Monday, February 8, 2010

Rumput Tetangga

Mia menghela nafas panjang. Sisi bertengkar lagi dengan Aryo. Sejak sejam yang lalu Sisi tidak bosan berkeluh kesah mengenai kekasihnya dan membandingkan-bandingkannya dengan pria lain. Ini bukan yang pertama kali Sisi mengeluh bagaimana kekasihnya tidak perhatian seperti si A, bagaimana kekasihnya tidak romantis seperti si B, dan sebagainya.

Sebenarnya Mia sudah sangat bosan mendengarkan hal-hal yang dibicarakan Sisi. Apalagi pertemanan Mia dan Sisi tidak terlalu dekat. Tapi mau bagaimana lagi, Sisi adalah rekan kerja barunya dan kebetulan mereka mempunyai arah pulang yang sama. Maka 6 bulan terakhir ini Mia selalu makan malam bersama Sisi setiap pulang kerja, dengan topik pembicaraan yang selalu sama.       

Kali ini Mia sudah tidak tahan, dia sudah terlalu lama hanya menjadi pendengar yang baik. Sekarang saatnya dia mengatakan semuanya kepada Sisi.

"Si, ada sesuatu yang ingin aku omongin sama kamu.."

"Yah? Kenapa? Dimas juga cuek yah sama kamu?"

"Aku udah lama putus sama dia.."

"Oyah, ko aku engga tau? Ko bisa sih?"

"Itu ga penting.."

"So?"

"Si, buat kamu Aryo tidak seperhatian si A, Aryo tidak seromantis si B, dan sebagainya. Seperti istilah 'rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau' yang sering aku omongin sama kamu.."

"Hhh bahas istilah itu lagi, bukan hanya 'terlihat lebih hijau' Mi, tapi memang begitu kenyataannya.."         

"Seharusnya kamu tidak hanya melihat kelebihan orang lain dan kekurangan Aryo, tapi juga melihat kekurangan orang lain dan kelebihan Aryo. Mungkin menurutmu rumput tetangga lebih hijau, tapi kamu tidak menyadari bahwa 'rumput punyamu ternyata lebih indah bagi orang lain yang melihatnya'.."

"Maksud kamu apa?"

"Aku jatuh cinta pada Aryo semenjak pertama kali kami bertemu. Tapi ternyata dia kekasihmu. Kalau kamu memang tidak bisa menerima dia apa adanya, aku dengan senang hati menerima Aryo menjadi kekasihku, itu pun dengan catatan Aryo mau menerimaku.."

"..."

"Maaf ya Si.."

Mia membereskan barang-barangnya, menaruh selembar uang di meja, kemudian meninggalkan Sisi terperangah sendiri di restoran itu. Mia merasa jahat, tapi biarlah, Aryo pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik dari Sisi dan dia akan berusaha menjadi perempuan itu.

No comments :

Post a Comment