Saturday, February 13, 2016

Blighted Ovum

Ketika mulai menulis cerita ini, saya sedang terbaring di sebuah rumah sakit ibu dan anak. Saya enggak menyangka akan berurusan lagi dengan infus, tes darah, tes obat anti biotik di kulit, dan kawan-kawannya secepat ini. Perkiraan saya padahal baru bulan Agustus, itu pun kalau nanti harus melahirkan secara bedah sesar (SC) lagi. Ternyata saya harus melalui rangkaian tersebut bulan Februari ini, heuheu....

Ceritanya panjang. Dimulai ketika saya dan suami memutuskan untuk memulai program hamil lagi, mencoba memberikan adik untuk Jav sejak bulan Ramadhan 2015. Namun saya baru bisa lepas IUD bulan Oktober. 

Nah, setelah lepas IUD itu, saya enggak mendapatkan menstruasi di bulan Desember. Cobain test pack, ternyata positif. Saya pun langsung kontrol ke dokter Mulya di KIA Harapan Bunda. Pingin coba konsultasi sama dokter yang lain setelah selama ini konsul sama dokter Rima. Rasanya sih cocok. Tapi kalau melahirkan, nanti pindah ke dokter perempuan lagi, hehe.... Dari hasil USG, rupanya kantung janin sudah terlihat, usia kehamilan 5w4d. Yeay! Jav mau punya adik.

Namun ketika dua minggu kemudian saya kontrol lagi, janinnya belum terlihat melalui USG, padahal seharusnya sudah. Begitu juga dengan detak jantungnya, enggak ada, padahal harusnya sudah terdengar. Saat itu umur kehamilan 7w4d. Kalau dari ukuran kantung janin sih perkembangannya sesuai. Tapi dokter sudah mulai curiga bahwa kehamilan saya ini bermasalah. Karena saya takut untuk USG transvaginal, jadi menunggu untuk kontrol selanjutnya dua minggu lagi.

Pas saya mau kontrol lagi, dokternya cuti seminggu. Jadi saya baru kontrol tiga minggu kemudian. Usia kehamilan 10w5d. Kali itu saya datang sendiri, eh ditemani Jav juga sih, padahal biasanya ditemani suami. Pantas perasaan saya enggak enak banget, pingin ditemani suami atau ibu. Ketika di-USG, ternyata janinnya masih belum terlihat. Saya pun divonis blighted ovum.

Blighted ovum itu terjadi ketika sel sperma membuahi sel telur sehingga memberikan sinyal ke tubuh saya untuk membentuk kantung janin, mengeluarkan hormon HCG, dan lain-lain. Makanya saya pun enggak mendapatkan menstruasi, hasil test pack positif, serta merasakan gejala hamil muda seperti mual, pusing, dan sebagainya.

Tapi ternyata sebetulnya saya enggak benar-benar hamil. Sel hasil pembuahan tersebut enggak membelah dan berkembang. Penyebabnya bermacam-macam. Bisa karena kualitas ovum dan/atau sperma yang kebetulan sedang enggak bagus. Bisa karena virus TORCH. Atau bisa juga karena gangguan pembekuan darah.

Kaget, tapi saya masih bisa tenang dan berusaha untuk ikhlas. Dokter merekomendasikan saya untuk segera mengakhiri kehamilan dengan cara melakukan kuret. Tapi saya meminta agar dicoba memakai obat dulu, supaya diusahakan luruh sendiri saja. Kalau enggak berhasil, baru dikuret. Namun saya enggak langsung menebus obatnya, mau konsultasi sama suami dulu. Di rumah, ketika saya menceritakan hasilnya pada suami sore harinya, barulah saya mulai menangis. 

Pantas, akhir-akhir ini saya enggak mual-mual lagi. Meskipun memang malas makan daging dan ikan, tapi enggak pernah sampai muntah-muntah. Stok permen jahe pun sudah beberapa minggu enggak tersentuh. Dan sejak awal kehamilan, perasaan saya memang berbeda sih dengan ketika sedang hamil Jav dulu. Sering bertanya-tanya, saya ini benar sedang hamil atau enggak sih. Rasanya antara ada dan tiada. Jadi, sedihnya ya enggak lama-lama, karena sejak awal juga sudah ada firasat. Ya, memang belum rezeki.

