Sunday, June 30, 2013

Pundung

Foto reka ulang, pinjam SIM suami (Dok. Pribadi)
Begitulah hasilnya kalau saya yang amat sangat pundung-an itu nyetir mobil bareng Mamah. Waktu itu (sepuluh tahun yang lalu, wajar lah ya kalau masih labil hihihi...), saya baru saja lulus kursus menyetir mobil. Jam terbang saya belum banyak. Mungkin Mamah enggak bermaksud untuk mencereweti saya, beliau hanya panikan. Sedikit-sedikit bilang "Awas motor!", sedikit-sedikit teriak "Hati-hati!". Membuat saya merasa tidak diberi kepercayaan untuk mengendarai mobil. Padahal, kalau nyetir mobil bareng Papah damai-damai saja tuh. Maka pundung-lah saya. Berbulan-bulan saya tidak mau menyetir mobil dan menggantung SIM A tersebut di dinding kamar lengkap dengan catatan seperti yang terlihat di foto. Jangan ditiru yah, jadi orang pundung-an tuh rugi :p


SIM itu sekarang sudah hilang. Sehari setelah saya selesai pundung dan menyimpan kembali SIM tersebut ke dalam dompet, eh dompetnya dicopet huhuhu... Dan sampai sekarang saya belum sempat membuat lagi SIM yang baru.


Catatan:

Pundung merupakan Bahasa Sunda populer. Artinya tersinggung atas ucapan atau perbuatan seseorang, sehingga tidak mau bertemu lagi dengan orang yang menyinggung (atau dalam kasus saya, tidak mau menyetir lagi). 

~~~


Tulisan ini diikutsertakan untuk Kinzihana's Giveaway.

Saturday, June 29, 2013

Menyemai Cinta di Penghujung Hari

Hubungan antara suami dan istri pasti berubah setelah mempunyai anak. Siapa yang setuju? Saya setuju. Bagaimana tidak, setelah mempunyai anak, waktu untuk melakukan kegiatan bersama pasangan tentu berkurang. Bukan hanya karena perhatian utama yang kini tertuju pada si kecil. Tetapi bagi beberapa pasangan yang memutuskan untuk mengasuh anak tanpa bantuan asisten, meluangkan waktu untuk berduaan menjadi sangat sulit. Kalau dalam kasus saya, nonton tv sambil duduk di sebelah suami saja, Jav langsung nyempil di tengah. Makan malam romantis di restoran pun menjadi tidak romantis lagi karena sibuk mengawasi Jav yang berlari-lari kesana kemari.

Umur pernikahan kami memang baru tiga tahun. Saya sempat berpikir bahwa selama anak belum mandiri, sudah sepantasnya orang tua mengalah terlebih dahulu. Meninggalkan sejenak rutinitas menyenangkan berdua. Toh, kalau nanti anak sudah sekolah akan ada banyak waktu bagi orang tuanya untuk menikmati kegiatan berdua. Tapi... Siapa yang menjamin umur pernikahan kami akan panjang? Menghabiskan waktu bersama anak memang menyenangkan. Tetapi sekali waktu, pasangan suami istri perlu juga memiliki waktu pribadi berdua, tanpa kehadiran anak.

Pernikahan memang dibangun atas dasar komitmen. Tapi pernikahan macam apa yang tidak diwarnai dengan cinta? Hanya pemenuhan hak dan kewajiban semata. Kering. Cinta tidak dapat tumbuh begitu saja. Seperti tanaman, cinta harus disemai. Disiram, diberi pupuk, dan dibersihkan dari hama sehingga cinta tetap terjaga dan tumbuh indah.

Banyak cara untuk menyemai cinta. Setiap pasangan tentu mempunyai caranya masing-masing. Kalau saya dan suami, dengan keterbatasan waktu di siang hari, maka malam hari adalah saat yang tepat untuk menikmati waktu berdua. Dengan sisa tenaga yang sudah digunakan di siang hari (saya dengan pekerjaan rumah tangga dan suami saya dengan pekerjaan di kantor), membuat tidak terlalu banyak kegiatan yang dapat dilakukan bersama di malam hari. Dua hal inilah yang biasa kami lakukan. Bukan sesuatu yang 'wah', tapi tetap menyenangkan.

Menonton film
Hobi saya membaca, sedangkan hobi suami saya main games. Enggak matching. Tapi kami berdua sama-sama suka menonton film. Waktu masih pacaran, setiap minggu kami pasti menyisihkan waktu untuk menonton film di bioskop. Tapi sekarang? Jangan harap heuheu... Kegiatan menonton film pun dialihkan di rumah saja.



Saya suka film drama romantis, tetapi suami saya bisa ketiduran kalau nonton itu. Lagipula saya lebih suka nonton film drama romantis sendiri, supaya bisa nangis dengan puas hihihi... Sedangkan suami saya suka film action, tapi tanpa sound system seperti di bioskop, saya yang biasanya ngantuk dan ketiduran. Kasian suami, enggak ada teman saat mengomentari filmnya hehehe... Jadi kalau sedang ingin menonton film berdua, kami harus memilih film yang dapat membuat kami berdua tetap terjaga. Dan film itu adalah film thriller. Tegang dan membuat penasaran.

Film-film thriller kesukaan saya dan suami (sumber)
Icip-icip cemilan kurang sehat
Sebut kami orang tua egois. Kami selalu memastikan bahwa makanan yang dimakan Jav adalah makanan sehat. Dia tidak boleh terkontaminasi zat aditif seperti penyedap rasa, pengawet buatan, pewarna buatan, pemanis buatan, pengembang buatan, dan lain-lain. Tetapi kami sendiri justru hobi menyantap makanan yang mengandung zat aditif tersebut. Bagaimana lagi, sudah terlanjur kecanduan hehehe...

Nah, supaya enggak ketahuan Jav, kami baru bisa memakan cemilan kurang sehat tersebut di malam hari. Menghabiskan waktu berdua sambil bercengkarama terasa lebih lengkap bila ditemani cemilan berpenyedap rasa. Tidak perlu jauh-jauh ke restoran, masak mie instan berdua juga sudah cukup romantis hihihi...

Cemilan yang selalu menggoda iman (Dok. Pribadi)
Itulah dua kegiatan kecil yang saya lakukan bersama suami. Meskipun harus sedikit begadang, tapi kalau sudah menghabiskan waktu bersama dengan suami, biasanya keesokan paginya saya akan bangun dengan perasaan bahagia :)

~~~

Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani.


Wednesday, June 26, 2013

Saya + Musik = Asyik

Siapa yang bisa hidup tanpa musik? Saya sih enggak bisa. Tanpa musik, hidup pasti terasa hambar. Mau tau musik yang asyik versi saya? Ini cerita saya tentang musik dan saya dari dulu sampai sekarang.

Musik sebagai media hiburan
Dulu, ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, apabila dimarahi orang tua, maka saya akan mengunci diri di dalam kamar. Tidak, bukan menangis. Tetapi mendengarkan siaran radio dangdut. Ya, waktu itu selera musik saya berkiblat pada selera musik pembantu di rumah hehehe... Aduh Buyung-nya Manis Manja Grup, Gantengnya Pacarku-nya Nini Karlina, RT Lima RW Tiga-nya Cici Paramida menjadi teman saya di kala saya sedang sedih. Hahaha!

