Monday, July 2, 2012

Rindu Tanpa Batas Waktu

Dewa

Setelah menempuh perjalanan sejauh 32 kilometer selama 45 menit dari Mataram, akhirnya aku dan Ganjar tiba di Air Terjun Benang Kelambu. Kami disambut suasana yang sejuk dengan pemandangan hijau, karena kawasan air terjun ini merupakan bagian dari Gunung Rinjani.

Ganjar langsung beraksi dengan kameranya, sedangkan aku mencari tempat untuk berdiri menikmati keindahan air terjun ini dari jauh. Mataku memperhatikan orang-orang yang sedang mandi di bawah air terjun yang katanya bisa membuat awet muda ini. Namun pikiranku tidak berada di sini. Setelah melakukan pertemuan dengan klien perusahaan kami kemarin, Ganjar mengajakku berkeliling Lombok. Aku mengiyakannya meskipun sebenarnya ingin menunggu di Mataram saja selama Ganjar memuaskan hasrat fotografinya. Sejak Pak Luki memilih kami untuk pergi ke Mataram mewakili perusahaan, aku tidak dapat menghilangkan nama Dewi dari pikiranku. Menurut kabar yang kudengar, wanita yang selama ini kurindukan kini tinggal di Mataram bersama suaminya. Aku ingin mencarinya di Mataram, untuk menghapus rasa rindu ini.

Apakah aku bermimpi? Wanita yang sedang kupikirkan tiba-tiba hadir di depanku, di sini, di Air Terjun Benang Kelambu. Ada yang berbeda padanya. Kini dia mengenakan hijab. Kerudung merah jambunya berkibar lembut tertiup angin, cantik.

"Woi..! Kok bengong? Ngeliat siapa sih?" Ganjar bertanya saat melihat ekspresiku.

"Dewi.." kataku pelan.

"Hah? Dewi? Siapa Dewi?" Ganjar tak mengerti, tapi dia mengikuti arah pandanganku.

"Cantik.." kata Ganjar.

Saat itu Dewi melambaikan tangannya pada seseorang. Oh bukan tapi dua orang, seorang pria yang menggendong gadis kecil. Dani, suami Dewi dan anak mereka. Merasa diperhatikan, Dewi pun menoleh padaku.

Dewi

Sudah setengah jam Dani dan Alika bermain di bawah Air Terjun Benang Kelambu. Air terjun ini berbeda dari air terjun biasa. Airnya turun dari ketinggian tebing mengalir melalui tanaman merambat yang tumbuh di permukaan tebing kemudian jatuh ke tanah, menyerupai rintik air hujan yang mengalir jatuh dari atap rumah sehingga lebih menyerupai tirai dan jatuhnya tidak terlalu keras. Kulambaikan tangan pada mereka, waktunya istirahat. Tiba-tiba aku merasa ada orang yang memperhatikanku. Aku pun menoleh dan terperanjat. Rasanya semua hilang, hanya ada aku dan dia dengan latar belakang gemuruh Air Terjun Stokel yang terdengar sampai sini.

"Kenapa sayang?" Dani menyadarkanku.

"Dewa.." jawabku. Dani pun mengikuti arah pandangan mataku.

Dani menggenggam tanganku dan berkata, "Temui dia.."

"Tapi.." aku ragu.

"Meskipun kamu tidak pernah menyebutkan namanya, aku tahu kamu selalu merindukannya.." kata Dani.

Aku bingung tapi Dani terus mendukungku.

"Bicarakan masalah di masa lalu kalian.." katanya.

Akhirnya aku berjalan menghampiri Dewa.

"Dewa..!" aku memanggilnya.

"Maafkan aku.." Dewa memelukku.

"Aku juga minta maaf.." kataku sambil melepaskan diri dari pelukannya, tidak ingin menjadi tontonan di kawasan wisata ini.

Kukeluarkan kertas dan pulpen dari tasku, dan kutuliskan alamat rumahku di Mataram.

"Aku harus memandikan Alika.. Datanglah.." kataku memberikan kertas itu ke tangannya.

"Baiklah.." katanya sambil mengangguk dan tersenyum. Senyum yang selama ini kurindukan.

Aku pun berbalik.

"Dewi..!" Dewa memanggilku lagi.

Aku menoleh.

"Alika mirip denganmu.. Cantik.." katanya.

Aku tersenyum. "Cara tertawanya sangat mirip denganmu.." kataku.

Dewa

"Gila lu! Main peluk-pelukan sama istri orang..!" Ganjar berkomentar saat aku kembali.

"Dia adik gue.." kataku.

~~~~~

#FFLombok

No comments :

Post a Comment