Tuesday, July 19, 2016

Yuk, Memahami Diri Sebagai Orang Tua

Memahami Diri Sebagai Orang Tua

Alhamdulillah, sekitar sebulan yang lalu, tepatnya hari Kamis tanggal 2 Juni 2016, Jule & Antzer Mother School kembali mengadakan acara parenting untuk ibu-ibu di sekitar komplek. Sebagian besar sih ibu-ibu teman sekolah Jav. Masih bertempat di TPA komplek, kali ini materinya tentang "Memahami Diri Sebagai Orang Tua". Adapun narasumbernya yaitu Ibu Irawati Imran, Psi. Formatnya sih lebih ke bentuk workshop. Jadi sebagian besar kegiatannya berupa praktik dan sharing pengalaman.

Bu Ira (Psikolog), Teh Grisma (MC), dan Teh Yuli (Pendiri Jule & Antzer Mother School)
Bu Ira langsung membuka kegiatan ini dengan dua buah studi kasus. Kasus yang pertama mengenai seorang ibu yang merasa kesal dan marah ketika anaknya yang baru berusia 4 tahun berusaha membuat susu sendiri, namun menumpahkannya karena kaget ketika air panas mengenai tangannya. Sehingga terlontarlah kata 'anak nakal' dan 'tidak bisa diam' dari mulut ibu.

Para peserta pun diajak untuk membahas kejadian tersebut. Apakah kata-kata itu merupakan respon terhadap anak atau justru respon terhadap diri sendiri? Nah loh.... Apakah ibu kesal karena susu yang terbuang? Apakah ibu marah karena harus mengepel lantai lagi?

Apabila benar-benar merespon anak dan berpikir secara jernih, tentu ibu dapat melihat sisi positifnya. Bahwa ternyata anaknya mandiri dan mau berusaha, sehingga yang muncul adalah rasa bangga. Agar kejadian tadi tidak terulang lagi, ibu bisa mengatakan kepada anaknya agar lebih berhati-hati atau meminta tolong. Ibu juga bisa memberi contoh dan mengajarkan anak bagaimana cara membuat susu.

Oleh karena itu, untuk dapat merespon suatu kejadian dengan baik, ibu harus lebih banyak belajar mengekspresikan diri. Ibu juga harus sadar ketika sedang memiliki banyak masalah atau bahkan menyimpan masalah dari masa lalu yang belum selesai.

Sedangkan kasus yang kedua mengenai seorang ibu yang kebingungan karena anak perempuannya yang berusia 8 tahun sulit lepas dan masih menangis apabila ditinggal ibu di sekolah.

Apakah anak yang tidak bisa lepas dari ibu atau malah ibu yang tidak bisa lepas dari anak? Hal tersebut bisa terjadi karena ibu yang merasa selalu cemas ketika harus melepas anak, mempunyai perasaan memiliki yang tinggi, mengalami masa lalu yang tidak aman, atau mungkin hubungan yang tidak harmonis dengan suami. Sehingga ibu melimpahkan kasih sayang yang berlebihan kepada anaknya.

Jadi sekarang mulai jelas kan. Ketika anak bermasalah, sebenarnya akar masalahnya mungkin berada pada orang tua. Makanya, Bu Ira memberikan kesempatan kepada peserta yang ingin menyampaikan masalahnya. Beberapa peserta pun mengungkapkan 'rahasianya'. Bukan untuk membuka aib, tetapi untuk berbagi pengalaman dan mengambil hikmahnya. Rupanya ada yang memiliki kesulitan dalam menerapkan metoda pengasuhan karena masih tinggal bersama dengan orang tua. Ada juga yang memiliki trauma masa lalu akibat di-bully oleh teman sekolah. Serta ada pula yang memiliki trauma karena kehidupan orang tua yang tidak harmonis....

