Monday, January 16, 2012

Jadilah Milikku, Mau?

Rabu, 2 November 2011
Aku melihat jam tanganku. Waktu menunjukkan pukul 07.47. Masih ada 13 menit lagi, aku berjalan santai menuju tempat kerjaku. 500 meter menuju gedung kantorku, aku melihat beberapa gadis sedang berdiri di halaman sebuah rumah mungil. Kemarin aku terlambat datang ke kantor, padahal itu adalah hari pertamaku bekerja. Aku sangat terburu-buru, tentu saja aku tidak sempat memperhatikan lingkungan sekitar, tidak memperhatikan mereka.

Kamis, 3 November 2011
Mereka masih berdiri disana. Rupanya ini kebiasaan mereka tiap pagi. Kali ini aku melihat lebih jelas, mereka berlima. Aku menemukan salah satu diantara mereka yang menarik hatiku. Tapi aku tidak berani menatapnya lama-lama.

Jumat, 4 November 2011
Kali ini aku berani mencuri pandang padanya lebih lama. Dia sangat cantik. Matanya lentik. Bibirnya merona merah kontras dengan kulit putihnya. Rambutnya hitam panjang bergelombang. Aku semakin terpikat padanya. Ah cukup untuk hari ini.

Rabu, 9 November 2011
Sudah seminggu aku selalu mencuri-curi pandang padanya. Ingin aku menyapanya, lalu mengenalkannya pada ibuku, beliau pasti suka. Tapi diri ini rasanya belum siap jiwa raga.

Senin, 14 November 2011
Dia menatapku. Apakah dia akhirnya menyadari keberadaanku yang tiap hari lewat di depan rumahnya. Apakah aku harus menyapanya sekarang. Ah mungkin ini hanya perasaanku saja.

Jumat, 18 November 2011
Seperti hari-hari biasanya, dia masih berdiri disana bersama teman-temannya. Sangat anggun. Keinginan untuk menyapanya semakin besar.

Senin, 28 November 2011
Inilah saatnya. Aku sudah memantapkan hatiku untuk memberanikan diri menyapanya. Aku sudah siap jiwa raga.

"Jadilah milikku, mau?"

Gadis itu tidak berkata-kata, hanya senyum manis yang menghias wajahnya. Ah benar firasatku, kamu pasti mau.

~~~~~

"Bu, ibu dimana? Coba liat yang aku bawa.." aku berteriak mencari ibu.

"Ibu di ruang jahit Nak.." ibu menjawab.

Aku bergegas menghampiri ibu ke ruang jahit, tempat yang selama ini menjadi sumber penghasilan bagi keluarga kami sejak ayah meninggal 7 tahun yang lalu.

Aku mencium tangan ibuku. "Bu, keluar yuk. Saya membawa kejutan untuk Ibu.."

Aku menggandeng tangan Ibu keluar. Mata Ibu berkaca-kaca saat melihat gadis cantik itu berdiri di ruang tamu.

"Mudah-mudahan Ibu suka. Ini aku beli dari uang gajiku yang pertama. Sekarang Ibu bisa memajang hasil karya Ibu di manekin ini.."

Ibu memelukku. "Makasih Nak.."

#15HariNgeblogFF Hari-5

9 comments :

  1. ehe. ngomong sama patung. jadi inget siapa gitu...

    ReplyDelete
  2. aihh...manekin to?kirain calon istri :d

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. hehe, kan sengaja biar pada salah nebak :p
      makasih udah mampir :)

      Delete
  4. Donaaaaaaaaathh.. :D



    Ikutan juga ya? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya.. kan tau info ini dr status fb mba, hehe..
      ga tau nih amatiran ikut2 nimbrung, ngramein aja lia mah :D

      Delete
  5. Iya.. Ga pa pa. Itung2 refreshing.. :D
    Ngilangin jenuh dan bosen..

    *kokmulaiterdengarseperticurhat.. :D
    Hehehe

    ReplyDelete