Aku benci kamu.
Kamu adalah bagian dari hidupku, tapi aku benci kamu.
Aku tau aku membutuhkanmu, tapi aku benci kamu.
Sudah lama aku ingin membuatmu pergi. Tapi orang tua dan sahabatku memintaku untuk menerimamu dalam hidupku. Menerimamu apa adanya.
Tapi kali ini aku sudah benar-benar tidak tahan. Kamu telah membuatku sakit hati. Aku sudah memutuskan untuk menyingkirkanmu dari hidupku.
Sebulan kemudian...
"Hei, bengong aja.." Ratih mengagetkanku yang sedang memperhatikan anak-anak laki-laki bermain basket di lapangan. Kelas kami berada di pinggir lapangan, jadi saat jam istirahat seperti ini, aku dan Ratih biasa menghabiskan waktu di bangku depan kelas yang menghadap lapangan sambil ngobrol dan makan cemilan.
"Ih siapa juga yang bengong.." aku mengelak.
"Sama sahabat kok engga ngaku gitu sih.. Aku tau kamu lagi merhatiin Rian.. Seperti biasa.." Ratih menggodaku.
"Ko Rian engga pernah nyapa aku lagi yah.." aku akhirnya mengakui apa yang sedang aku pikirkan.
"Mengejekmu drakula lebih tepatnya.. Hihi.." Ratih tertawa.
"Aku memang sengaja pakai behel supaya Rian engga mengejek aku lagi.. Tapi bukan seperti ini yang aku inginkan, Rian malah jadi seperti menjauh.." aku mengeluh.
"Hmm.. Makanya aku kan udah bilang, gigi gingsulmu itu jangan dicabut.." Ratih membahas keputusanku sebulan yang lalu.
"Tapi aku sakit hati disebut drakula sama Rian.. Sama cowo yang aku taksir.." aku mengingatkan Ratih.
"Nih aku kasih tau yah.. Kemarin setelah rapat OSIS, kebetulan aku dan Rian pulang bareng.. Rian bilang sama aku kalo kamu lebih manis dengan gigi gingsulmu.." Ratih menjelaskan.
Kata-kata Ratih membuatku terhenyak. Sekarang aku tau kenapa Rian menjauh.
Aarrrgghh! Lagi-lagi aku sakit hati karenamu gigi!
#FFHore [1]
No comments :
Post a Comment