Begitu juga ketika saya masih bekerja. Lalu lintas Kota Bandung saat jam pulang kantor benar-benar menguras emosi. Daripada stres di angkot, sebelum pulang biasanya saya selalu menyiapkan handphone full battery dan earphone-nya supaya bisa mendengarkan musik kesukaan saya selama perjalanan pulang. Ditambah stok cemilan yang cukup sambil membaca novel, lengkap deh. Berasa piknik Membuat macet menjadi tidak terlalu terasa.


Handphone yang (dulu) setia menemani perjalanan saya (sumber)
Sekarang pun masih sama. Saat keadaan tidak sesuai dengan yang saya harapkan, maka musik dapat meredakan kekesalan saya. Lagu kesukaan saya sekarang yaitu Relax (Take It Easy)-nya Mika. Memang dengan mendengarkan musik tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi setelah mendengarkan musik, pikiran menjadi lebih jernih dalam menyikapi masalah. Ya, musik dapat memperbaiki mood karena mendengarkan musik dapat meningkatkan hormon dopamin di dalam tubuh.

Musik yang membuat tergila-gila pada penyanyinya
Setelah duduk di bangku SMP, jenis musik yang saya sukai mulai berubah. Di saat teman perempuan lain mulai mencuri-curi pandang teman pria lain, saya dan teman-teman saya malah sibuk mengidolakan boyband seperti Backstreet Boys, N'Sync, Hanson, The Moffats. Saya tidak hanya mengoleksi album mereka tetapi juga membeli semua majalah yang memuat berita tentang mereka. Di saat teman perempuan lain mulai belajar pacaran, saya dan teman-teman saya malah membuat buku biografi kehidupan asmara kami sebagai kekasih salah satu anggota boyband tersebut. Heuheu...



Bagaimana mungkin dulu saya suka sama Taylor Hanson yang cantik ini? Heuheu... (sumber)
Musik sebagai alat mengekspresikan diri
Saya tidak pandai menyanyi. Semakin saya berusaha keras untuk menyanyi, maka semakin fals suara saya hehehe... Saya juga tidak pandai memainkan alat musik. Jangankan memainkan alat musik, membaca not balok saja saya tidak mengerti. Tetapi saya suka menerjemahkan irama musik menjadi gerakan-gerakan tubuh. Ya, saya suka menari. Ketika duduk di bangku SMA, saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menari. Sejak saat itu, telinga saya tidak pernah lepas dari musik. Karena untuk menghasilkan tarian yang indah, penari harus benar-benar menghayati musik yang mengiringinya.

Saya biasa menarikan tarian apa saja. Tari kreasi tradisional dengan lagu Kembalikan Baliku-nya Yoppie Latul, NTXTC-nya Guruh Soekarno Putra, Cintaku dan Serasa-nya Chrisye juga tari kreasi modern dengan lagu Bye Bye Bye dan Pop-nya N'Sync, Love Don't Cost A Thing-nya J.Lo, Die Another Day-nya Madonna, Toxic-nya Britney Spears, Party It Alive-nya Safri Duo sampai tari kreasi Latin dengan lagu Magdalena-nya Sergio Mendez dan She Bangs-nya Ricky Martin.

Musik sebagai teman olahraga
Saya tidak suka olahraga, apalagi olahraga gerabak-gerubuk seperti bola basket dan bola voli. Tapi kalau gerakan olahraganya sesuai dengan irama musik saya suka. Saya senang olahraga lari sambil mendengarkan musik, tetapi saya lebih senang lagi olahraga senam. Favorit saya sekarang ini yaitu Belly Dancing yang diiringi musik Timur Tengah dan Zumba yang diiringi musik Latin nan energik. Sehat, menyenangkan, dan hemat karena bisa dilakukan di rumah.



One two three four five six seven eight! (sumber)
Musik sebagai alat untuk menyampaikan perasaan
Dirayu seorang pria dengan puisi? Saya akan mengerutkan kening. Tetapi dirayu seorang lelaki dengan musik? Ah... Biasanya hati saya langsung meleleh. Saya sudah beberapa kali mendapatkan pengalaman ini. Ketika SMA, pacar saya pernah menghadiahi saya sebuah kaset yang berisi lagu-lagu romantis. Ketika kuliah, tetangga saya pernah menyanyikan lagu-lagu khusus untuk saya di panggung acara 17 Agustusan hihihi... Teman kuliah juga pernah menyanyikan lagu Janji Suci dan Lia Milikku Bukan Milikmu-nya Yovie and The Nuno waktu lagi karaokean. Salah ketik? Enggak, saya enggak salah ketik. Pria itu memang sengaja mengganti lirik 'dia' menjadi 'Lia' hihihi... Kalau suami saya? Enggak usah dipertanyakan lagi dia sudah memberi lagu apa saja untuk saya, makanya saya mau nikah sama dia juga hohoho...


Menyampaikan perasaan melalui musik (sumber)
Musik sebagai penyemangat kerja
Waktu masih bekerja sebagai asisten peneliti dan seharian duduk di depan komputer, rasa bosan selalu datang melanda. Untuk mengusir rasa itu, menjelang sore saya biasanya memasang musik di komputer saya. Suaranya tidak terlalu kencang agar tidak mengganggu konsentrasi kerja, tetapi juga tidak terlalu pelan agar bisa didengar teman-teman lain. Untungnya mereka tidak pernah protes dengan playlist lagu saya hihihi... Biasanya saya memutar lagu-lagu Maliq & d'Essential, Tompi, Lenka, dan Jason Mraz. Dengan mendengarkan musik, pikiran yang sudah jenuh bisa menjadi segar kembali.

Sekarang, setelah menjadi ibu rumah tangga, saya masih membutuhkan musik sebagai penyemangat ketika saya sedang melakukan pekerjaan rumah tangga. Saya senang memasang musik berirama dance seperti Rihanna, Craig David, dan Maroon 5 untuk memasak dan menyetrika pakaian. Dengan begitu, pekerjaan berat yang menguras keringat itu menjadi terasa menyenangkan.

Musik sebagai sahabat anak
Sejak masih berada di dalam kandungan, anak saya sudah saya perkenalkan dengan musik karena musik dapat mengoptimalkan perkembangan otaknya. Setelah lahir, selain lantunan ayat suci Al-Quran dan Asmaul Husna, anak saya biasa saya ninabobokan dengan lagu Rockabye Baby-nya The Cure. Sekarang setelah umurnya dua tahun, anak saya sudah bisa memilih musiknya sendiri. Dia sedang senang mendengarkan lagu Selamat Ulang Tahun, Topi Saya Bundar, Kucingku, dan Bintang Kecil sambil bernyanyi. Sedangkan untuk teman tidur, dia memilih Smells Like Teen Spirit-nya Nirvana versi Dicky Adam. Heuheu...



