Monday, June 18, 2012

Biru, Jatuh Hati

"Aku senang kita bisa berada di pantai ini lagi.." dia berbicara padaku. Kami sedang berada di Pantai Pangandaran. Duduk di bawah sebuah pohon rindang sambil memperhatikan orang-orang yang sedang bermain di pantai menunggu matahari terbenam.

Aku sedang meminum air kelapa mudaku saat dia berkata, "Waktu itu kita masih begitu muda, coba kamu bayangkan, SMA!" dia lalu tertawa.

Aku hanya tersenyum.

"Aku senang sekali dulu kamu membawaku ke sini, di saat teman-teman kita sibuk bermain truth or dare di penginapan.. Kita banyak berbicara, membuat aku bisa mengenalmu lebih dalam.. Begitu juga denganmu kan?" tanyanya.

Belum sempat aku merespon, dia sudah berbicara lagi.

"Kamu tahu bagian mana yang paling kusuka saat itu?" kali ini dia bertanya sambil melihat padaku.

Aku menggeleng.

"Saat kamu menanyakan kenapa orang tuaku memberiku nama Biru.. Menurutmu nama itu melambangkan kesedihan.. Kamu sungguh lucu saat menyanyikan lagu Phil Collins untuk membuktikan bahwa biru itu identik dengan kesedihan.. When I'm feeling blue.. All I have to do is take a look at you.. Then I'm not so blue.." dia tertawa lagi.

Aku hanya bisa tersenyum.

"Saat itu aku mengerti kenapa kamu tidak menjadi vokalis di band-mu..!" dia tertawa puas, membuat aku pun akhirnya ikut tertawa.

Kami sama-sama tertawa sampai akhirnya mereda beberapa menit kemudian. Dia pun melanjutkan cerita nostalgianya lagi.

"Namun katamu, biru bagimu mempunyai arti lain.. Biru bagimu adalah jatuh hati.. Membuatku bingung.. Lalu kamu bilang padaku bahwa kamu jatuh hati pada Biru, padaku.. Membuatku tersipu.." dia tersenyum, matanya bercahaya, wajahnya bersinar. Cantik.

"Sejak saat itu kamu selalu membuatku jatuh hati padamu.. Bahkan sampai sekarang, sampai cucu kita sudah empat! Waktu berjalan begitu cepat ya.." dia tersenyum bahagia.

Aku terharu mendengar perkataannya.

"Oma! Udah sore.. Kita pulang ke penginapan yuk.." seorang gadis menghampiri kami. Cantik, seperti neneknya.

Dia pun beranjak saat gadis itu membantunya berdiri. Mereka hendak pergi meninggalkanku, namun gadis itu membalikkan badannya.

"Makasih ya udah nemenin nenek saya.. Pasti tadi Oma bicara macem-macem ya? Maaf, beliau sudah pikun, dia tidak ingat bahwa suaminya sudah meninggal.. Kami duluan ya.." kini mereka pun benar-benar pergi meninggalkanku.

Oh Oma Biru, kamu telah mengaduk-aduk perasaanku. Bagaimana tidak, pemuda gagah nan tampan ini kamu anggap sebagai kakek berumur tua renta. Dan satu lagi Oma Biru, aku jatuh hati pada cucumu.

~~~~~

#15HariNgeblogFF2 Hari-7

2 comments :