Wednesday, September 9, 2015

Tentang Awug dan Teman-Temannya

Bulan September ini, saya bersama tiga orang lainnya bertugas menjadi penyelenggara arisan RT di komplek, karena bulan sebelumnya menjadi pemenang arisan. Jumlahnya uangnya enggak seberapa, tapi lumayan bisa dipakai membeli case untuk ponsel kesayangan si Asus Zenfone 2, hihihi.... Yang penting silaturahminya ;)

Nah enaknya, arisan di RT saya diadakan di Gedung Serbaguna. Jadi apabila bertugas sebagai penyelenggara, enggak perlu repot beres-beres rumah. Cukup bersih-bersih gedung (disapu dan dipel), merapikan meja dan kursi, serta menyiapkan konsumsi. Siap deh.

Konsumsinya pun bukan makanan berat yang ribet seperti nasi atau lontong, tapi camilan yang simpel. Biasanya sih berupa kue dus. Beruntung, tahun ini saya kebagian menjadi penyelenggara bersama orang-orang yang seide. Konsumsinya yang simpel-simpel saja, beli enggak perlu bikin sendiri. Selain itu harus beda, karena bosan juga kalau tiap bulan konsumsinya kue dus terus. Meskipun isinya sih pasti beda-beda ya, enggak sama persis. Beberapa waktu yang lalu, pernah ada yang menyajikan bakso tahu dan zupa-zupa sebagai konsumsi arisan. Kami pun memutar otak, konsumsi apa ya yang asyik....

Aha! Awug saja. Mari lestarikan jajanan tradisional ini. Kebetulan tidak jauh dari komplek perumahan kami, ada Awug Metro. Lokasinya yang strategis serta harganya yang cukup terjangkau, membuat kami sepakat untuk menyajikan awug sebagai konsumsi pada acara arisan bulan ini. Cukup pesan sehari sebelumnya, tiga puluh lima kotak awug pun siap diambil.


Satu dus awug seharga Rp 7.000 terdiri dari awug beras, cenil, klepon, dan jiwel. Isi bisa disesuaikan tergantung dengan pesanan masing-masing. Soalnya kurang seru kalau hanya pesan awug saja, jadi pesan teman-temannya juga :D


  • Awug. Terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan parutan kelapa, aroma pandan, dan gula merah yang dicampur dan dikukus. Mirip dengan putu. Bedanya, kalau putu dikukus dalam potongan bambu kecil. Sedangkan awug dikukus dalam aseupan, wadah berbentuk kerucut. Paling nikmat dimakan ketika masih hangat, ditemani dengan secangkir teh hangat. Teksturnya padat tapi lembut. Manisnya pas, enggak giung.
  • Cenil. Terbuat dari tepung ketan yang dicampur dengan air dan direbus, kemudian dibalut dengan gula dan kelapa parut. Teksturnya kenyal. Rasanya unik, perpaduan antara manis dan gurih. Ketika masih kecil, kalau sedang menginap di rumah almarhum Nin, saya selalu meminta dibelikan jajanan ini dari ibu-ibu yang menjualnya secara berkeliling.
  • Klepon. Seperti cenil, sama-sama terbuat dari tepung ketan. Hanya saja, tekstur klepon enggak sekenyal cenil. Kemudian, di dalamnya diberi isian gula merah dan kelapa parut. Tidak lupa bagian luarnya juga dibalut dengan kelapa parut. Sensasi ketika gula merahnya muncrat di mulut itu loh, hmmm... seru!
  • Jiwel. Ini juga sama, terbuat dari tepung ketan. Hanya saja ditambah pewarna alami berwarna hitam. Gulanya menyatu dengan adonan. Tapi, tetap dibalut dengan kelapa parut. Kalau yang ini, entah kenapa saya kurang doyan.

Walaupun judulnya camilan, tapi cukup mengenyangkan loh. Waktu itu kan masih ada sisa konsumsi, jadi masing-masing penyelenggara kebagian dua dus. Satu dus saya kasih ke orang tua, supaya bisa ikut mencicipi. Satu dus lagi dibawa pulang ke rumah. Dimakan bertiga bersama suami dan Jav. Ternyata kenyang juga.

Buat yang di Bandung atau yang lagi jalan-jalan ke Bandung dan kepingin mencicipi Awug Metro, ini alamatnya. Ada beberapa cabang ;)



24 comments :

  1. makanan tradisional ini (awug dan teman-temannya) sudah jarang menemukannya, kelihatan nikmat banget.
    meski tradisional, kemasannya terlihat menarik, jadi berkelas

    ReplyDelete
  2. Yg item itu kayak jongkong klo di tempatku mba

    ReplyDelete
  3. Aku pikir bikin sendiri..... udah ach kalau ke bandung nyari ach

    ReplyDelete
  4. kurang klanthingnya mbaa... enak itu kenyal2

    ReplyDelete
  5. awug metro emang uhuy .. jeung bobotoh cenil dkk, semua sukaaa.
    Arisan pun makin meriah dg jajanan yg sdh tradisi, nggak mbosenin. Haturnuhun oleh2na.

    ReplyDelete
  6. Awug retro dikemas secara bagus ya Teh, padahal dulu yang jualannya suka pake cukup dengan daung pisang ya dimasukin ke boboko... hehehehehehehe :) Awugnya manisnya gak giung waaah pasti enak tuh ya... :)

    ReplyDelete
  7. makanan tradisional sekali atuh kalo awug mah, ditempat saya juga masih banyak yang jualan awug.hehe

    ReplyDelete
  8. Jadi tuan rumah arisan jadi ngga perlu repot repot buat makanan sendiri ya mba, tinggal beli awug, udah dapat banyak varian di dalamnya

    ReplyDelete
  9. Aaaaa cenilll, aku paling suka itu karena warna warni, bikin tertarik untuk memakannya

    ReplyDelete
  10. saya suka klepon.....weeiiishhh....blem semua..digigit...pecahlah cairan gula merah dari dalam nya.....#jadi pengen nech....hehehheh.....

    ReplyDelete
  11. keluarga saya semuanya suka sama awug teh.. soalnya rasanya enak banget...
    saya paling seneng kalo makan klepon itu pas di gigit gula yang di dalemnya muncrat / pecah di mulut :)

    ReplyDelete
  12. Itu makanan kesukaan saya dulu bu, jadi ingat waktu di desa, kapan bisa menikmati jajanan seperti itu lagi yah,,, apalagi kalau di campur dengan gula merah, Hmmm mantap sekali rasanya.

    ReplyDelete
  13. Kalau di desa saya namanya beda.
    Awug=Sawut
    Cenil=Cenil
    Klepon=Klepon
    Jiwel=Lopes
    Lopes ada dua lopes ketan sama lopes tepung beras putih.
    Semua rasanya Muuuuuaantap, banget!

    ReplyDelete
  14. Awug saya suka banget tuh teh sangat enak sekali.

    ReplyDelete