Anak saya sedang menikmati musik (dok. pribadi)
Musik sebagai soundtrack kehidupan
Seperti sebuah film, kehidupan saya pun mempunyai soundtrack di setiap episodenya. Ada yang kebetulan isi lagunya sesuai dengan adegan kehidupan saya saat itu, misalnya lagu What Goes Around Comes Around-nya Justin Timberlake ketika saya disakiti oleh seseorang, dan akhirnya seseorang itu mendapat karmanya. Tetapi ada juga yang isi lagunya tidak sesuai dengan kehidupan saya. Hanya saja apabila mendengar lagu tersebut, ingatan saya langsung mengembara pada suatu episode kehidupan tertentu, misalnya lagu SMS-nya Ria Amelia yang mengingatkan saya pada masa-masa sidang Tugas Akhir karena ketika itu lagu tersebut sedang sering diputar dimana-mana. 
Music gives a soul to the universe, wings to the mind, flight to the imagination and life to everything.” ― Plato
Dulu, saya menikmati musik dalam format kaset. Saya tidak pernah mengalami memiliki CD, karena selain harganya jauh lebih mahal dari harga kaset, saya juga mulai mengenal musik dalam format mp3. Ya, saya sempat menikmati musik bajakan. Cukup  men-download dari sumber yang bertebaran dimana-mana, saya bisa mendapatkan lagu yang saya ingingkan secara gratis. Tetapi itu dulu, sebelum saya menemukan LangitMusik.

LangitMusik adalah layanan musik legal berkualitas dengan biaya sangat ekonomis. Hanya dengan Rp 10.000, saya bisa streaming dan men-download lagu-lagu yang saya inginkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri tanpa batas selama 30 hari. Murah kan? Dan yang pasti bukan bajakan.


Tampilan LangitMusik di Android saya (dok, pribadi)
Selain fiturnya yang lengkap serta tampilannya yang menarik, koleksi musik di LangitMusik ini mempunyai kompresi Dolby yang membuat lagu-lagunya sangat nyaman untuk didengar. Dan meskipun suara saya fals, tapi selama enggak ada orang di rumah saya bisa ikut nyanyi-nyanyi loh, karena LangitMusik dilengkapi dengan fitur lirik lagu. Hihihi...


Ada liriknya kan, hehehe... (dok. pribadi)

Ini cerita tentang saya dan musik. Bagaimana ceritamu? :)

~~~

Tulisan ini diikutsertakan pada Lomba Menulis Blog "Musik yang Asyik"




Wednesday, June 19, 2013

Kisah Kupu-Kupu Buruk Rupa & Gerhana Matahari

Kisah Kupu-Kupu Buruk Rupa
Di sebuah hutan hidup sekumpulan kupu-kupu. Semua kupu-kupu mempunyai sayap yang cantik berwarna-warni. Ada yang berwarna kuning, merah hijau, biru, dan ungu. Setiap pagi mereka menari-nari di antara bunga-bunga. Tapi ada satu kupu-kupu yang tidak pernah ikut menari. Namanya Rania. Dia dikucilkan oleh teman-temannya karena sayapnya yang berwarna cokelat kusam, berbeda dengan kupu-kupu lainnya. 

Gerhana Matahari
Hari itu langit sangat cerah. Matahari pun bersinar dengan terang. Namun, tiba-tiba ada sebuah benda gelap yang menghalangi matahari.
"Mungkin itu makhluk luar angkasa," kata Lupi si gajah.
"Mana mungkin, pasti itu setan!" kata Gio si gorila.
"Jangan-jangan ini kiamat!" kata Gira si jerapah.
Mendengar kata kiamat, mereka semua berlari masuk ke dalam kelas dengan panik sambil menangis.

~~~

Bagaimana kelanjutan kedua cerita tadi? Yuk beli bukunya :)


Detail Buku
Judul: Fabel Cinta Indonesia
Pengarang: Radindra Rahman, dkk
Ukuran: 14 x 20 cm
Tebal: vi + 183 hlm
Harga: Rp 40.000 

Blurb
Banyak sekali cerita anak yang beredar untuk pertumbuhan buah hati kita. Begitu juga buku ini yang dibuat khusus putra-putri Anda dengan beragam cerita dalam bentuk fabel. Cerita anak dalam buku ini memuat nilai-nilai yang wajib dimiliki setiap warga Indonesia sebagai karakter bangsa.

Karakter bangsa Indonesia harus ditanamkan sejak dini dan buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh putra-putri Anda. Cerita dalam buku yang berbentuk fabel ini terasa tidak menggurui dan mudah dicerna oleh anak-anak.

Adapun 18 nilai dalam pendidikan karakter bangsa tersebut adalah: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokrasi, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, dan (18) Tanggung Jawab.

Ingin membelikan buku yang bergizi dan mengajarkan karakter bangsa pada anak? Buku ini adalah solusinya.

Yang berminat langsung hubungi saya ya :)

Tuesday, June 18, 2013

[BeraniCerita #16] Euphoria Penulis Pemula

Nama gue Juna, lengkapnya Asep Junaedi. Juna itu nama pena gue. Yup! Gue ini seorang penulis. Buku gue yang berjudul Catatan Gokil Mahasiswa Mesin udah diterbitin sama Bukupedia beberapa bulan yang lalu. 

Kalian tertarik baca buku gue? Buruan deh beli bukunya, sebelum keabisan. Soalnya kata Ramli, sahabat gue dari Palembang, stok buku gue di toko buku di kampung halamannya udah kosong. Jefri, sahabat gue dari Kupang juga lapor sama gue, kalau stok buku gue di toko buku di kotanya hanya tersisa empat buah lagi. 

Gue bangga jadi penulis. Selain terkenal, menulis juga bisa membuat gue mempunyai penghasilan sendiri dari royalti buku gue yang terjual. Apalagi ngeliat kecenderungan buku gue yang laris manis seperti ini, enggak akan menutup kemungkinan bahwa buku gue ini bakal dicetak ulang. Hohoho! 

Oiya satu lagi, berkat menulis, gue juga bisa menaklukkan hati Tante Amel, istri pejabat terkemuka di Kota Bandung ini, mamanya Nisa, pacar gue. Selain terpesona dengan wajah gue yang ganteng ini, Tante Amel juga terpesona sama status gue sebagai mahasiswa Teknik Mesin Universitas Bandung yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai penulis. Pemuda dengan masa depan cerah. Hihihi! 

Tante Amel juga seneng banget waktu gue bawain kain songket. Tau sendiri kan berapa harga kain songket dari benang emas asli. Emang sih, itu kain hasil ngutang sama Ramli yang anak pengusaha kain songket. Tapi Tante Amel kan enggak perlu tau. Toh pasti gue bayar dari royalti buku gue yang menurut perjanjian seharusnya bisa cair bulan ini. 

Brrrttt! Ada BBM yang masuk nih. Dari Mba Bella, editor gue. 

Cek rekening yah ;) 

Nah! Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Honor pertama gue sebagai penulis. Yihaa! Gue pun langsung mengecek saldo di rekening gue lewat internet banking. Hah?! Enggak salah? Kenapa nambahnya sedikit banget? Bahkan enggak cukup buat bayar kain songketnya Tante Amel. 