Sebelum melanjutkan materi mengenai cara agar lebih memahami diri sebagai orang tua, para peserta diajak untuk menetapkan tujuan pengasuhan. Parent out of purpose versus parent out of emotion. Kenapa? 
  • Supaya lebih mudah untuk menentukan strategi
  • Agar bisa mencapai hasil pengasuhan sesuai keinginan 
  • Untuk menciptakan struktur dan konsistensi 
  • Sebagai batas perilaku yang sehat
  • Serta agar pola komunikasi terus berkembang

Berikut beberapa pertanyaan yang dapat digunakan orang tua untuk merancang tujuan parenting. 
  • Apa yang menjadi harapan saya pada anak sebagai hasil peran saya sebagai orang tua (goal)?
  • Nilai-nilai apa yang saya suka untuk saya semaikan pada anak sebagai hasil pengasuhan saya (value)?
  • Apa tipe kepribadian yang akan saya kembangkan pada anak saya?
  • Bagaimana relasi yang saya ingin miliki dengan anak?

Menurut Bu Ira tidak ada jawaban yang benar maupun yang salah. Namun semakin jelas dan spesifik, akan semakin baik. Selanjutnya orang tua perlu membuat strategi dan melakukan review secara berkala.

Nah, menyadari peran sebagai orang tua, merupakan kunci dari productive and purposeful parenting. Berikut langkah-langkahnya.

Pertama, mengetahui tingkatan parenting awareness.
  • Level 1 - Egoistis Orientation (mengacu pada kebutuhan diri sendiri)
  • Level 2 - Conventional Orientation (didasarkan pada pengetahuan umum/konvensional, contoh: anak harus diam)
  • Level 3 - Subjective-Individualistic Orientation (sudah mengacu pada anak, contoh: memahami keunikan anak)
  • Level 4 - Process or Interactional Orientation (kesadaran didasarkan pada pengertian bahwa anak bukan milik kita, tetapi ciptaan Allah yang perkembangannya dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga dapat memahami dinamika dan kebutuhan anak)

Kalau saya, kadang berada di level 3, kadang juga berada di level 4. Tapi jujur, masih ada juga saat-saat di mana saya berada di level 1, huhu....

Kedua, memahami gaya pengasuhan. Gaya pengasuhan ini bukan hanya belief apa yang dipegang orang tua, tetapi juga bagaimana action-nya. 
  • Otoriter - Pola komunikasi satu arah, anak harus mengikuti perintah orang tua
  • Demokratis - Pola komunikasi dua arah dan sesuai kesepakatan, pemberian tanggung jawab sesuai kapasitas perkembangan anak, mempertahankan batas keamanan baik untuk anak maupun orang lain.
  • Permisif - Membebaskan tanpa pengawasan


Memahami Diri Sebagai Orang Tua
Formulir gaya pengasuhan
Bu Ira membawa formulir yang bisa diisi oleh para peserta agar dapat mengetahui gaya pengasuhannya masing-masing. Hasilnya macam-macam. Ada yang belief-nya demokratis, namun action-nya permisif. Ada yang belief-nya permisif, namun action-nya otoriter. Ada yang belief dan action-nya sama-sama permisif, dan lain-lain. Kalau saya, ternyata belief dan action-nya sama-sama demokratis. 

Ketiga, observasi pola asuh yang didapatkan orang tua dan pengalaman masa kanak-kanak orang tua. Biasanya hal ini sangat berpengaruh. Meskipun tidak suka, namun secara tidak sadar, pola-pola tersebut sering menurun.

Keempat, menggali, memahami, dan merespon kejadian traumatis yang dialami pada masa kecil.

Kelima, memahami kemampuan diri dalam membentuk relasi, membuat batas-batas perilaku, berkomunikasi dengan orang lain, mengelola emosi, dan mengatasi stres.

Sebagai penutup, berikut pertanyaan yang dapat membantu orang tua untuk melakukan refleksi diri, mengembangkan kesadaran diri sebagai orang tua.
  • Gambarkan pola pengasuhan orang tua pada beberapa masa kehidupan awal 
  • Gambarkan kenangan masa kanak-kanak yang mempengaruhi bagaimana saya menjadi orang tua pada hari ini 
  • Bagaimana saya menggambarkan emosi saya? 
  • Bagaimana saya membentuk dan memelihara relasi dengan orang lain?
  • Bagaimana relasi saya dengan anak? (boleh per masing-masing anak dan secara umum)
  • Bagaimana saya bertoleransi atau mengelola emosi saya terutama tekanan? 
  • Bagaimana saya dapat berkomunikasi dengan orang lain?
  • Bagaimana saya dapat berkomunikasi dengan anak?

