Tuesday, November 26, 2019

Ketika Cacar Air Menyerang

Sumber: https://www.todaysparent.com/

Saya tuh takut banget sama yang namanya cacar air. Waktu musim cacar air pas zaman saya masih SMP dan SMA, takutnya karena khawatir bekasnya enggak bisa hilang. Maklum lah ya, masa-masa ABG, hihihi.... Belasan tahun kemudian, waktu musim cacar air lagi pas Jav di TK, takutnya karena sedang program hamil dan khawatir tertular kalau ternyata hamil. Kan seram.... Alhamdulillah sih lolos, selama ini enggak pernah tertular. Hingga akhirnya tahun ini, saya merasakan juga yang namanya cacar air. Bukan saya saja, tapi bertiga bersama Jav dan Rashya, heuheu....


Baca juga, Tentang Cacar Air

Awalnya dari Jav

Suatu malam di hari Minggu, Jav bilang sama saya ada bintil di perutnya. Sempat curiga cacar air, tapi karena belum pernah merasakan, saya kirim fotonya ke suami. Berhubung Jav enggak demam, suami juga ragu. Akhirnya kami pun memutuskan untuk menunggu. Mudah-mudahan cuma alergi.

Keesokan harinya, pulang sekolah, kok tumben Jav tidur siang. Pas dipegang, badannya agak hangat. Langsung deh sorenya saya bawa ke RSIA Harapan Bunda. Karena pukul segitu enggak ada dokter anak yang praktik (ada lagi malam, itupun sudah antrean ke-40, wew), saya pun langsung daftar ke dokter umum saja. 

Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa Jav positif cacar air. Terus ditanya kan, ada teman, saudara, atau tetangga yang kena cacar air juga enggak. Setahu saya sih enggak. Nah, dokter menjelaskan bahwa Jav terpapar virus varicella zooster sekitar dua minggu sebelumnya. Sebelum akhirnya timbul gejala, selama dua minggu virus tersebut mengalami masa inkubasi dulu. Jav pun dibekali dua macam obat, yaitu Laprosin yang berbentuk sirup dan Acyclovir yang berbentuk salep. 

Mengetahui kenyataan ini, saya cuma bisa pasrah. Tapi sempat juga sih bertanya sama dokter, bagaimana caranya supaya saya dan Rashya enggak tertular. Dokter pun memberi tahu bahwa penularan bisa terjadi melalui udara dan cairan dari bintil yang pecah. Karena satu rumah, dokter lebih menekankan untuk meningkatkan daya tahan tubuh kami.

Sepulangnya kembali ke rumah, Jav langsung dikarantina di kamarnya. Supaya enggak bosan, dia boleh menggunakan smartphone. Alhamdulillah, kakeknya juga meminjamkan televisi. Heuheu, gaya banget. Biasanya screen time cuma bisa weekend, sekarang bisa sepuasnya. Untuk berjaga-jaga, saat merawat Jav, saya menggunakan masker.

Keesokan harinya, baru deh bintilnya mulai banyak. Untungnya enggak pakai demam. Pas saya tanya, gatel enggak, Jav juga jawabnya enggak. Oh iya, sambil izin ke wali kelasnya, saya bertanya apa ada anak yang sakit cacar air di sekolah. Ternyata memang ada, adik kelasnya. Dan betul perkiraan dokter, adik kelasnya itu mulai sakit dua minggu yang lalu.

Untuk perawatannya, sesuai anjuran dari dokter, Jav mandi seperti biasa saja. Asalkan hati-hati, jangan sampai bintilnya pecah. Mandinya pakai sabun bulus SR12 dan airnya ditambah cairan antiseptik Dettol. Selain obat dari dokter dan makanan gizi seimbang, saya memberi berbagai macam suplemen juga. Seperti Cumonnya Namaste Organic, Imboost, air kelapa hijau, dan Vico SR12. Alhamdulillah, walau ada bintil juga di dalam mulutnya, makannya tetap bagus. Adapun yang dioles ke bintilnya, ditambah minyak bulus SR12. 


Hari Kamis, kontrol lagi ke dokter. Bintilnya sudah mulai hitam. Sama dokter, obatnya ditambah lagi. Untuk bintil yang ada di dalam mulut, dokter memberi dua alternatif, dioles salep atau kumur-kumur dengan jus tomat tanpa gula. Jav memilih kumur-kumur dengan jus tomat saja. Benar loh, bintil di mulutnya cepat hilang.