Mba, kok cuman segitu yang ditransfer? Padahal buku saya kan laris manis. 

Wah, saya enggak terlalu ngerti. Laporan penjualan sudah saya kirim lewat email. Tapi kalau mau lebih jelas, langsung aja hubungin Bang Ijul dari bagian marketing yah. 

Tidak ingin menunggu lebih lama, gue pun langsung menelepon Bang Ijul. 

"Bang! Gimana penjualan buku saya? Laris manis kan? Saya dapat laporan dari Palembang kalau buku saya udah abis. Harusnya di kota lain juga begitu." 

"Sebentar, Abang cek dulu. Hmmm teman kamu waktu di toko buku nanya ke bagian informasi enggak?" 

"Enggak tau." 

"Harusnya teman kamu nanya ke bagian informasi. Buku kamu enggak di-display bukan karena abis, tapi udah disimpan di gudang buat di-retur." 

"Hah? Tapi di Kupang stoknya juga tinggal empat buah." 

"Toko buku di Kupang kan enggak terlalu besar. Jadi kita hanya kirim lima buah. Kalau sisa empat buah, berarti yang laku hanya satu." 

"Hah?" 

"Sekarang novel komedi yang berisi jurnal harian memang kurang diminati, kalah pamor sama novel-novel Korea. Tapi tenang, nanti kita buat even supaya buku kamu bisa laku... Bla... Bla... Bla..." 

Badan gue lemas, pikiran gue melayang, enggak sanggup lagi mendengar penjelasan Bang Ijul. 

~~~~~ 

480/500 kata 

Ditulis dalam rangka menjawab tantangan Berani Cerita #16 dengan tema quote: 
Never spend your money before you have earned it ~ Thomas Jefferson


Sunday, June 16, 2013

Lava Tour Merapi

Siapa yang sudah pernah ke Yogya? Kalau lagi di Yogya sukanya jalan-jalan ke mana? Malioboro, Prambanan, Borobudur, dan Parangtritis biasanya masuk ke dalam daftar obyek wisata yang wajib dikunjungi. Betul enggak? Kalau saya sih begitu. Acara keluarga sama kantor Mamah, liburan sama temen-temen SMA, bahkan refreshing waktu studio di Gunungkidul juga rutenya pasti ke situ. Bosan. Untungnya waktu pelatihan Just Write 2 kemarin saya mendapatkan kesempatan mengunjungi obyek wisata yang berbeda.

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada akhir bulan Oktober dan awal bulan November tahun 2010 yang lalu memang menimbulkan duka yang mendalam bagi masyarakat di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Bagaimana tidak, banyak desa dan pemukiman di wilayah ini luluh lantak akibat awan panas dan lahar panas yang dimuntahkan Gunung Merapi. Bencana ini telah merenggut banyak korban jiwa, bukan hanya masyarakat setempat tetapi juga relawan, wartawan, dan tokoh yang sangat disegani oleh masyarakat setempat yaitu Mbah Maridjan.

Namun, selalu ada hikmah di balik setiap musibah. Kawasan bekas erupsi tersebut kini telah menjadi obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Namanya Lava Tour Merapi. Yang menjadi daya tarik dari obyek wisata ini bukan hanya suasana alamnya, tetapi juga adanya dukungan fasilitas transportasi berupa mobil jeep yang membuat wisata ini menjadi lebih berkesan.

Pukul lima pagi, para supir dan jeep-nya sudah siap menjemput saya dan teman-teman di depan Villa Mawar Asri (tempat pelatihan). Namun baru setengah jam kemudian kami semua bisa siap dan berkumpul. Satu jeep bisa diisi oleh empat sampai lima orang penumpang. Saya bersama Mas Irfan, Mba Juni, Nabu, dan Chilmi dibawa Pak Suswanto menyusuri Jalan Kaliurang yang masih gelap. Hembusan angin pagi itu 'menampar' wajah kami yang belum sempat mandi pagi. Segar!

Brrrr... (Dok. Panitia Just Write 2)
Sepanjang jalan, Pak Suswanto menunjukkan kepada kami daerah mana yang tidak terkena dampak erupsi, daerah mana yang dulunya berupa pemukiman namun sekarang sudah tidak ada yang tersisa, pemakaman yang terkubur abu dan material lainnya namun kini sudah digali lagi. Pemandangan yang membuat hati bergetar. Di beberapa tempat terlihat sudah mulai menghijau, pohon-pohon dan rerumputan tumbuh di atas lahan yang subur. Namun di tempat lain masih terlihat sisa-sisa erupsi, terutama di sungai-sungai yang kami lewati.

Pemberhentian pertama yaitu Batu Alien. Di sana kami bisa melihat indahnya matahari terbit, tetapi sayang ketika itu cuaca sedang berkabut. Lagi-lagi di tempat ini, Pak Suswanto dan teman-temannya memberikan penjelasan tentang kejadian erupsi Gunung Merapi dan dampaknya yang masih dapat kita lihat sampai sekarang. Ya, pekerjaan Pak Suswanto dan teman-temannya bukan hanya sebagai supir, mereka juga merangkap pemandu wisata (serta fotografer yang siap mendokumentasikan kenarsisan kami!).

Foto bersama (Dok. Panitia Just Write 2)
Supir sekaligus pemandu wisata sekaligus fotografer (Dok. Panitia Just Write 2)


Setelah mendapatkan banyak pengetahuan mengenai erupsi Gunung Merapi, kami pun dipandu menuju batu alien. Batu alien adalah sebuah batu besar yang apabila diperhatikan secara seksama menyerupai wajah manusia, lengkap dengan mata, hidung, dagu, dan telinga.

Berpose di depan batu alien (Dok. Panitia Just Write 2)
Setelah puas foto-foto di depan batu alien, perjalanan kembali dilanjutkan ke Kaliadem. Kaliadem merupakan wilayah berupa hamparan pasir dan batu-batu besar. Dari tempat ini kami dapat melihat area yang masih mengeluarkan asap dan bau belerang, pemandangan Gunung Merapi, serta pemandangan Kota Yogya dan sekitarnya.

Berpose di Kaliadem (Dok. Panitia Just Write 2)
Sambil menikmati pemandangan, kami juga bisa beristirahat sejenak di warung-warung kecil yang berjajar di tempat itu. Saya dan teman saya mencoba wedang gedang - minuman khas daerah tersebut, yaitu minuman jahe yang disajikan bersama potongan pisang. Rasanya unik!

Nyari yang anget-anget di warung (Dok. Panitia Just Write 2)
Selain menjual berbagai makanan dan minuman, di sini juga terdapat bunga Edelweis bajakan. Katanya, bunga abadi yang terkenal dan sulit didapatkan ini, kini ditanam di ladang hihihi.

Sebenarnya masih banyak tempat yang dapat dikunjungi dalam perjalanan wisata ini, seperti Makam Almarhum Mbah Maridjan dan Museum Sisa Hartaku. Namun sayang waktu kami sangat terbatas karena pelatihan akan segera dimulai.

Tetapi bagi saya pribadi, bagian yang paling seru dari wisata ini justru saat kami kembali pulang, menjelajahi medan offroad. Pak Suswanto sengaja mengambil jalan yang tidak beraspal, membuat kami terhempas kesana-kemari di dalam jeep. Rombongan kami juga dibawa ke sungai tempat lahar dingin mengalir (kalau tidak salah Kali Opak dan Kali Kuning). Apabila sedang tidak hujan, sungai ini kering dan hanya berisi endapan pasir dan batu-batu besar.

Yihaaa! (Dok. Panitia Just Write 2)
Pak Suswanto membawa jeep kami melakukan manuver-manuver ekstrim. Tanjakan dan turunan yang terjal pun tidak luput kami lewati. Wahana yang menantang dan sangat  cocok untuk memicu adrenalin. Semakin kencang suara teriakan kami, maka Pak Suswanto semakin puas. Seru! Lumayan lah sebagai pengganti naik Yamaha Racing Coaster yang belum kesampaian.


Yuhuuu! (Dok. Panitia Just Write 2)
Bagi penyuka wisata alam dan petualangan, Lava Tour Merapi ini bisa menjadi alternatif liburan lain yang seru. Dijamin enggak akan membosankan. Pilihan paketnya beragam, ada short route, medium route, dan long route. Juga paket spesial seperti paket sunrise dan paket malam. Biayanya berkisar antara Rp 250.000 sampai Rp 700.000 per jeep.

Ditambah supir yang ramah dan multitalented, perjalanan menyusuri lereng Gunung Merapi ini menjadi terasa lebih menyenangkan. Hanya siap-siap saja, Pak Suswanto dan teman-temannya ini ternyata jahil juga. Kami sudah dua kali menjadi korbannya hihihi.

Thursday, June 13, 2013

Kapten Bhirawa

Para penumpang yang terhormat. Selamat datang di pesawat Indonesia Air dengan nomor penerbangan 54321 dengan tujuan Surabaya. Penerbangan ini akan ditempuh selama dua jam bersama pilot kami Kapten Bhirawa dan ko-pilot Kapten Mahmud...

Aku tidak begitu memperhatikan suara wanita dari pengeras suara sampai dia menyebutkan nama Mas Iwa. Hatiku berdebar ketika mendengar namanya. Perasaanku masih tak menentu semenjak pertemuanku dengannya beberapa jam yang lalu. Pertemuan pertama yang tidak disengaja semenjak Mas Iwa pergi meninggalkanku, mengorbankan cintaku demi cita-citanya. Lima belas tahun sudah berlalu, cita-citanya untuk menjadi pilot kini sudah tercapai, penampilannya pun semakin rapi dan gagah. Namun bodohnya, sikapku masih sama kikuknya seperti ketika pertama kali dia memberikan surat cinta-nya padaku. Ya, aku masih sangat mencintainya.

"Pa! Pilotnya temen Mama loh!" suara Aryan membuyarkan lamunanku.
"Oya?" Dimas bertanya padaku.
"Teman SMA-ku. Tadi kebetulan papasan waktu Mas lagi di toilet." jelasku.
"Oh..." Dimas mengangguk, lalu perhatiannya kembali pada buku yang sedang dibacanya.

Attendant Flight ready for take off...

Suara Mas Iwa terdengar dari pengeras suara. Aku memejamkan mata. Wajah Mas Iwa langsung muncul dalam bayanganku. Alisnya yang tebal, matanya yang agak sipit, dan rahangnya yang besar sama persis seperti milik Aryan.

