Usia 23 merupakan usia yang sangat istimewa bagi saya. Terdapat beberapa hal yang saya lakukan pada saat itu yang berdampak baik sampai sekarang. Hmmm poin-poinnya saya tulis dengan gaya ramalan bintang aja ya :p
Karir
Waktu itu saya masih bekerja di ITB -institusi yang sama dengan tempat saya menempuh pendidikan. Sambil menjalani pekerjaan sebagai asisten peneliti, beberapa kali saya mengikuti tes di perusahaan swasta. Namun saya tidak pernah melanjutkan proses seleksi bila tes selanjutnya (biasanya wawancara) diadakan di luar Kota Bandung. Ya, saya mengikuti tes tersebut hanya untuk berlatih dan menjajal kemampuan, karena harapan saya yang sebenarnya adalah bekerja sebagai PNS di Kota Bandung. Namun hingga dua tahun yang lalu, saya belum juga berhasil lulus seleksi CPNS. Bukan jodoh? Mungkin. Tapi hati kecil saya mengatakan bahwa ini adalah karma. Karma karena telah menyia-nyiakan kesempatan bekerja di perusahaan swasta, sementara ada orang lain yang benar-benar menginginkan pekerjaan tersebut namun tersisih oleh saya.
Saat ini saya hanya berusaha mengambil hikmahnya saja. Kini saya menjadi ibu rumah tangga. Seandainya Tuhan mengijinkan saya bekerja sebagai PNS, tentu saya tidak dapat mencurahkan seluruh waktu saya sebagai seorang istri dan ibu.
Pendidikan
Jujur, melanjutkan pendidikan ke jenjang magister tidak pernah terpikir dalam kepala saya. Tiba-tiba dosen sekaligus bos saya menawarkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan magister. Saya menerima tawaran tersebut dan akhirnya terdaftar sebagai mahasiswa lagi di ITB. Namun dosen saya itu menginginkan pendidikan yang lebih untuk saya. Saya bisa dialihkan ke program double degree. Setahun di Indonesia dan setahun lagi di Belanda. Dua tempat dan dua gelar. Sungguh menggiurkan. Tetapi karena merasa belum siap, saya pun menolaknya.
Keputusan yang masih saya sesalkan. Sekarang setelah mempunyai anak, rasanya langkah menjadi terbatas. Jangankan kuliah ke luar negeri, pergi ke salon saja harus mencari waktu yang tepat.
Asmara
Status saya sebagai mahasiswa dan asisten peneliti di ITB menggiring saya untuk bertemu dengan beberapa pria. Hati saya merasa cocok dengan salah satunya. Dia sedang mempunyai proyek kerjasama di ITB, membuat kami menjadi sering bertemu dan saling mengenal. Meskipun dia belum resmi melamar saya, namun saya sangat berharap bahwa dia akan menjadi suami saya. Syukurlah harapan saya akhirnya terwujud. Kami menikah setahun setelah saya lulus pendidikan magister.
Ini adalah keputusan besar yang pernah saya buat dan tidak pernah saya sesali. Sebagai manusia, dia memang tidak sempurna. Tetapi sebagai pasangan saya, segala kelebihan dan kekurangannya menjadi pelengkap bagi diri saya. Semoga kami bisa menjadi jodoh di dunia dan akhirat.
Itu cerita saya tentang hal-hal istimewa di usia 23. Semoga Mba Ayu yang hari ini sedang berulang tahun, mendapatkan hal-hal yang istimewa juga di usia yang ke-23 ini. Semoga panjang umur dan usianya selalu diberkahi oleh Allah SWT. Semoga semua harapannya tercapai. Semoga selalu diberi kesehatan, dilapangkan rezekinya, dan dilancarkan jodohnya :)
Dan yang pasti semoga tidak berhenti berbagi melalui blog. Saya selalu suka FF yang ditulis Mba Ayu :)
~~~~~
Tulisan ini diikutsertakan dalam 23 Tahun Giveaway
Aku masukin mbak :)
ReplyDeletemakasih udah boleh ikut berpartisipasi..
Deleteselamat ulang taun :)
Huwaaa... baru tak baca lagi mbak..
Deletesayang sekali beasiswa doble degreenya gak diambil...
heueheu..kesempatan yang sangat langka mbak..
tapi apapun pilihan mbak saat itu pasti banyak membawa hikmah ya mbak :)
ternyata cinta lokasi ya :) Allhamdulillah bis sampai menikah hingga sekarang ya
ReplyDeletehihi..
Deletepadahal dia itu kakak kelas adik saya, tp kenalnya bukan lewat adik saya :D
hmmm ternyata ada cinta di balik batu
ReplyDelete