Hari Minggu, bintil di badan dan wajah yang kering sudah ada yang copot, tapi baru bersih semua pada hari Rabu. Tinggal sisa satu lagi di jari tangan. Surat keterangan sakit dari dokter cuma untuk satu minggu. Meski begitu, izin enggak sekolahnya saya pasin jadi dua minggu. Padahal anaknya sudah bosan banget.


Untung saja. Karena ternyata, di sekolah Jav memang ada kebijakan kalau sakit cacar air harus istirahat dulu di rumah minimal dua minggu. Meski ada surat keterangan sehat dari dokter, kalau masuk sebelum dua minggu, bisa disuruh pulang lagi, walah, heuheu.... 

Kemudian Rashya

Jav sembuh, eh gantian Rashya yang sakit. Hari Senin pas pulang dari menumpang main di daycare dekat rumah, saya melihat ada bintil di telinga Rashya. Langsung deh saya cek semua badannya. Rupanya di perut dan betis ada juga. Sedih.... Kalau tahu Rashya bakalan tertular juga, Jav kan enggak perlu diisolasi, hiks....

Sorenya saya bawa ke dokter anak di RSIA Harapan Bunda. Kesimpulannya memang betul, cacar air, huhuhu.... Obatnya sama kaya Jav. Laprosin yang berbentuk sirup dan Acyclovir yang berbentuk salep. Hanya bedanya, kalau Rashya ditambah Salicyl Talc. Masya Allah, perjuangan banget mengoles salep pada anak umur dua tahun, hareudang karena anaknya enggak mau diam, hihihi....


Keesokan harinya, bintilnya langsung muncul banyak. Termasuk di wajah, banyak banget, lebih banyak dari Jav. Hari Selasa dan Rabunya pun demam. Lumayan rewel dan enggak mau makan, huhuhu.... Jadi saya kasih parasetamol juga, masih ada stok Tempra di rumah. Hari Jumat kontrol ke dokter. Rashya sudah ceria lagi, demamnya sudah reda, bintilnya pun sudah ada yang mulai hitam, tapi masih ada juga bintil yang baru muncul. Sama dokter obatnya ditambah lagi.


Selain itu, ibu saya dapat masukan dari tetangga, katanya bintil cacarnya dioles parutan jagung supaya cepat kering. Sebenarnya malas sih, takut malah jadi infeksi atau apa. Tapi daripada dianggap enggak nurut sama orang tua, akhirnya saya coba juga. Supaya aman, sebelum diparut, jagungnya saya cuci dulu dengan air panas.


Hari Minggu bintilnya sudah ada yang mulai copot. Tapi kebanyakan sih copotnya gara-gara digaruk sama dia sendiri, heuheu....

Karena khawatir menular, saya juga harus mengisolasi Rashya di rumah. Kalau paginya sih saya masih bisa mengantar Jav ke sekolah karena sistemnya drop-off sehingga kami enggak perlu turun dari kendaraan. Sedangkan untuk pulangnya, saya minta tolong jemputan di sekolah.

Ternyata Saya Juga Kena

Hari Minggu, saya menemukan tiga buah bintil di perut, hiks.... Suami menyuruh saya supaya langsung ke dokter agar bisa secepatnya diobati. Ternyata kalau hari Minggu, enggak ada dokter yang praktik di RSIA Harapan Bunda. Jadi sesuai saran dari petugas administrasi, saya ke IGD saja. 

Setelah diperiksa, memang betul saya positif sakit cacar air. Katanya di punggung juga sudah muncul. Untuk obatnya, saya diberi Acyclovir tablet, Acyclovir salep, dan vitamin. Alhamdulillah enggak demam. Cuma agak keliyengan, entah memang gejala cacar air atau bukan. Tapi sepertinya lebih karena shock gara-gara kena cacar air, hihihi.... Sedih deh, soalnya suami tetap pergi ke luar kota dan saya harus mengurus anak-anak sendiri. 

Untungnya, sakit saya enggak terlalu parah. Hanya sedikit sakit kepala di hari kedua dan ketiga. Sampai hari kelima, bintil baru masih bertambah. Terus menyebar ke wajah dan seluruh badan, tapi enggak banyak. Dibanding Jav dan Rashya, bintil cacar saya jauuuh lebih sedikit. Mungkin Allah kasihan sama saya karena harus mengoles salep sendiri, heuheu....