~~~~~


Cerita ini diikutsertakan pada Flash Fiction Writing Contest: Senandung Cinta.



Tuesday, June 11, 2013

Mami Rara and The Gank


“Enggak mauuu!!!”
Praanngg!!! Suara teriakan Caca mengejutkan Sarah. Membuat Sarah tanpa sengaja melepaskan cangkir berisi kopi panas yang sedang dipegangnya. Pecahan cangkir dan tumpahan kopi membuat seluruh lantai dapur menjadi berantakan.
“Apa yang pecah? Babe sini dong, kemeja aku yang warna biru muda mana ya?” teriak Haris dari dalam kamar.
“Bi! Bibi!” Sarah memanggil Bi Inah.
“Iya Bu.” jawab Bi Inah sambil berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Sarah.
“Tolong ini diberesin. Caca kenapa sih? Enggak mau makan lagi?” tebak Sarah.
“Iya Bu.” Jawab Bi Inah sambil membawa lap dan ember.
“Duh. Biar saya saja yang bujuk.” ucap Sarah. Sambil berlalu meninggalkan Bi Inah.
Bi Inah mengangguk. Dia lega karena tugas menyuapi Caca sarapan pagi ini diambil alih oleh majikannya.
“Caca! Dimakan yuk sarapannya.” kata Sarah saat mendapati anaknya sedang asyik menonton Shrek, film kartun kesayangannya.
“Enggak mau! Caca mau disuapin sama Mama.” jawab Caca, pandangannya tidak beralih dari depan televisi.
“Caca kan udah besar, makan sendiri ya. Ini nasi goreng buatan Mama loh. Makanan kesukaan kamu.” Sarah mencoba membujuk Caca.
“Enggak mau! Caca mau disuapin sama Mama.” jawab Caca bersikeras.
Sarah mengehala nafas. Akhirnya dia pun menyerah dan menyuapi gadis kecilnya.
Babe! Kopinya udah jadi? Kemeja biru aku mana yah?” Haris berteriak lagi.
Aarrgghh!! Sarah ingin berteriak sekencang-kencangnya. Namun dia segera mengambil nafas panjang, menahannya beberapa detik, lalu membuangnya pelan-pelan. Sarah melakukannya berulang-ulang. Mencoba mempraktekkan hypnotherapy yang baru-baru ini sedang dia pelajari. Kegilaan dan kesibukan sebagai ibu rumah tangga bisa membuatnya benar-benar gila kalau dia tidak menemukan cara untuk menenangkan jiwanya.
***
“Gue enggak ngerti. Dulu waktu gue masih kerja, Haris dan Caca enggak pernah serewel ini. Caca lumayan mandiri, Haris apalagi. Malah Haris yang biasanya bantuin pekerjaan domestik. Tapi sekarang, duh gue ngerasa seakan-akan mereka mau balas dendam sama gue karena dulu pernah ‘nelantarin’ mereka.” Sarah mecurahkan isi hatinya pada Yuli melalui telepon. Caca sudah berangkat ke sekolah, begitu juga dengan Haris yang sudah berangkat ke tempat kerjanya di sebuah perkebunan kelapa sawit.
“Hahaha! Bukan balas dendam kali, mereka tuh cuman ingin diperhatiin aja sama lo.” jawab Yuli,  soulmate Sarah di kantornya dulu saat masih menjadi banker di Jakarta.
“Ah itu sih nyiksa gue. Resenya mereka ngelebihin resenya Bu Prita loh!” ucap Sarah.
“Lo belum terbiasa aja kali. Coba deh lo bergaul sama ibu-ibu rumah tangga lainnya. Terus ngobrol dan minta pengalaman mereka, supaya lo enggak stres gitu.” Yuli mencoba memberi saran.
"Oh iya gue jadi inget. Gue harus dateng ke acara di sekolahnya Caca. Ada pertemuan rutin orang tua murid jam 10." kata Sarah.
"Kayanya ini perjalanan dinas pertama lo ya sejak resmi jadi ibu rumah tangga." kata Yuli menggoda Sarah.
"Iya nih, makanya gue agak nervous juga." jawab Sarah.
"Dinas ke luar gitu dapet duit SPJ berapa dari suami lo? Cukup enggak buat sepatu Manollo Blahnik yang kemarin lo incer?" Yuli mengolok Sarah.
"Urusan sepatu sih gampang, tinggal minta aja kali sama Haris, dia bakal langsung ngasih kok." Sarah menjawab sambil tertawa.
"Iya deh, yang udah jadi ibu rumah tangga. Selamat menikmati hari-hari ngabisin duit suami ya." kata Yuli.
"Sialan lo. Sekarang gue enggak terlalu ngebet sama barang-barang kaya gitu lagi, soalnya di sini yang dihargai itu kepribadian bukan barang-barang branded. Yuk ah gue musti siap-siap dulu nih. Thanks ya. Bye!" Sarah lalu menutup sambungan telepon dengan sahabatnya itu.
"Oke. Bye dear!" balas Yuli.
***
Beberapa saat kemudian Sarah sudah siap berangkat ke sekolah Caca. Rupanya tetangga sebelah rumah Sarah sedang membeli sayuran dari tukang sayur langganan mereka.
"Wah pagi-pagi begini Bu Haris udah cantik. Mau ke mana Bu?" tanya Bu Gilang ketika mengetahui Sarah sudah menyalakan mobilnya.
"Eh ada Bu Gilang. Saya ada acara pertemuan orang tua murid di sekolahnya Caca." jawab Sarah sambil membuka pintu gerbang rumahnya. 
"TK Mawar?" Bu Gilang bertanya lagi.
"Iya." jawab Sarah sambil mengangguk.
"Wah! Saran saya sih hati-hati aja. Pergaulan ibu-ibu sosialita di sana hebat-hebat loh. Apalagi kalau udah ketemu sama Mami Rara and the Gank. Salah kostum sedikit, siap-siap aja dapet kritikan pedas." cerita Bu Gilang.
