Saturday, March 17, 2012

Cinta yang Menyembuhkan

Doni
"Semuanya bagus.. Tidak ada masalah dengan mata baru Anda.. Anda beruntung mendapatkan donor mata secepat ini.." kata dokter Arya setelah melakukan beberapa pemeriksaan pada mataku.

Aku mengangguk.

"Tapi masih ada beberapa obat yang harus Anda minum.. Ini saya berikan resepnya.." dia berkata sambil menuliskan sesuatu pada selembar kertas.

"Terima kasih dok.." kataku saat menerima kertas resep darinya.

"Sama-sama.." dia hendak menutup pertemuan ini, tapi masih ada yang ingin aku tanyakan.

"Dok, boleh saya tahu siapa yang mendonorkan mata ini? Saya ingin mengucapkan terima kasih.." aku ungkapkan rasa penasaranku.

"Maaf, Pak.. Sesuai kode etik, saya tidak dapat memberi tahu Anda.." jawabnya sambil tersenyum.

"Baiklah.. Kalau begitu terima kasih dok.." aku pun berdiri dan menyalami dokter Arya.

Meskipun kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, tapi aku tetap bersyukur. Aku sangat putus asa saat beberapa bulan yang lalu dokter mengatakan bahwa aku tidak dapat melihat lagi. Aku kehilangan pekerjaanku, kehilangan kepercayaan diriku. Hidupku benar-benar hancur berantakan. Untung ada Riani yang selalu setia mendampingiku.

Riani
"Maaf.." hanya kata itu yang sanggup aku katakan untuk menjawab pertanyaan Mas Doni.

"Bukankah kita sudah sepakat, bahwa kepergian Laras itu karena takdir, bukan karena kita.." Mas Doni memegang kedua bahuku, menatap mataku yang tak bisa berhenti mengeluarkan air mata.

"Mulutku sempat berkata begitu, tapi hatiku tidak Mas.. Aku selalu merasa bersalah telah merebut tunangan sahabatku sendiri.. Jadi tolong Mas jangan paksa aku untuk meneruskan ini.." aku melepaskan tangan Mas Doni dari bahuku.

"Kamu tidak mungkin meninggalkanku setelah semua yang kita lalui ini.." Mas Doni membujukku.

"Keputusanku sudah bulat Mas.." kataku mantap.

"Baiklah kalau itu maumu.. Tapi aku akan selalu menunggumu, sampai kamu siap dengan ini semua.. Aku sayang kamu Riani.." Mas Doni mengusap air mata di pipiku.

Aku menggeleng. "Selamat tinggal Mas.." aku lalu pergi meninggalkannya.

Aku juga sayang kamu Mas, bahkan sebelum kamu bertemu Laras. Tapi aku tidak tahan lagi. Entah kenapa, aku selalu melihat Laras di matamu.

Maya
"Aku kangen Mba Laras.." kataku saat kami memasuki komplek pemakaman ini.

"Kita doain aja ya, semoga dia tenang disana.." Bayu menggenggam tanganku, memberi kekuatan.

"Mas Doni!" kataku saat melihat seorang lelaki berjalan menuju arah kami.

"Hai Maya.. Hai Bayu.." sapanya kikuk.

"Sedang apa Mas disini?!" tanyaku ketus.

"Tadi aku menyimpan bunga mawar di makam Laras.. Bunga kesukaannya.." jawabnya.

"Mba Laras tidak butuh bunga! Mba Laras tidak butuh kehadiranmu lagi!" aku memarahinya.

"Sabar sayang.." Bayu mengingatkanku, tapi aku tidak peduli.

"Mas Doni tidak pantas ada disini! Mas Doni tidak pernah peduli saat kondisi jantung Mba Laras semakin lemah! Mas Doni bahkan tidak ada di saat-saat akhir hidupnya..!" aku mulai menangis.

Mas Doni menunduk.

"Mba Laras sangat menyayangi Mas.. Bahkan sebelum meninggal dia berpesan untuk mendonorkan matanya untuk Mas Doni saat Mas Doni kehilangan mata karena kecelakaan mobil bersama perempuan murahan itu! Cintanya yang menyembuhkan mata Mas Doni..! Cinta yang Mas Doni sia-siakan..!" kini aku menangis sambil berteriak.

Mas Doni kelihatan terkejut.

"Tenang sayang.. Sabar.. Lebih baik kita pulang.." Bayu memelukku, menenangkanku dan mengajakku pergi.

Aku menuruti ajakan Bayu. Aku tidak ingin lagi melihat lelaki ini, lelaki yang telah mengkhianati cinta kakakku.

#FFHore [2]

2 comments :