Sore itu hujan sangat deras. Rainy sedang mengemudikan mobilnya dalam perjalanan pulang dari tempat kerjanya di daerah perkantoran Asia Afrika. Bagi Rainy hujan melambangkan rejeki. Karena alasan itulah ia selalu menyukai hujan. Saat dia sibuk mencari telepon genggamnya yang berbunyi, tanpa sengaja dia menyebabkan genangan air di jalan menciprati gadis remaja yang sedang berdiri di pinggir jalan.
Bagi Sunny, hujan tidak sama dengan rejeki. Gadis berumur 14 tahun itu benci hujan. Pada musim hujan ini, setiap dia pulang dari tempat kerjanya sebagai asisten rumah tangga di salah satu rumah di daerah Cisitu, hujan selalu membuat badannya basah meskipun dia tidak pernah lupa untuk menggunakan payung. Belum lagi ditambah bonus terciprat genangan air saat menunggu angkot di pinggir jalan, seperti yang terjadi saat ini.
Saat itu Rainy tidak akan langsung pulang ke rumah. Dia akan makan malam bersama tunangannya di salah satu cafe di daerah Bandung Utara. Baginya, hujan akan menambah romantis suasana.
Sedangkan Sunny akan langsung pulang ke rumahnya di daerah Bandung Selatan. Baginya, hujan akan menambah macet dan tentu saja menyebabkan banjir di daerah rumahnya yang sangat terkenal dengan banjirnya.
Sesampainya di rumah, hujan masih belum berhenti. Rainy tidur dengan nyaman di balik selimutnya setelah sebelumnya menyeruput cokelat hangat.
Sedangkan Sunny, selama hujan belum berhenti, dia tidak bisa tidur dengan nyaman karena atap rumahnya yang bocor dimana-mana.
Dan di pagi hari, Rainy menyambut hari dengan senyum menghirup udara pagi yang sejuk sisa hujan semalam.
Sedangkan Sunny, dia menyambut hari dengan membantu kakeknya yang sudah renta membersihkan air banjir di rumahnya sisa hujan semalam, sebelum dia berangkat ke sekolah.
No comments :
Post a Comment