Setelah berkendara menggunakan sepeda motor melewati berbagai belokan dan tanjakan curam dari Solo, akhirnya kami sampai juga di Tawangmangu. Hawa di sini cukup sejuk karena terletak di lereng sebelah barat Gunung Lawu. Tujuan kedatangan kami ke sini adalah air terjun Grojogan Sewu yang merupakan obyek wisata utama di Tawangmangu.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, kami disambut udara segar khas pegunungan.
"Mau jalan kaki atau naik kuda?" tanyanya. Untuk menuju Grojogan Sewu kita bisa melaluinya dengan jalan kaki, atau untuk yang tidak suka jalan, ada penyewaan kuda yang akan mengantarkan kita ke sana.
"Jalan aja yuk.. Sekalian
olah raga.." jawabku bersemangat. Kami pun memasuki pintu Grojogan Sewu setelah melewati beberapa pedagang yang menjual berbagai suvenir.
Namun beberapa langkah dari pintu masuk, langkahku terhenti.
"Hei..! Kenapa? Kok diem? Udah lemes duluan liat tangganya ya?" tanyanya sambil tertawa.
"Uh..! Bukan.. Itu..!" aku menunjuk pada kumpulan monyet yang sedang memperebutkan makanan.
Dia menggenggam tanganku. "Mereka engga akan ngapa-ngapain selama kita engga bawa apa-apa yang menarik perhatian mereka.." katanya menenangkanku.
Kami akhirnya berjalan sambil bergandengan tangan. Sambil berjalan, aku menikmati pemandangan monyet-monyet yang berkejar-kejaran dan bersenda gurau. Mereka sangat lucu. Aku tidak ingin kehilangan momen indah ini.
Maka aku merogoh kamera di tasku dan mengambil foto monyet-monyet itu sambil tetap berjalan.
Aku menghentikan langkahku lagi.
"Kenapa lagi..?" tanyanya.
"Cape juga ya nurunin 2500 anak tangga.. Gimana nanti pulangnya, naik.. Fiuh.." aku mengelap keringat di dahiku.
Dia tertawa lagi. "Engga pernah olah raga sih.. Ayo sedikit lagi sampai.." dia kembali menggenggam tanganku yang tadi lepas karena aku sibuk mengambil foto. Lewat genggaman tangannya dia menularkan semangatnya padaku.
"Nanti pulangnya kita naik kuda aja ya.." kataku.
"Baik nona.." katanya meledekku.
Akhirnya kami sampai juga. Kami disambut air terjun setinggi 80 meter, sangat indah. Pemandangan di sekitarnya pun sangat asri, dengan pepohonan yang rimbun dan batuan alamnya. Inilah pertama kalinya aku melihat air terjun Grojogan Sewu, padahal jarak Solo-Tawangmangu hanya satu jam perjalanan.
Sementara pengunjung yang lain bermain air, kami cukup menikmati dari kejauhan saja. Setelah puas menikmati pemandangan air terjun, kami pun merasa lapar.
"Yuk kita beli sate kelinci.." ajakku. Dia setuju. Alternatif jajanan di sini cukup banyak, namun rasanya tidak puas kalau tidak mencoba jajanan khas di sini, sate kelinci. Kami pun menikmati sate kelinci dengan lahap.
"Sepertinya ini terakhir kali kita bisa seperti ini.." katanya.
"Kok ngomong gitu sih..?" aku protes.
"Sebentar lagi kan kamu akan menikah.." jawabnya. Memang benar, sebulan lagi aku akan menikah dengan seorang pria asal Yogya.
"Tapi itu engga akan mengubah apa pun.." kataku.
Dia hanya tersenyum.
"Aku serius.." kali ini aku yang menggenggam tangannya. Tangan seseorang yang sangat berarti bagiku.
Genggaman tangannya lah yang membuatku merasa tenang saat aku menghadapi wawancara pekerjaan pertamaku. Genggaman tangannya lah yang membuatku merasa bangga saat hari wisudaku. Genggaman tangannya lah yang membuatku merasa kuat saat kami mengantar jasad ibuku ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Ibuku sekaligus istrinya.
Beliau meninggal pada kecelakaan yang kami alami dalam perjalanan Solo-Tawangmangu saat hendak berwisata ke Grojogan Sewu lima belas tahun yang lalu. Maka dari itu, sejak saat itu kami tidak berminat datang ke sini lagi, karena tempat ini menyimpan kenangan buruk. Namun karena sebulan lagi aku akan menikah, kami pun datang ke sini untuk melunasi acara wisata yang tertunda lima belas tahun yang lalu.
"Meskipun ada pria lain, tidak ada yang bisa menggantikan peran Ayah dalam hidupku.." kucium tangan dalam genggamanku.
Matanya berkaca-kaca. Namun tidak ada jawaban pada apa yang baru saja aku sampaikan. Yang kudengar hanyalah untaian doa yang sangat panjang.
~~~~~
#15HariNgeblogFF2 Hari-9
aih, jd kangen bapak :D
ReplyDelete