Ternyata begini ya rasanya, gatal renyem-renyem gitu. Kadang tangan ini refleks menggaruk. Seperti yang ada di wajah tuh. Saya kira ada semut atau rambut yang bikin gatal, padahal ternyata bintil cacar, lupa, huhu.... Padahal sedikit, bagaimana Rashya yang bintilnya lebih banyak ya, kasihan, hiks....

Perawatannya sih sama kaya Jav. Selain itu, karena takut kenapa-kenapa, saya stop dulu rutinitas perawatan wajahnya. Uh, enggak enak banget. Sudah lah ada bintil cacar, jadi makin kusam juga, heuheu....

Meski sakit ringan, karena khawatir menular, tetap saja saya enggak bisa ke mana-mana. Stok bahan makanan sih bisa titip belanja ke Mamah. Kadang dikirim juga masakan matangnya, hohoho.... Antar jemput Jav ke sekolah pun akhirnya minta tolong sama pegawai di kantor.

Fakta Tentang Cacar Air

Alhamdulillah, setelah lima minggu diam di rumah dan berkutat dengan kegiatan mengoles salep, akhirnya cacar air berakhir juga. Fiuh.... Tinggal bekasnya saja nih yang menganggu. Harus rajin oles Laderma.

Baca juga,
Luka: Kenang Ceritanya, Pudarkan Bekasnya dengan Laderma
Laderma: Pudarkan Bekas Luka Semudah 1, 2, 3
Laderma untuk Memudarkan Bekas Luka di Kulit Rashya

Nah, berdasarkan pengalaman selama sakit kemarin, berikut serba-serbi tentang cacar air yang baru saya ketahui.

Pertama, virus varicella zooster itu sudah mulai menular sejak satu hingga dua hari sebelum bintil muncul. Padahal biasanya pasien baru diperiksa ke dokter kan ketika muncul bintil. Baru deh setelah dokter mengatakan positif cacar air, pasien diisolasi di rumah. Sementara virusnya sudah menyebar sebelum itu. Seperti Jav dan Rashya. Meski Jav diisolasi di kamar, virusnya sih sudah terlanjur menulari Rashya satu hingga dua hari sebelumnya.

Kedua, pasien yang sudah terpapar virus varicella zooster, enggak akan langsung sakit. Virus tersebut mengalami masa inkubasi dulu selama sekitar dua minggu, sebelum akhirnya muncul gejala. Ini nih yang bikin Jav dan Rashya sakitnya bergantian, enggak bisa bareng gitu biar sekalian repotnya, hehehe....

Ketiga, katanya setiap orang cuma bisa sakit cacar air satu kali. Kata dokter dan dari artikel yang saya baca memang begitu. Karena tubuh sudah memiliki sistem imun dari virus varicella zooster. Tapi ternyata, kata orang tua, waktu masih balita di Gorontalo, saya pernah sakit cacar ular. Berarti sakit cacar air itu bisa terjadi lebih dari satu kali. Teman-teman Jav juga ada tuh yang kemarin mengalami cacar air untuk kedua kalinya.

Keempat, katanya semakin dewasa, tingkat keparahan sakit cacar air akan semakin tinggi. Untuk ibu hamil dan manula, memang sangat berisiko. Namun tingkat keparahannya sih tergantung daya tahan tubuh. Seperti yang terjadi pada saya dan Rashya. Mungkin daya tahan tubuh saya kemarin itu sedang lebih bagus dari Rashya. Sehingga baru muncul gejala tiga minggu setelah Jav sakit, itupun bintilnya sedikit banget. Berbeda dengan Rashya yang gejalanya langsung muncul dua minggu setelah Jav sakit dan bintilnya agak banyak. 

Semoga enggak kena lagi deh. Karena meski sakitnya ringan dan sebenarnya bisa sembuh sendiri, tapi karena menular dan harus diisolasi jadi mengganggu kesehatan psikologis juga, heuheu....

3 comments :

  1. Anak2 insya allah cepat sembuhnya dan tidak berbekas cacar airnya, bulan lalu disekolah raffa gantian cacar airnya sambung menyambung,sehat terus untuk jav dan Rashya

    ReplyDelete
  2. Sebenernya yang jadi penyebab cacar air itu karena pake air sumur ya mbak?

    ReplyDelete
  3. Hal-hal yang ngga kepikiran sebelumnya akhirnya kepikiran juga dari artikel ini, terimakasih ya Bun sudah berbagi pengalaman:)

    ReplyDelete