Tuesday, October 4, 2016

Nonton Bareng Film The Beginning of Life di TPA Ar-Rahmat

The Beginning of Life

Acara nonton bareng dan diskusi fim The Beginning of Life chapter kedua yang diadakan oleh Jule & Antzer Motherschool diselenggarakan di TPA Ar-Rahmat pada hari Sabtu tanggal 17 September 2016 pukul 10.00 sampai 13.00 WIB. Kali ini pesertanya yaitu 10 orang teman-teman di sekitar komplek. Cerita chapter pertamanya sudah saya tulis di sini.

Sebelum menonton filmnya, untuk mencairkan suasana, Teh Yuli--teman saya yang bertugas sebagai pemandu--mengajak semua peserta untuk memperkenalkan diri dan sejarah namanya masing-masing. Selain itu Teh Yuli juga memberi penjelasan singkat mengenai film The Beginning of Life ini.

The Beginning of Life

Kemudian setelah selesai menonton filmnya, Teh Yuli kembali mengadakan ice breaking dulu bagi para peserta. Berupa permainan konsentrasi, supaya segar lagi. Selanjutnya para peserta pun langsung diminta untuk menuliskan pendapatnya mengenai hal yang paling berkesan dari film tersebut, mengenai pentingnya masa awal kehidupan anak, dan juga kebutuhan masing-masing yang terkait dengan film tersebut. Kemudian mereka mengungkapkan jawabannya masing-masing.

The Beginning of Life

Berikut beberapa hal yang paling berkesan dari film The Beginning of Life menurut para peserta:
  • Anak bukan kertas kosong.
  • Anak bukan beban tetapi amanah. 
  • Di negara manapun, dengan kultur seperti apapun, yang dibutuhkan anak hanya afeksi dan perasaan dterima oleh orang tuanya.
  • Orang tua yang peduli (memberikan cinta, kasih, perhatian) terhadap masa awal kehidupan anak-anak, akan membuat anak-anaknya merasa nyaman dan bahagia.
  • Status ekonomi mempengaruhi perkembangan anak.
  • Anak mempunyai imajinasi sendiri untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Mereka juga bisa membuat sesuatu yang baru dari barang yang sudah ada.
  • Jangan melarang anak untuk mengeksplor lingkungannya.
  • It takes a village to raise a child. Bukan hanya orang tua, namun kakek, nenek, bahkan tetangga pun ikut berpengaruh.

Beberapa peserta mengaku pernah mengalami situasi seperti pada film tersebut. Contohnya yaitu ada peserta yang suaminya merawat anak bukan karena membantu istrinya, tetapi karena hal tersebut merupakan tanggung jawabnya juga.

Terkait dengan pengetahuan peserta mengenai masa awal kehidupan anak, semuanya memahami bahwa masa awal kehidupan anak itu sangat penting. Namun praktiknya memang enggak selalu mulus. Makanya diperlukan komunitas untuk saling berbagi dan saling mengingatkan. 

Lalu ketika ditanya apa saja kebutuhan mereka, ada yang merasa bahwa butuh lebih banyak lagi ilmu parenting, bahkan seharusnya sejak sebelum menikah. Ada pula yang ingin mengkomunikasikan isi film tersebut ke lingkungan sekitar namun ragu apakah mereka mau menerima atau enggak. 

Kemudian, setelah diberi pilihan topik untuk didiskusikan (Bonding, Children and their environment, Full development, Play, Becoming parents, Negligence, abuse and toxic stress, dan A village to raise a child), sebagian peserta memilih untuk membahas mengenai becoming parents (peran menjadi orang tua). Namun, sebelum berdiskusi lebih lanjut, Teh Yuli memberikan permainan lagi, si buta dan si bisu. Peserta diajak untuk berpasangan. Satu orang menjadi si buta dan satu orang lagi menjadi si bisu. Mereka harus menyeberangi ruangan secara bersama-sama dan menghindari hambatan di tengah jalan. Kata mereka, ketika menjadi si buta itu rasanya takut dan khawatir, namun percaya saja pada pasangannya. Dan ketika menjadi si bisu, rasanya bingung harus bagaimana, akhirnya memakai bahasa isyarat (bahasa tubuh).

Berikut hasil refleksi para peserta yang mengaitkan permainan tersebut dengan peran sebagai orang tua, bahwa sebagai makhluk sosial, kita enggak bisa hidup sendiri. Bayi membutuhkan orang tua, ketika sudah dewasa membutuhkan lingkungan. Begitu juga dalam mendidik anak, dibutuhkan partner dan ilmu juga.