Sarah melongo. Namun dia tersadar dan segera pamit pada Bu Gilang untuk kembali masuk ke dalam rumah.
Sarah lalu berdiri mematung di depan cermin. Meskipun sederhana, tapi penampilannya tetap terlihat elegan. Sayangnya kali ini tidak ada satu pun item branded yang dia kenakan. Sesuai pesan ibunya, Sarah harus menyimpan barang-barang branded-nya agar bisa lebih berbaur dengan lingkungan barunya. Namun siapa yang menyangka bahwa di sebuah TK di pelosok Sukabumi ini ternyata ada juga kumpulan ibu-ibu sosialita.
Ingatan Sarah tentang kenangan masa lalunya kembali. Ketika SMA, Sarah merupakan murid yang bisa dikatakan hampir tidak mempunyai teman. Sebagian besar teman-teman di sekolahnya merupakan anak pejabat dan pengusaha. Mereka memilih teman hanya berdasarkan penampilan dan materi yang digunakan. Setelah Sarah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, penampilannya berubah total. Selain menjadi perempuan yang supel, penampilannya pun selalu melibatkan barang-barang branded yang up to date.
Sarah masih berdiri di depan cermin. Penampilannya sangat sederhana, padahal kesan pada pandangan pertama begitu penting. Dia tidak ingin kejadian saat SMA kembali terulang. Dia tidak mempedulikan pesan ibunya. Dia harus mendapatkan teman dan harus menyesuaikan penampilannya dengan ibu-ibu di sini agar dapat bergabung dengan Mami Rara and the Gank.
Sarah ingin sekali mengganti pakaiannya, tapi sepertinya waktunya sudah tidak mencukupi lagi. Lalu Sarah pun berjalan ke lemari khusus tempat penyimpanan koleksi tas-tas branded-nya. Dia mengambil salah satu tas yang serasi dengan pakaian yang sedang dia kenakan.
Sarah menimang-nimang tas branded itu. Bentuknya cantik sekali. Terbuat dari kulit sintetis yang di-emboss berwarna putih dengan aksen kulit sintetis bertekstur kulit ular. Berkali-kali dia menimang lalu menaruhnya kembali, lalu kembali mengambil dan menimangnya lagi. Sarah merasa bimbang.
Setelah menimbang-nimbang akhirnya Sarah memutuskan untuk mengenakan tas Hermes itu. Dia juga melilitkan kain scarf Dior di lehernya. Lalu sekali lagi Sarah mematut bayangan dirinya di depan cermin. Kini penampilannya terlihat lebih mewah, membuat dia lebih percaya diri.
***
Tiba di sekolah Caca, Sarah melihat kumpulan ibu-ibu sedang asyik mengobrol. Rupanya acara pertemuan belum dimulai. Sarah berjalan menghampiri mereka.
"Ada orang baru nih. Mama Caca ya?" tanya seorang perempuan dengan make-up wajah yang sangat tebal.
"Iya." jawab Sarah sambil mengangguk sopan. Padahal sesungguhnya dia kesal sekali karena semenjak menjadi ibu rumah tangga, identitas pribadinya sebagai Sarah Utami menjadi hilang. Di lingkungan rumah dia harus mau dipanggil Bu Haris, sedangkan di lingkungan sekolah dia harus mau dipanggil Mama Caca.
"Kenalin saya Mami Rara dan ini Bunda Tisa." perempuan itu mengenalkan diri dan temannya pada Sarah.
"Wah! Tasnya bagus sekali. Enak ya tinggal di Jakarta, mudah dapet barang-barang bagus." perempuan yang disebut Bunda Tisa mengomentari tas yang dikenakan Sarah.
"Tas ini saya beli waktu dulu sedang dinas ke Eropa." jawab Sarah sambil tersenyum sopan.
"Jauh amat beli ke Eropa. Tenang, di Sukabumi juga ada kok tempat yang seru buat dapet barang bagus. Harganya lumayan mahal sih, tapi barangnya beneran bagus loh! Tas ini harganya lima ratus ribu. Keren kan?" Mami Rara menunjukkan tas yang dia kenakan.
Sarah menelan ludah melihat tas Luis Vutton entah KW berapa yang dibanggakan Mami Rara.
"Enggak jauh beda kan sama yang dari Eropa." Mami Rara menyandingkan tasnya dengan tas Sarah.
Sarah tersenyum masam karena tasnya yang berharga puluhan juta disandingkan dengan tas KW.
"Kalau yang punya saya ini satu juta. Cantik kan?" Bunda Tisa ikut memamerkan tasnya.
Lagi-lagi Sarah menelan ludah melihat tas Gucci entah KW berapa yang dibanggakan Bunda Tisa.
"Kalau menurut Mama Caca kemahalan, Umi Fera jual loh tas-tas branded yang harganya miring." Mami Rara berbisik pada Sarah.
Tidaaakkk!!! Jerit Sarah di dalam hati. Dia merasa cemas. Sanggupkah dia bergaul dan berbaur dengan ibu-ibu sosialita KW ini.
*****



Monday, June 10, 2013

Kalau Jodoh, Enggak Akan Ke Mana

Setelah puas bergalau-galau ria dan ngabisin tisu berbungkus-bungkus pada jam-jam awal saya dalam perjalanan menggunakan kereta dari Bandung menuju Yogyakarta, saya merenung dan menyimpulkan bahwa kalimat 'Kalau memang jodoh, enggak akan ke mana' itu cocok banget sama keadaan saya saat itu. 

