Dok. Martawan |
"Sip!"
"Makasih, Mbok."
Aku segera berdiri dan berjalan
menghampiri cermin yang lebih besar. Mematut penampilanku secara keseluruhan.
Tubuhku terlihat cantik dibalut kain berwarna hijau dan merah. Aku pun
melakukan agem kanan3 dan seledet kanan4. Kostum tari
Sekar Jagat5 ini memang membuat gerakanku menjadi agak kaku, tapi
masih cukup nyaman, hanya perlu sedikit penyesuaian. Aku hendak melanjutkan
melatih gerakan tariku, namun urung ketika mendapati Wika muncul di belakangku.
"Jegeg6!"
Aku berbalik. Kini kami berdua berdiri berhadapan.
Lalu hening. Wika menatapku tanpa berkedip, membuatku salah tingkah.
"Kok diem aja? Bales dong."
"Makasih."
Wika tersenyum. Duh! Harusnya aku memuji
penampilannya juga. Bodoh!
"Tolong pakein dong," ucapnya
sambil menyodorkan udeng7 berwarna ungu-emas kepadaku.
Mataku membulat melihat udeng itu,
bingung. "Enggak bisa, ntar salah," kataku sambil mengembalikan udeng
padanya.
"Nih, perhatiin," katanya sambil
mendekat ke cermin dan melilitkan udeng di kepalanya.
Aku mengangguk-angguk, ternyata tidak
sulit.
"Ntar senyum yah!" ucapnya
meledekku.
Aku melotot padanya, "Ya
iyalah!"
"Ntar aku mainnya di pinggir
panggung, bukan di depan kamu."
"Terus kenapa?"
Wika tertawa sambil meninggalkanku.
Aku tersenyum. Ucapan Wika tadi
mengantarkan ingatanku pada perjumpaan pertamaku dengannya. Saat itu adalah
kali pertama kami berlatih tari diiringi gamelan. Dia datang ketika Bli8
Suta sedang mengomeli kami yang menari tanpa senyum. Entah apa alasan para penari
lain, aku sendiri memang sedang malas senyum karena sekujur badanku terasa
sakit dan perasaanku sedang sangat buruk, PMS. Dia langsung duduk dan memainkan
salah satu instrumen gamelan di baris paling belakang. Senyumnya tertuju
padaku, membuatku membalas senyumnya, sepanjang tarian, mengabaikan PMS-ku dan
omelan Bli Suta. Namanya Wayan Wika Anggara, aku jatuh cinta padanya sejak
pandangan pertama.
Dua tahun kemudian...
Dok. Wayan Diptagama |
Tidak seperti biasanya, pagi ini kediaman Wika
terlihat ramai. Semua kerabat Wika berkumpul untuk mengantar Wika mererasan9. Aku tidak mengenal mereka-kerabat Wika, namun hal ini tidak
membuatku ragu untuk berjalan ke dalam mencari Wika. Tidak sulit menemukan
sosoknya. Aku melambaikan tangan padanya, dan Wika pun langsung menghampiriku.
"Kamu jadi pergi?"
Aku mengangguk. "Sini aku
pakein," ucapku sambil meraih udeng di tangan Wika lalu dengan lihai
melilitkannya di kepalanya.
"Ganteng!" ucapku tulus sambil
tersenyum.
Wika menatapku tanpa mengatakan apa pun.
Aku mulai terbawa suasana. Senyumku perlahan menghilang, berganti dengan air
mata yang mulai menghalangi pandanganku. Wika pun segera menuntunku ke bagian
belakang rumahnya yang sepi.
"Aku sayang kamu."
Aku menggeleng.
Kedua tangan Wika meraih pipiku, jarinya
menghapus cairan yang menetes di sudut mataku. "Kamu percaya reinkarnasi?
Aku janji, tidak ada yang bisa memisahkan kita di kehidupan setelah ini,"
ucapnya lalu mengecup lembut keningku.
Aku menarik nafas panjang, lalu
mengembuskannya dengan kuat. Tidak ada reinkarnasi dalam ajaran agamaku.