The Beginning of Life

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dibagi dalam dua kelompok. Baru selanjutnya disambung dengan diskusi besar. Ini dia kesimpulan diskusi untuk topik menjadi orang tua:
  • Parenting yaitu proses orang tua dalam mendidik, melindungi, membimbing, dan menuntun anak agar anak dapat mandiri, mengenal lingkungannya, dan beradaptasi dengan lingkungannya.
  • Prosesnya natural, karena rasa sayang itu alami. Namun pada praktiknya, enggak mudah karena perlu disertai juga dengan proses pembelajaran baik dari orang tua/keluarga, pengalaman orang lain, buku, dan lain-lain.
  • Hal yang paling mudah dalam menjalani peran sebagai orang tua yaitu menyayangi anak dengan tulus. Adapun hal yang paling sulit yaitu mengendalikan emosi diri ketika menghadapi anak.
  • Kesulitan yang dirasakan oleh setiap orang tua tentu berbeda. Misalnya pada single parent, mereka harus berperan ganda baik dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi, juga dalam hal pengasuhan anak. Bagi pasangan LGBT, kesulitannya yaitu adanya ketimpangan dalam mendidik anak. Mereka juga harus mempersiapkan anak untuk menghadapi lingkungan sosial. Sedangkan pada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus, kesulitannya yaitu harus mampu mengolah emosi dan kesabaran yang tinggi.
The Beginning of Life

Sebelum kegiatan ini ditutup, ada permainan lagi nih dari Teh Yuli. Pertama, peserta berpasangan, duduk saling membelakangi, dan tangan saling bergandengan, lalu berdiri. Kedua, semua peserta berkumpul, membuat lingkaran, duduk saling membelakangi, lalu berdiri. Susah, hihihi.... 

The Beginning of Life

Hasil refleksi dari permainan tersebut yaitu:
  • Orang tua tidak sendiri. Dengan bergabung dalam komunitas, orang tua bisa saling berbagi dan saling menguatkan. 
  • Semakin banyak orang tua yang sadar akan perannya, ke depannya anak akan memiliki lingkungan yang kondusif.

Alhamdulillah, acaranya berjalan lancar. Berdasarkan hasil nonton bareng dan diskusi film The Beginning of Life, para peserta memiliki resolusi masing-masing. Ada yang ingin memperbanyak komunikasi dengan anak. Ada yang ingin lebih sabar, lebih fokus, dan hadir jiwa raga ketika sedang bersama anak. Ada pula yang ingin lebih kompak dengan suaminya. Pastinya semua peserta ingin menjadi orang tua yang lebih baik lagi.

26 comments :

  1. wah bagus banget kegiatan ini dan artikelnya mbak. Saya belajar lagi disini.. perasaan diterima itu penting bgt ya. Jd setuju donk ya dgn quote andalan saya, gak perlu anak-anak tahu sebesar apa kita mencintai mereka. yg terpenting adalah mereka merasa dicintai :)

    ReplyDelete
  2. Hm, ada artinya ya permainan utk orang tua itu ... berkomunitas, bahkan dalam ilmu parenting.

    ReplyDelete
  3. Jd pengen nonton ..kebetulan lg nyari film yg bs ditonton bareng2 :)

    ReplyDelete
  4. Mbak,ini filmnya bisa di download di mana ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Daftar ke temantakita teh utk jd pemandu nobar, nanti dikasih linknya ;)

      Delete
  5. Jadi pengen nonton filmnya deh. Banyak hal yg bisa dipelajari dari film itu. Nyari ah...

    ReplyDelete
  6. seru ya, nobar ada pembahasan dan games nya juga. nobar jadi bermakna, jadi penasaran sama filmnya

    ReplyDelete
  7. mencerahkan buat para mommy kalau ikutan gathering bermanfaat seperti ini, kadang aku lupa akan peran ku mbak dan harus memperlakukan aak seperti apa, kelas seprti ini sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  8. jadi pengen nonton filmnya juga. wah, kegiatannya keren banget! inspiratif, thanks yaaa Moms

    ReplyDelete
  9. wahh.. penasaran, pengen jg nonton filmnya

    ReplyDelete
  10. saya jadi pengen nonton filmnya Mba :)
    sebagai orang tua, rasanya penting banget untuk menonton film seperti ini :)

    ReplyDelete
  11. Gimana pun juga, ilmu ttg pendidikan, mendidik anak nggak bisa ditemukan di sekolah2 yah mbak...
    MEski blum menikah stidaknya bisa belajar dri hasil diskusi di atas. TFS ya mbakk ^_^

    ReplyDelete