Jadi begini ceritanya. Waktu pertama kali ngeliat pengumuman tentang Just Write 2 dua bulan yang lalu, saya sangat antusias dan merasa terpanggil untuk ikut seleksinya. Saya juga langsung lapor sama suami tentang pelatihan menulis bergengsi yang diadakan Penerbit Diva Press ini. Saya bilang, "Yang.. Ini ada pelatihan nulis gratis tapi 4 hari dan di Yogya.. Ikut jangan yah? Kalau enggak lolos ya udah, tapi kalau lolos gimana?". Bukannya sok pede bakal lolos hihi, tapi sebelum memutuskan sesuatu kan harus mempersiapkan segala kemungkinan. Terus suami saya jawab, "Ya udah, coba aja dulu.". Baiklah kalau begitu.

Baru dua bulan kemudian (beberapa hari sebelum deadline) saya ngebut bikin cerpen sebagai salah satu syarat yang harus dilengkapi untuk mengikuti seleksi. Tapi sehari sebelum deadline, saya tiba-tiba berubah pikiran. Sepertinya lebih baik mengirimkan cerpen yang sudah pernah terbit aja.

Hari terakhir, saya baru sadar bahwa ternyata saya tidak mempunyai scan-an tanda tangan untuk surat pernyataan. Maka saya pun langsung lari ke rumah orang tua, karena disana ada scanner. Masalah tanda tangan beres, saya baru ingat kalau pas foto saya yang terakhir dibuat itu waktu sebelum saya nikah, yang berarti saya belum dijilbab. Langsung panik karena saya harus segera membuat foto lagi. Di rumah enggak ada siapa-siapa (kecuali Jav). Akhirnya saya nyobain bikin pas foto sendiri pakai timer. Lumayan lah hasilnya enggak jelek-jelek amat, sebelas dua belas lah sama hasil foto di studio :p

Nah, jam 3 sore (2 jam sebelum deadline) pas saya ngirim email pendaftaran, email panitianya error dong. Mungkin karena banyak yang mengirim email juga jadi overload. Berkali-kali nyoba ngirim dari berbagai alamat email pun, selalu gagal. 

Akhirnya saya pasrah. Ini memang salah saya. Udah dikasih waktu dua bulan, kenapa juga ngirimnya mepet-mepet deadline. "Mungkin belum jodoh." begitu pikir saya.

Taunya Pak Edi (Bos-nya Diva Press) bilang di twitter-nya kalau bisa kirim email pendaftaran ke beliau juga, nanti beliau forward ke email panitia. Saya pun langsung kirim email pendaftaran ke email Pak Edi. Ah senangnya. Kalaupun enggak lolos, setidaknya usaha saya sudah maksimal.

Setelah itu saya kembali sibuk dengan rutinitas saya. Sampai suatu siang Mba Rini memberi selamat pada saya lewat Whatsapp karena lolos seleksi Just Write 2. Shock! *sesak nafas* Waktu itu saya memang sedang terisolasi dari dunia luar. Sinyal handphone ancur-ancuran. Enggak bisa telepon, SMS, browsing, dll. Whatsapp juga kadang bisa masuk, tapi enggak bisa keluar. Makanya panitia Just Write 2 juga kesulitan menghubungi saya. 

Waktu lapor sama suami, dia jawabnya "Alhamdulillah.". Sementara saya? Galau. Jujur, saya belum siap mental ninggalin Jav selama empat hari pelatihan ditambah dua hari perjalanan. Tetapi suami terus mendukung bahkan dia yang sibuk nge-print surat pernyataan kesediaan mengikuti pelatihan, ngirim surat-surat itu ke kantor pos, beliin tiket kereta, dll. 

Selama sebulan saya nyiapin semua untuk kebutuhan Jav selama saya pergi, beres. Tapi nyiapin mental saya untuk ninggalin Jav kok enggak beres-beres. Saya sibuk berandai-andai, gimana kalau nanti Jav nyari saya dan nangis enggak mau berhenti, kan kasian yang jaganya. Gimana kalau nanti di tempat pelatihan saya sedih terus inget sama Jav. Seandainya saya enggak daftar, tentu saya enggak perlu galau begini.

"Saya ibu yang egois."
"Tapi saya kan pergi bukan buat aneh-aneh. Saya pergi buat belajar nulis, menuntut ilmu."
"Ngapain sih belajar nulis aja harus jauh-jauh ke Yogya."
"Tapi ini kesempatan langka, menjadi 30 peserta terpilih dari 900 pendaftar. Belum tentu saya bisa dapet kesempatan kaya gini lagi."
"Oke."

Akhirnya saya pasrah saja. Apalagi kartu undangan dari panitia Just Write 2 juga sudah sampai. Enggak ada jalan kembali dan enggak ada lagi yang bisa saya perbuat selain mencoba berdamai dengan hati (pinjem istilahnya Mba Rini).

Dok. Pribadi
Akhirnya hari pelatihan itu tiba juga. Berkali-kali saya ninggalin Kota Bandung, tapi saya enggak pernah ngerasa sesedih kemarin, karena harus ninggalin Jav. Begitu juga sebaliknya. Berkali-kali saya ninggalin Kota Yogya, tapi saya enggak pernah ngerasa sesedih kemarin. Saya merasa beruntung sekaligus terharu karena telah mendapatkan banyak hal dari pelatihan ini. Bukan hanya materi tentang menulis, tetapi juga pengalaman dari para penulis terkenal (termasuk Tere Liye - penulis favorit saya!), rahasia dan tips-tips dari para editor, juga semangat menulis dari para peserta pelatihan lainnya yang keren-keren dan udah pada nerbitin buku. Semua itu enggak mungkin saya dapatkan kalau dua bulan yang lalu saya enggak daftar.

Aahh terima kasih banyak buat suamiku yang sudah memberi istrinya kesempatan untuk mendapatkan ilmu yang sangat berharga ini. Meskipun sebenarnya saya masih penasaran juga sih. Suami saya ini ngijinin saya pergi karena memang ingin saya berkembang atau karena males bakal diungkit-ungkit seumur hidup kalau enggak ngijinin hihihi.

Yah apapun alasan suami saya, kalau memang jodoh, enggak akan ke mana :)


Dok. Pribadi
PS: Maaf kalau agak lebay, harap maklum sejak jadi emak-emak enggak pernah kemana-mana :D

Thursday, June 6, 2013

Wisata Bandung, Ya Trans Studio Bandung Dong

Asik! Long weekend! Buat yang kerja dan hari Jumatnya cuti kan jadi panjang weekend-nya hehe. Long weekend seperti ini Kota Bandung pasti dipenuhi oleh para wisatawan. Jangankan long weekend, weekend biasa saja Kota Bandung pasti ramai.