"Aku pamit," tukasku sambil melangkah pergi sebelum air mataku
benar-benar tumpah.
~~~
455/500 kata
Keterangan:
1) Mbok = panggilan untuk kakak perempuan
2) Cemara = rambut sambung
3) Agem kanan = salah satu sikap dasar pada
tari Bali (kaki kiri di depan kaki kanan, lutut ditekuk, posisi pantat ke kiri,
berat badan ke kanan, tangan kanan sejajar mata, tangan kiri sejajar dada)
4) Seledet kanan = gerakan mata melirik ke
samping kanan
5) Tari Sekar Jagat = salah satu tari
penyambutan khas Bali
6) Jegeg = cantik
7) Udeng = ikat kepala khas Bali
8) Bli = panggilan untuk kakak laki-laki
9) Mererasan = melamar/meminang
Ditulis dalam rangka menjawab tantangan
Monday Flashfiction Prompt #36: The Spectacular Bali.
ohooo... :D
ReplyDeleteeh...?
DeleteJadi tahu klo penari bali itu boleh non hindu. Hehehehehe. Kirain itu termasuk ritual. Ceritanya sedih ya :(
ReplyDeletejadi... saya juga berpikir sama. Jadi lagi... search di mbah gugel lagi :)
Deletememang ada tarian tertentu yg sakral & hanya bisa ditarikan di tempat/acara2 yg sakral jg (penarinya pun bukan sembarangan).. tp ada jg tari bali yg sifatnya utk hiburan (tari kreasi baru).. bisa ditarikan di mana saja & oleh siapa saja.. legong, oleg tamulilingan, cendrawasih, belibis, dll banyak :)
Deleteweeeiiihhhh.. perpisahan rupanya temanya.
ReplyDeleteiya :(
DeleteMulai nulis fiksi lagi mbak Nathalia. Pagi-pagi jadi ikutan sedih baca cerita ini. Hiks
ReplyDeletesaya jg jd ingin nari lg nulis cerita ini huhu..
Deletesaya suka nari dan bisa menarikan bbrp tarian Bali, cerita yg ditulis menarik. kata reinkarnasi seperti menyampaikan cinta yg tak akan usai dan akan. menemukan bentuk lain. aku suka
ReplyDeletemakasih :)
Deletesetuju sama mbak donna imelda. itu yg bikin suka. dan nyesek.
Deleteiya, nyesek :(
Deleteduh.....napa mewek gini pagi2 :(((
ReplyDeletehihi maaf :(
Deletejadi tau kosa kata bahasa bali nih :)
ReplyDeletewkt awal2 saya cmn tau kata 'jegeg' aja :D
DeleteAnak bali emang Jegeg2. :)
ReplyDeleteKalau benar ada reinkarnasi, pasti mau sama wika kan, Mba. :D
hrs ditanyain dulu ke si 'aku'..
Deletesiapa tau tnyt ktemu cowo lain yg lebih oke hihihi..
Bali is everything...top banget.
ReplyDeletesetuju.. i love bali lah :p
Deletesweet story. walau endingnya gak jadi satu tapi manis.
ReplyDeleteJegeg - Bagus. Seperti tour yang saya pakai pas ke Bali. :D
klo di bandung, namanya jd geulis - kasep :D
DeleteSaya tiga kali ke Bali
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
saya malah belum pernah :D
Deletepengen ke bali blm kesampean
ReplyDeletesalam kenal mba,....
salam kenal..
Deletemakasih udah mampir :)
lha kalo saya malah belum pernah sama sekali :D
ReplyDeletefollowers 87 sukses, jngn lip follow back
brarti bnyk ya yg blum pernah ke bali, bukan cuma saya :p
Deletemakasih :)
ReplyDeletetp saya sadar diri kok mba, ini seharusnya bisa dipadetin lg :D
Aiih, Mb Nath selalu bikin melow deh FF nya. hiks, itu kosakata bali banyak banget Mbak :)
ReplyDeletehehe enggak sengaja mba :D
Delete