Saturday, September 9, 2017

Pengalaman Menyusui Rashya


Salah satu hal yang paling saya tunggu apabila mempunyai bayi lagi yaitu aktivitas menyusui. Duh, melihat ekspresi bayi yang sedang khusyuk menyusu itu menyenangkan sekali. Benar-benar pemandangan yang tak ternilai harganya.

Alhamdulillah setelah menyusui Jav dengan berbagai macam dramanya (ASI Eksklusif, nursing strike, hingga menyapih), kini saya diberi kesempatan lagi untuk menyusui Rashya. Namun bukan berarti karena sudah menyusui Jav selama 26 bulan lantas saya menjadi ahli dalam hal ini. Rupanya masih ada beberapa hal yang terlupa ataupun belum saya ketahui. Waktu hamil kemarin sempat sih baca-baca lagi buku Catatan Ayah ASI dan Buku Pintar ASI dan Menyusui. Tapi hanya selewat, hehe....

"ASI-nya banyak?"

Saya sering sekali mendapat pertanyaan semacam ini ketika ada teman atau saudara yang datang menjenguk. Daripada urusannya jadi panjang, saya jawab saja "Iya." Kemudian di dalam hati menggerutu, "Terserah deh mau percaya atau enggak. Lagian ngapain sih nanya-nanya yang begitu. Produksi ASI kan mengikuti prinsip supply-demand." Yup, prinsip supply-demand ini menjadi mantra andalan saya agar lebih percaya diri ketika dulu menyusui Jav.

Apa memang betul begitu? Ternyata oh ternyata, prinsip supply-demand enggak berlaku di hari-hari pertama menyusui loh. Saya baru tahu kemarin (masa-masa awal menyusui Rashya).

Sejak trimester ketiga, apabila dipencet, ASI (kolostrum) saya sudah keluar. Sayang, meskipun bisa melahirkan pervaginam, proses IMD Rashya enggak total. Setelah skin to skin contact selama setengah jam saja, Rashya segera dibawa ke ruang perawatan anak untuk diobservasi.

Baru lah enam jam kemudian saya bisa bertemu lagi dengan Rashya (rawat gabung) dan mulai menyusuinya. Alhamdulillah, meski sempat bingung sebentar (ya iyalah, lagi enak-enak tidur terus dibangunin dan disodorin nenen), Rashya langsung pintar menyusunya. Sejak saat itu saya rutin menyusui Jav setiap dua jam sekali.

Hari kedua, kami sudah berada di rumah. Saya belum memakai breastpad, karena mikirnya toh ASI (kolostrum) masih sedikit, enggak akan bocor. Eh, ternyata bocor loh, basah baju saya. Akhirnya langsung pakai breastpad deh.

Masalah muncul di malam ketiga. ASI-nya enggak ada. Rashya pun rewel. Sebelum stres melanda, saya berusaha untuk bisa tenang. Untungnya suami enggak banyak berkomentar. Dia langsung membuatkan minuman hangat dan memijat punggung saya. Namun tetap saja di dalam hati saya merutuk, "Katanya produksi ASI sesuai prinsip supply-demand. Tapi kenapa sekarang enggak bisa memenuhi kebutuhan Rashya? Why oh why? Hiks...."

Akhirnya, setelah beberapa jam begadang, ASI-nya keluar juga. Rashya pun kenyang dan tidur nyenyak. Selanjutnya saya tetap konsisten menyusui Rashya setiap dua jam sekali. Hari kelima, ASI saya melimpah lagi. Terasa sangat kencang dan suka bocor. 

Karena penasaran, maka saya membaca ulang Buku Pintar ASI dan Menyusui. Kali ini dibaca sungguh-sungguh, enggak dilewat-lewat, hoho....

Jadi, produksi ASI itu terjadi dalam tiga tahap/fase, yaitu laktogenesis I, laktogenesis II, dan laktogenesis III.
  • Laktogenesis I telah dimulai sejak akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga. Prosesnya diatur oleh hormon endokrin. Saat ini produksi ASI belum terlalu banyak karena ditekan oleh hormon progesteron. Setelah melahirkan dan plasenta lepas dari rahim, barulah kadar hormon progesteron turun. Selanjutnya produksi ASI (kolostrum) pun meningkat yang dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Jumlahnya memang hanya 3-5 sendok teh. Oh.... Ini nih yang saya baru tahu. Di hari-hari pertama, prinsip supply-demand memang belum berlaku. 
  • Laktogenesis II terjadi sekitar 4-6 hari setelah kelahiran bayi. Kadar hormon progesteron terus menurun sedangkan hormon prolaktin terus meningkat. Kolostrum pun berubah menjadi ASI transisi dan mulai diproduksi lebih banyak. Sekarang hukum persediaan versus permintaan mulai berlaku.
  • Laktogenesis III terjadi sekitar 10 hari sampai 2 minggu setelah kelahiran bayi. ASI transisi berubah menjadi ASI matang/matur. Produksinya bergantung pada hukum persediaan versus permintaan, yaitu seberapa sering ASI dikeluarkan dan seberapa baik pengosongan payudara.

Kini, usia Rashya sudah 1 bulan. Payudara enggak terlalu kencang lagi, tapi ASI-nya masih suka bocor. Mudah-mudah lancar terus sampai usia Rashya 2 tahun. 

Nah, sekarang saya sedang galau nih. Perlu menyimpan stok ASIP enggak ya.... Walau enggak kerja kantoran, mungkin suatu saat nanti saya butuh bepergian tanpa membawa Rashya. Kontrol ke dokter atau me time ke salon, hihi.... Tapi malas mompanya.... Tapi penting.... Kalau enggak nyetok, takut kejadian seperti Jav terulang lagi. Saya sakit, makan obat yang enggak aman untuk ibu menyusui, sehingga selama dua minggu Jav minum susu formula karena saya enggak memiliki stok ASIP. Duh, jangan sampai terulang lagi deh. Tapi malas mompanya.... Tapi harus deh kayanya....

Menurut teman-teman bagaimana?

Referensi:
Monika, F.B. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta: Noura Books.

12 comments :

  1. Nah sama Teh, saya ga kerja gak punya ASIP kerasa bgt pas cacar tapi Alhamd gapapa sih cz saya emang ga punya freezer teh terus skrg udah ada breast pump sih buat pas nyalon hehe

    ReplyDelete
  2. Pompa Teh, nggak boleh males, apalagi kalau setelah disusuin masih kerasa penuh sayang kalau gak dipompa.. Semangat mompa teh, siapa tau dibutuhkan nanti.. :)

    ReplyDelete
  3. selamat menyusui ya busui. istri saya juga sedang jadi busui anak pertama kami.

    ReplyDelete
  4. Aku selalu punya ASIP. Walopun di rumah gak ke mana-mana. Soalnya ASI melimpah. Sakit kalo gak diperas. Tapi, ujungnya sering dibuang juga. Gak keminum ASIP-nya.

    ReplyDelete
  5. selamat menyusui ya mbak yu,, saya sih merindukan saat2 seperti itu lagi :-(

    ReplyDelete
  6. Amin..semoga lulus S3 asi ya
    Wah maaf ketinggLan berita..ternyata adiknya Jav sudah lahir..selamat yaa :)

    ReplyDelete