Memangnya apa sih yang menarik dari wisata Bandung? Banyak! Saya sebutin satu-satu ya. Ada wisata kuliner mulai dari jajajan pinggir jalan seperti batagor, surabi, es cendol, dan lain-lain sampai kafe-kafe di Bandung Utara yang tidak hanya memberikan kepuasan di lidah tetapi juga memberikan pemandangan indah dan pemandangan sejuk. Ada wisata belanja di mal-mal dan factory outlet. Ada wisata alam seperti Tangkuban Perahu, Kawah Putih, dan lain-lain. Ada wisata berkuda, berternak, memetik strawberi, dan lain-lain. Juga wisata permainan indoor yang super besar dan super seru di Trans Studio Bandung.


Trans Studio Bandung merupakan indoor theme park terbesar bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Terdapat 20 wahana permainan dan berbagai macam hiburan di Trans Studio Bandung yang dibagi ke dalam 3 kawasan dengan tema yang berbeda dan unik, yaitu:

Studio Central
Merupakan kawasan Hollywood di mana pengunjung akan dimanjakan oleh tidak hanya arsitektur Hollywood bergaya tahun 60-an, tetapi juga lengkap dengan para bintangnya seperti Merlyn Monroe, Elvis Presley, Michael Jackson, dll.

Lost City
Merupakan kawasan petualangan dan penjelajahan seperti menyelamatkan Kru Trans TV dalam ekspedisinya atau memasuki hutan rimba dalam safari track.

Magic Corner
Merupakan kawasan dengan sentuhan magis yang penuh dengan keajaiban.


Ngomongin Trans Studio Bandung, saya sendiri sebagai orang Bandung sebenarnya belum pernah mengunjungi taman permainan ini. Sejak dibuka pada bulan Juni tahun 2011, saya sudah ngebet banget ingin mencoba berbagai wahana di Trans Studio Bandung. Sayangnya, waktu itu saya baru saja melahirkan dan enggak bisa jauh-jauh dari bayi saya karena sedang memberika ASI Eksklusif. Enggak asik kan kalau saya lagi seru main, terus bayi saya nangis-nangis menagih ASI. Ini beberapa wahana permainan yang ingin sekali saya coba di Trans Studio Bandung.

Yamaha Racing Coaster
Kereta Yamaha Racing Coaster mempunyai kapasitas 12 tempat duduk. Dengan kecepatan 120 km/jam, kereta maju sampai dengan ketinggian 50 meter. Setelah mencapai sudut kemiringan 90 derajat, kereta pun mundur kembali sampai ke titik awal dengan kecepatan yang sama. Wah mantep!


Giant Swing
Ayunan pendulum raksasa ini berputar sekaligus mengayunkan tubuh pengunjung di ketinggian sekitar 13 meter. Wah seru!


Vertigo
Kincir raksasa ini mengajak pengunjung untuk menikmati sensasi berputar 360 derajat. Pengunjung duduk di bangku dengan pengaman di pundak dan tanpa penutup. Tidak hanya tiang Vertigo yang berputar, tetapi bangkunya juga ikut berputar. Wah asik!


Negeri Raksasa
Di wahana ini, pengunjung diajak menaiki puncak menara setinggi 20 meter. Namun dengan waktu yang sangat cepat, tubuh pengunjung akan dihempaskan ke bawah menara secara bertahap dan kembali naik. Begitu terus hingga akhirnya dari ketinggian 20 meter tubuh pengunjung dijatuhkan sampai bawah menara. Wah nyes!


Iya, saya memang sangat menyukai permainan yang memicu adrenalin. Makanya, Trans Studio Bandung menjadi tujuan wisata Bandung harus saya kunjungi.

Selain wahana permainan yang memicu adrenalin, Trans Studio Bandung juga mempunyai wahana permainan yang dapat digunakan oleh anak dan balita.

Dunia Anak
Merupakan area bermain yang dikhususkan untuk anak-anak usia 0-7 tahun. Di dalamnya terdapat sekitar 6 permainan individual seperti Mini Bumper Car, Tea Cup, Carousel, Jump Around, Bumper Boat, dan Mini Train.


Sky Pirates
Wahana ini berupa kapal udara milik bajak laut yang akan membawa pengunjung mengelilingi seluruh kawasan Trans Studio Bandung.



Blackheart Pirate Ship
Wahana ini merupakan area softplay tematik terbesar di Asia Tenggara. Anak-anak dapat bermain di banyak permainan ketangkasan dalam sebuah kapal.




Pulau Liliput
Wahana tempat bermain tematik khusus untuk balita. Di sini, anak-anak bisa puas bermain mandi bola.



Saya tidak sabar untuk mengajak anak saya bermain di wahana-wahana tersebut. Dia pasti akan suka. Apalagi selain terdapat wahana permainan untuk anak dan balita, ada wahana pendidikan juga.


Science Center
Merupakan sarana bermain dan belajar ilmu sains untuk anak-anak usia sekolah. Permainan yang membutuhkan kekuatan pikiran dan kecerdasan yang sangat menantang membuat belajar menjadi terasa menyenangkan.


Lengkap yah. Masih banyak loh wahana lain di Trans Studio Bandung ini selain yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Ada Trans Car Racing, Sibolang the Rides, Trans Broadcast Museum, Trans City Theatre, Jelajah the Rides, Kong Climb, Dunia Lain, dan Dragon Riders.

Hanya dengan membeli tiket seharga Rp 250.000 (weekend) dan Rp 150.000 (weekday), pengunjung bisa bermain dan menikmati seluruh wahana sepuasnya. Tiket masuk Trans Studio Bandung dapat dibeli dengan menggunakan kartu Mega Cash. Harga kartu adalah Rp 10.000. Pengunjung kemudian dapat melakukan top up/isi ulang dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Kartu ini dapat digunakan untuk melakukan transaksi di semua outlet di dalam area Trans Studio Bandung seperti wahana permainan dan membeli makanan atau cinderamata. Untuk yang enggak suka ngantri, tiket Trans Studio  Bandung ini bisa dipesan secara online loh. Caranya sangat mudah, cukup dengan mengirimkan email atau menghubungi administrator di nomor dan email berikut ini admin@transstudioworld.net & 082115052227 (minimal 5 pack).

Bagaimana? Tertarik untuk mencoba wisata Bandung dan berpetualang di Trans Studio Bandung? Kalau tertarik, kita janjian berkunjung bareng yah :)



KAWASAN TERPADU TRANS STUDIO BANDUNG
Jl. Gatot Subroto 289, Bandung 40273
T +62 22 910 99999, F +62 22 910 99998
Website: http://www.transstudiobandung.com
Twitter: @TransStudioBdng


Referensi dan sumber gambar:
  • http://www.transstudiobandung.com
  • http://www.transstudioworld.net
~~~~~

Trans Studio Blog Competition