Wednesday, October 7, 2015

Gedung Sate, Ikon Kebanggaan Jawa Barat di Kota Bandung


Teman-teman pasti tahu Gedung Sate dong? Ikon kebanggaan masyarakat Jawa Barat yang berada di Bandung. Setiap hari, bukan hanya pada hari libur, bahkan pada hari kerja pun pasti ada saja wisatawan yang sengaja mampir ke kantor pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat ini untuk berfoto di halamannya. Nah, bagi teman-teman yang mau mampir ke Gedung Sate, saya kasih tahu nih, berfoto di depan Gedung Sate sih sudah biasa. Berfoto di menara Gedung Sate, baru luar biasa. 

Gedung yang berada di Jalan Diponegoro Nomor 22 ini pada mulanya dibangun sebagai pusat pemerintahan Belanda dimana Kota Bandung terpilih sebagai ibukotanya. Kenapa Kota Bandung? Karena konon, iklim Kota Bandung pada saat itu mirip iklim di Prancis Selatan ketika musim panas. Maka pada tanggal 27 Juli 1920 dilakukan peletakan batu pertama Gedung Sate oleh Johana Catherina Coops (putri sulung Walikota Bandung) dan Petronella Roelofsen (yang mewakili Gubernur Jenderal di Batavia). 

Pembangunan gedung ini direncanakan secara matang oleh Kol. Purn. V. L. Slors bersama timnya Ir. J. Berger, It. Eh. De Roo, dan In G. Hendriks. Memadukan teknik konstruksi maju dari negara barat dengan wajah arsitektur tradisional nusantara. Dindingnya yang kuat terbuat dari kepingan batu ukuran besar yang berasal dari kawasan perbukitan batu di Bandung Timur (sekitar Arcamanik dan Gunung Manglayang). Setelah selesai dibangun pada September 1924, gedung ini digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum. Baru pada tahun 1980, gedung ini menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Proses pembangunan Gedung Sate

Dulu, gedung ini dikenal dengan nama gedung GB (Gouvernments Bedrijven). Namun kini lebih dikenal dengan sebutan Gedung Sate karena bentuk tusuk sate dengan enam buah ornamen berbentuk jambu air pada puncak menaranya. Enam ornamen tersebut melambangkan modal awal pembangunan gedung ini (Gedung Sate bersama Kantor Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon, Laboratorium, Museum Geologi, serta Dinas Tenaga Air dan Listrik), yaitu sebesar enam juta gulden. 

Banyak yang belum tahu bahwa sebenarnya Gedung Sate terbuka untuk umum. Teman-teman boleh loh melihat-lihat ke dalam gedung, bahkan bisa juga naik ke menaranya. Apabila berminat, silakan datang pada hari Sabtu atau Minggu. Kalau hari lain kan gedungnya dipakai kerja. Bilang saja pada satpam yang berjaga di sana, nanti teman-teman akan diantar ke lantai empat dengan menggunakan lift.

Bagian dalam Gedung Sate

Keluar dari lift, teman-teman sudah berada di ruang pamer. Di sana, ditunjukkan berbagai kekayaan alam dan budaya serta hasil-hasil pembangunan Jawa Barat. Ada alat musik di Jawa Barat, cerita tentang kampung adat di Jawa Barat, pakaian daerah Jawa Barat, senjata khas Jawa Barat, pariwisata Jawa Barat, dan lain-lain.

Ruang pamer Gedung Sate

Apabila sudah puas melihat-lihat di ruang pamer, teman-teman bisa naik tangga kayu menuju ke balkon menara. Namanya Teras Cafe, karena memang terdapat meja dan bangku ala kafe-kafe di Kota Paris. Di atas sini, teman-teman dapat menikmati udara Kota Bandung yang sejuk. Apabila cuaca sedang bagus, pemandangannya cukup indah. Di sebelah utara, teman-teman dapat melihat dalam satu garis lurus Lapangan Gasibu, Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, dan Gunung Tangkuban Perahu.

Pemandangan di sebelah utara Gedung Sate

Saya sendiri sudah tiga kali berkunjung ke sini. Pertama, ketika masih bekerja di ITB dan menyelenggarakan konferensi internasional. Pada hari terakhir, kami menjamu peserta konferensi di Gedung Sate. Karena acaranya malam hari, jadi saat itu pemandangannya berupa kerlip lampu dari berbagai penjuru kota. Romantis….

Kedua, ketika melakukan foto pre wedding di sana. Saat itu, cuaca sedang sangat bersahabat. Tembok balkon menara yang berwarna putih, langit biru yang cerah, serta awan putih yang tipis, menjadi latar belakang foto pre wedding yang cantik sekali. Sayangnya ketika kedatangan saya yang ketiga kali ke sana, cuaca sedang mendung, bahkan sedikit gerimis. Pemandangannya jadi bernuansa sendu.

Teras Cafe

Dari balkon, ada tangga besi lagi loh menuju ke atas. Di sana terdapat ruangan yang dikelilingi kaca. Bagian dalamnya berisi meja, sofa, kursi, dan panggung mini untuk menjamu tamu VIP.

Ruang kaca

Jadi, bagi teman-teman yang berencana jalan-jalan ke Bandung, jangan hanya melihat-lihat Gedung Sate dari luar saja ya. Coba deh masuk ke dalam dan naik ke menaranya. Namun untuk mendapatkan pengalaman terbaik, pastikan cuacanya sedang bagus. Oiya, sepulangnya dari Gedung Sate, saya baru sadar bahwa ternyata pada trotoar di depan Gedung Sate terdapat motif batik dari berbagai daerah di Jawa Barat loh.

Motif batik di trotoar Gedung Sate

~~~

Referensi: Sejarah Gedung Sate, diterbitkan oleh Biro Humas, Protokol, dan Umum, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, 2013

No comments :

Post a Comment