusukannya pun akan mengendap dan menyebabkan pendangkalan.
Eutrofikasi (sumber)
Tuh kan, dampak lingkungan yang disebabkan dari grey water ternyata cukup signifikan. Bahkan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat menyebutkan bahwa 80% pencemaran di kota-kota besar berasal dari grey water. Perlu dilakukan penanggulangan untuk mengatasi masalah tersebut. Sayangnya, sarana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik terpusat yang dapat mengolah grey water baru terbatas pada 11 kota besar di Indonesia. Cakupan pelayanannya pun masih sangat rendah, yaitu sebesar 2,5 juta jiwa, atau sekitar 1 % dari total penduduk Indonesia.

Tapi jangan pesimis dulu. Kita bisa kok ikut berpartisipasi secara mandiri untuk mengurangi masalah pencemaran ini. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementrian Pekerjaan Umum (PU), sesuai visinya yaitu "Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan serta Penerapan: IPTEK, norma, standar, pedoman, manual dan/atau kriteria pendukung infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman.", sudah menemukan teknologi tepat guna sebagai alternatif untuk mengolah air selokan yang tercemar oleh grey water. Teknologi itu disebut Ecotech Garden (EGA). EGA dapat mengolah air selokan yang tercemar dengan memanfaatkan proses biologis dari tanaman hias air.

Ecotech Garden (sumber)
EGA tidak membutuhkan lahan yang banyak. Kita bisa memanfaatkan lahan yang berada di pekarangan rumah dengan membangun EGA berbentuk huruf U. Prinsip kerjanya, grey water dialirkan ke EGA dengan cara memasang bendung di selokan, sehingga air dapat dibelokkan ke EGA. EGA menyaring unsur hara yang terkandung di dalam air dan unsur bahan pencemar air lainnya. Unsur hara (N dan P) digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan, sedangkan unsur pencemar (BOD, COD, Deterjen, dan SS) disaring oleh akar tanaman. Air yang keluar dari EGA, dapat dialirkan kembali ke selokan dibagian hilir bendung dengan kualitas air yang sudah lebih baik.

Skema Ecotech Garden (sumber)
EGA sudah diterapkan di Kompleks Perumahan Bumi Asri Padasuka Bandung sejak tahun 2005. Selain bermanfaat untuk mengurangi pencemaran air dan menurunkan bau, penerapan EGA ini juga memberikan beberapa 'bonus', diantaranya:
  • Menambah nilai estetika lingkungan perumahan.
  • Tidak membutuhkan kan biaya operasional yang mahal, karena prinsip kerja EGA menggunakan gaya gravitasi dan tidak memerlukan pompa.
  • Apabila dijual, bibit bunga yang dihasilkan dapat memberikan penghasilan tambahan.
  • Air sisa olahan dapat digunakan kembali, misalnya untuk mengairi kolam ikan.
Tanaman hias pada Ecotech Garden (sumber)
Bagaimana? Tertarik untuk menerapkan EGA dan ikut melestarikan lingkungan? Langsung saja kunjungi artikel mengenai EGA dari Balitbang PU  ini. Di sana dijelaskan secara detail bagaimana kriteria desain EGA dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun EGA :)

7 comments :

  1. aq sih tinggalnya di desa, nggak begitu ngenes lingkungannya

    ReplyDelete
  2. wah..informasi yang menarik mak...trims sdh berbagi...

    ReplyDelete
  3. memang bener mak, harus memanfaatkan yang tidak terpakai seperti air selokan itu...

    ReplyDelete
  4. Emang pas banget si EGA ini diterapin di lingkungan perkotaan.
    Salam kenal ya mbak. :D

    ReplyDelete
  5. Lengkap sekali ulasannya.. :)

    ReplyDelete
  6. sukses mak menarik sekali semoga menang....

    ReplyDelete
  7. Aku baru taubistilah grey dan black water. Dapat info dan pengetahuan baru. Makasih ya

    ReplyDelete