Permen jahe yang akhir-akhir ini enggak pernah disentuh lagi
Suami sih inginnya saya langsung dikuret saja. Takutnya seperti ketika melahirkan dulu. Sudah mulas-mulas karena induksi, eh ujungnya tetap harus dioperasi. Sakit dua kali deh. Teman-teman pun memang menyarankan untuk langsung kuret saja, supaya langsung bersih.

Keesokan harinya kami datang ke RS Al-Islam. Diperiksa dulu sama dokter Ani. Usia kehamilan 10w6d dan beliau pun mengatakan hal yang sama, blighted ovum. Kami langsung mendaftar untuk rawat inap, tapi ternyata kamarnya sedang penuh. Enggak tanggung-tanggung, nama saya masuk daftar waiting list urutan ke-11, heuheu....

Kami akhirnya menunggu saja. Toh saya enggak merasakan keluhan apa pun, baik mulas maupun flek. Keluarga dan beberapa teman merasa khawatir ketika mengetahui bahwa saya belum mendapatkan kamar di RS Al-Islam sehingga belum bisa kuret. Padahal saya malah bersyukur. Karena pertama, saya perlu waktu untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kehamilan ini memang harus diakhiri. Kedua, saya juga perlu waktu untuk menyiapkan mental sebelum melaksanakan kuret. Serta ketiga, saya butuh waktu lebih lama untuk berdoa agar kehamilannya bisa luruh sendiri, supaya enggak perlu dikuret. Takut, huhu....

Hingga seminggu kemudian, 11w6d mulai keluar flek. Saya mencoba menghubungi RS Al-Islam tapi kamarnya masih penuh. Kini saya berada di urutan waiting list ke-8. Saya pun mencari alternatif tempat lain dan menemukan RSIA Humana Prima. Kali ini saya diperiksa oleh dokter Selvie. Usia kehamilan 12w0d, dan beliau pun menyimpulkan hal yang sama, blighted ovum. Kalau di sini, dokter yang berkuasa. Tanpa perlu menunggu ada kamar atau enggak, beliau langsung membuat janji untuk kuret dua hari kemudian.

Dan sekarang di sinilah saya, 12w2d, mata, bibir, dan wajah saya bengkak karena alergi obat anti nyeri. Bertambah lagi deh daftar obat yang membuat saya alergi. Enggak apa-apa lah, yang penting kuretnya sudah selesai dengan lancar.

Terima kasih buat teman-teman dan saudara-saudara atas dukungannya baik berupa doa, sharing pengalaman, serta sharing informasinya :)

- 11 Februari 2016 -

18 comments :

  1. sekarang mah udah sehat kan?
    selalu sehat ah yah...!!

    ReplyDelete
  2. Semangat Teh, selalu ada kebaikan di belakangnya.

    ReplyDelete
  3. Aku ketauan BO pas 8week, mba tapi dokter masih mau nunggu eh pas 10week flek dikit lalu pendarahan hebat hingga 2 minggu lamanya. semangat mbakkk :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. dokter yg terakhir jg blg, siapa tau sbelum jdwl kuret saya pendarahan trus bersih sendiri... tp blum kjadian jg sampe jdwl kuret... klo nunggu2 lagi, kasian suami jd ga bisa kerja :D

      Delete
  4. i am so sorry to read this... Semoga dikuatkan selalu ya... *hugs*

    ReplyDelete
  5. saya pernah mengalami gejala hamil juga ternyata hnya gangguan hormon :( sehat-sehat ya mbaa

    ReplyDelete
  6. Semoga ada jalan yang terbaik dari musibah ini mba .. :D Aminnn

    ReplyDelete
  7. Ikut dheg-dhegan bacanya.
    Sayapun pernah ngalamin muka merah bengkak krn alergi obat.

    Alhamdulilah mbak sdh membaik. Semoga sgr pulih kembali, sehat tanpa penyakit, Allah beri pengganti kesedihan dg kebahagiaan yg lebih lainnya, Insya Allah.

    haloooo AA JAv, biasa main sendiri yah? Kesinih main sama uwa Lady..hihi.
    Permen jahenya bunda, bawain yaaaah :)

    ReplyDelete