Begitulah kira-kira materi yang sempat saya tangkap dari kegiatan workshop parenting ini. Yuk ah, dipraktikkan ;)

Foto bersama

35 comments :

  1. Materi yg menarik. Dan sepertinya harus segera saya praktikkan untuk pengasuhan anak2 saya. Saya share ya, Mbak. Siapa tahu ilmunya bermanfaat untuk yg lain. :)

    ReplyDelete
  2. Makasih, mbak, udah mau ngeshare materinya. Sebagai ibu masih banyak minusnya. Kadang kalau lagi jengkel karena lelah suka berada di level 1. Padahal kalo dipikir-pikir yang salah itu ya saya, karena belum tahu maksudnya dia apa, emaknya sudah marah-marah. :D

    ReplyDelete
  3. harus langsung dipahami benar nih, thanks ya teh lia sharingnya

    ReplyDelete
  4. Bagus-bagus ya teh acara di kompleks dan sekolah Jav.
    thanks for sharing

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah...
      kebetulan ada tmn (teh yuli) yg peduli dan ngerangkul tmn2 kuliah seangkatannya utk bikin jule & antzer mother school ;)

      Delete
  5. Menarik euy, menyelesaikan masalah dari akarnya. Jadinya orang tua malah diajak 'ngaca'. Emang sejak jadi orang tua, saya kerasa banget sih dipaksa ngaca waktu ngelihat kelakuan anak sendiri heuheuheu

    ReplyDelete
  6. Betul sekali, Mbak, tak jarang anak disebut bermasalah, akan tetapi sesungguhnya akar permasalahannya di orangtua.

    ReplyDelete
  7. seru ya kompleksnya ibu-ibunya disini paling ngaji2 kalau yang kegiatan gini lebih ke anak remaja masjid
    usul ah nanti

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya alhamdulillah ktemu sama ibu2 yg seneng belajar ilmu parenting jg

      Delete
  8. Membaca parenting awareness jd diingatkan kembali dmn level kita berada.. tfs mba ^^

    Salam kenal, ibu bahagia dot com

    ReplyDelete
  9. saya masih menjbat sebagai seorang anak, cuma mau berkata Makasih bu,, sharingnya dan ini bisa dipraktekkan kalau saya sudah beristri dan memiliki anak nantinya. (wah ane nyasar), heheheh

    ReplyDelete
  10. Anak sy TK B juga sulit lepas mba, beda dg kakanya saat TK. Emang saya kurang stimulasi sosialisasinya utk anak ke2 ini. Mgk jg krn program sekolh yg menurut dia terlalu berat krn beda sekolh dg kakanya

    ReplyDelete
  11. Ilmu yg sangat2 bermanfaat bagi ibu, ayah maupun calon orang tua. Terima kasih sudah share materi ini, Mbak :)

    ReplyDelete
  12. aku belum punya anak sih kak, tapi dari dulu concern sama masalah parenting. kadang ada pertanyaan dalam diri sendiri juga sih, meskipun udah tau teorinya, tapi prakteknya nanti bakal bisa jadi ibu yang baik nggak ya? tapi pasti bisa ya. :)

    ReplyDelete
  13. wah, makasih mbak. Saya juga sering ngaca, tapi permasalahannya saya butuh seseorang yg bisa diajak konsultasi. Enak kalau yang begini, kita punya partner buat diskusi

    ReplyDelete
  14. Betul banget, termasuk kalau anak nya nangis kejeerr di depan umum gitu (lupa istilah nya) itu bisa jadi karena didikan orang tua nya juga donk ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau tantrum memang ada masanya, yg penting ortunya ga ikut tantrum :D

      Delete
  15. Senangnya kalau ada tempat sharing begini ya

    ReplyDelete
  16. Betul banget kalau ini euy.. hem, ane harus banyk belajar jadi orangtua yang baik...

    ReplyDelete
  17. Bismillah. Coba praktik. Makasih ilmu parentingnya. :)

    ReplyDelete