Thursday, January 16, 2014

Bali I'm In Love

Dok. Martawan
Aku menatap bayanganku di cermin. Mbok1 Ratni sudah memasang mahkota dan cemara2, kini dia memasang bunga imitasi berwarna merah sebagai sentuhan terakhir pada rambutku.

"Sip!"

"Makasih, Mbok."

Aku segera berdiri dan berjalan menghampiri cermin yang lebih besar. Mematut penampilanku secara keseluruhan. Tubuhku terlihat cantik dibalut kain berwarna hijau dan merah. Aku pun melakukan agem kanan3 dan seledet kanan4. Kostum tari Sekar Jagat5 ini memang membuat gerakanku menjadi agak kaku, tapi masih cukup nyaman, hanya perlu sedikit penyesuaian. Aku hendak melanjutkan melatih gerakan tariku, namun urung ketika mendapati Wika muncul di belakangku.

"Jegeg6!"

Aku berbalik. Kini kami berdua berdiri berhadapan. Lalu hening. Wika menatapku tanpa berkedip, membuatku salah tingkah.

"Kok diem aja? Bales dong."

"Makasih."

Wika tersenyum. Duh! Harusnya aku memuji penampilannya juga. Bodoh!

"Tolong pakein dong," ucapnya sambil menyodorkan udeng7 berwarna ungu-emas kepadaku.

Mataku membulat melihat udeng itu, bingung. "Enggak bisa, ntar salah," kataku sambil mengembalikan udeng padanya.

"Nih, perhatiin," katanya sambil mendekat ke cermin dan melilitkan udeng di kepalanya.

Aku mengangguk-angguk, ternyata tidak sulit.

"Ntar senyum yah!" ucapnya meledekku.

Aku melotot padanya, "Ya iyalah!"

"Ntar aku mainnya di pinggir panggung, bukan di depan kamu."

"Terus kenapa?"

Wika tertawa sambil meninggalkanku.

Aku tersenyum. Ucapan Wika tadi mengantarkan ingatanku pada perjumpaan pertamaku dengannya. Saat itu adalah kali pertama kami berlatih tari diiringi gamelan. Dia datang ketika Bli8 Suta sedang mengomeli kami yang menari tanpa senyum. Entah apa alasan para penari lain, aku sendiri memang sedang malas senyum karena sekujur badanku terasa sakit dan perasaanku sedang sangat buruk, PMS. Dia langsung duduk dan memainkan salah satu instrumen gamelan di baris paling belakang. Senyumnya tertuju padaku, membuatku membalas senyumnya, sepanjang tarian, mengabaikan PMS-ku dan omelan Bli Suta. Namanya Wayan Wika Anggara, aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama.

Dua tahun kemudian...

Dok. Wayan Diptagama
Tidak seperti biasanya, pagi ini kediaman Wika terlihat ramai. Semua kerabat Wika berkumpul untuk mengantar Wika mererasan9Aku tidak mengenal mereka-kerabat Wika, namun hal ini tidak membuatku ragu untuk berjalan ke dalam mencari Wika. Tidak sulit menemukan sosoknya. Aku melambaikan tangan padanya, dan Wika pun langsung menghampiriku.

"Kamu jadi pergi?"

Aku mengangguk. "Sini aku pakein," ucapku sambil meraih udeng di tangan Wika lalu dengan lihai melilitkannya di kepalanya.

"Ganteng!" ucapku tulus sambil tersenyum.

Wika menatapku tanpa mengatakan apa pun. Aku mulai terbawa suasana. Senyumku perlahan menghilang, berganti dengan air mata yang mulai menghalangi pandanganku. Wika pun segera menuntunku ke bagian belakang rumahnya yang sepi.

"Aku sayang kamu."

Aku menggeleng.

Kedua tangan Wika meraih pipiku, jarinya menghapus cairan yang menetes di sudut mataku. "Kamu percaya reinkarnasi? Aku janji, tidak ada yang bisa memisahkan kita di kehidupan setelah ini," ucapnya lalu mengecup lembut keningku.

Aku menarik nafas panjang, lalu mengembuskannya dengan kuat. Tidak ada reinkarnasi dalam ajaran agamaku. "Aku pamit," tukasku sambil melangkah pergi sebelum air mataku benar-benar tumpah.

~~~

455/500 kata

Keterangan:
1) Mbok = panggilan untuk kakak perempuan
2) Cemara = rambut sambung
3) Agem kanan = salah satu sikap dasar pada tari Bali (kaki kiri di depan kaki kanan, lutut ditekuk, posisi pantat ke kiri, berat badan ke kanan, tangan kanan sejajar mata, tangan kiri sejajar dada)
4) Seledet kanan = gerakan mata melirik ke samping kanan
5) Tari Sekar Jagat = salah satu tari penyambutan khas Bali
6) Jegeg = cantik
7) Udeng = ikat kepala khas Bali
8) Bli = panggilan untuk kakak laki-laki
9) Mererasan = melamar/meminang

Ditulis dalam rangka menjawab tantangan Monday Flashfiction Prompt #36: The Spectacular Bali.

32 comments :

  1. Jadi tahu klo penari bali itu boleh non hindu. Hehehehehe. Kirain itu termasuk ritual. Ceritanya sedih ya :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. jadi... saya juga berpikir sama. Jadi lagi... search di mbah gugel lagi :)

      Delete
    2. memang ada tarian tertentu yg sakral & hanya bisa ditarikan di tempat/acara2 yg sakral jg (penarinya pun bukan sembarangan).. tp ada jg tari bali yg sifatnya utk hiburan (tari kreasi baru).. bisa ditarikan di mana saja & oleh siapa saja.. legong, oleg tamulilingan, cendrawasih, belibis, dll banyak :)

      Delete
  2. weeeiiihhhh.. perpisahan rupanya temanya.

    ReplyDelete
  3. Mulai nulis fiksi lagi mbak Nathalia. Pagi-pagi jadi ikutan sedih baca cerita ini. Hiks

    ReplyDelete
  4. saya suka nari dan bisa menarikan bbrp tarian Bali, cerita yg ditulis menarik. kata reinkarnasi seperti menyampaikan cinta yg tak akan usai dan akan. menemukan bentuk lain. aku suka

    ReplyDelete
  5. Anak bali emang Jegeg2. :)
    Kalau benar ada reinkarnasi, pasti mau sama wika kan, Mba. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hrs ditanyain dulu ke si 'aku'..
      siapa tau tnyt ktemu cowo lain yg lebih oke hihihi..

      Delete
  6. sweet story. walau endingnya gak jadi satu tapi manis.
    Jegeg - Bagus. Seperti tour yang saya pakai pas ke Bali. :D

    ReplyDelete
  7. Saya tiga kali ke Bali
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  8. pengen ke bali blm kesampean
    salam kenal mba,....

    ReplyDelete
  9. lha kalo saya malah belum pernah sama sekali :D
    followers 87 sukses, jngn lip follow back

    ReplyDelete
  10. makasih :)
    tp saya sadar diri kok mba, ini seharusnya bisa dipadetin lg :D

    ReplyDelete
  11. Aiih, Mb Nath selalu bikin melow deh FF nya. hiks, itu kosakata bali banyak banget Mbak :)

    ReplyDelete