Tanggal 1 Muharram 1437 H (14 Oktober 2015) kemarin kan tanggal merah ya. Tapi sekolah Jav enggak libur, ada kelas dongeng dari kakak-kakak KNRP (Komite Nasional Rakyat Palestina). Sedangkan untuk orang tuanya, ada materi parenting dengan tema "Kiat Penanaman Karakter pada Anak". Pembicaranya yaitu Ayah Irwan Rinaldi, SS (penulis, founder Lembaga Ayah untuk Semua). Sengaja diadakan pada hari libur, supaya orang tua yang bekerja bisa mengikuti kegiatan ini.
Sebenarnya, siapa sih yang bertugas menanamkan karakter pada anak? Orang tua, guru, atau ahli parenting? Tentu saja orang tuanya masing-masing, karena orang tualah pakar parenting terbaik.
Kata Ayah Irwan, dalam hidupnya, anak harus mendapatkan dua hal. Pertama, mendapatkan pengasuhan. Pengasuhan (penanaman karakter) harus dilakukan sendiri oleh orang tuanya. Tidak bisa dialihkan kepada orang lain. Baby sitter atau guru tugasnya hanya membantu saja. Kedua, mendapatkan pendidikan. Nah, kalau yang ini sih, apabila orang tuanya tidak sanggup, boleh mengalihkannya pada pihak lain (sekolah).
Sayangnya, masih banyak orang tua yang lebih mengutamakan kognitif anak daripada karakternya. Padahal di dalam Islam, Allah tidak meminta kita untuk memiliki anak yang pintar. Tetapi Allah mewajibkan kita untuk memiliki anak yang sholeh. Oleh karena itu, orang tua wajib menanamkan karakter baik selama proses pengasuhan ketika usia anak 0-7 tahun. Memang di usia tersebut, kesholehan anak belum terlihat dan baru akan terlihat hasilnya setelah anak berusia 14 tahun.
Pengasuhan anak, membutuhkan kesepakatan antara kedua orang tuanya. Keputusan ayah bunda untuk menikah dan mempunyai anak sama seperti keputusan ayah bunda untuk mengambil kredit rumah. Keduanya membutuhkan komitmen yang kuat. Apabila memutuskan untuk mengambil kredit rumah, berarti ayah bunda harus sepakat untuk membayar cicilannya setiap bulan. Begitu juga ketika mempunyai anak, berarti ayah bunda harus sepakat untuk mengasuhnya dengan baik. Bedanya hanya dari segi resikonya. Apabila tidak bisa membayar cicilan rumah, debt collector-nya akan menagih sekarang. Sedangkan apabila gagal mengasuh anak dengan baik, 'debt collector'-nya akan menagih di akhirat. Duh, berat ya....
Lalu bagaimana caranya menanamkan karakter baik pada anak?
Berikan yang terbaik di saat terbaik. Di usia 0-7 tahun, momen terbaik bisa datang kapan saja. Ketika sedang makan, jalan-jalan, menonton TV, dan lain-lain. Orang tua harus selalu siap memanfaatkan momen tersebut untuk menanamkan karakter baik.
Berikan yang terbaik di saat terbaik. Di usia 0-7 tahun, momen terbaik bisa datang kapan saja. Ketika sedang makan, jalan-jalan, menonton TV, dan lain-lain. Orang tua harus selalu siap memanfaatkan momen tersebut untuk menanamkan karakter baik.
Keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh orang tua?
1. Waktu
Bagaimana waktu kita bersama anak? Apakah fisik kita bersama anak, tapi hati kita tidak? Ketika ayah sedang berkendara bersama anak atau ketika bunda jalan-jalan di mal bersama anak, apakah menghargai anak dan mempedulikannya?
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur." (Q.S.16:78)
Merujuk pada ayat tersebut, pada tahun awal kehidupan anak, sebaiknya orang tua memberikan yang terbaik pada ketiga hal tersebut (pendengaran, penglihatan, dan hati nuraninya). Memperdengarkan musik (ayat suci Al-Quran), membacakan cerita (sejarah nabi, shirah Rasulullah), meningkatkan bonding (menggendong, memeluk, mencium), dan lain-lain.
Apabila anak biasa mendengar suara orangtuanya, maka ketika menginjak usia remaja dan memiliki masalah, curhatnya kepada orang tua. Oleh karena itu, biasakan tilawah minimal 1 ayat sehari semalam. Usahakan juga agar desain rumah benar-benar memanjakan anak (tidak ada TV). Ketika memberikan makanan (nutrisi tubuh), berikan juga pengasuhan (nutrisi jiwa) yang seimbang.
2. Membangun perilaku positif
Berikan pujian dan penghargaan yang spesifik, meninggalkan perasaan positif (tanpa diakhiri embel-embel/sindiran), tulus (melalui kontak mata, bahasa tubuh, intonasi), dan segera jangan ditunda.
3. Mendengar aktif
Anak membutuhkan teman jiwa, teman rasa, teman berbagi, tetapi belum tentu membutuhkan solusi. Jadi, ketika anak mengutarakan perasaannya, dengarkan untuk memahami, lalu ulangi dengan kalimat kita.
Cara mendengar aktif:
- Hadapkan wajah
- Postur terbuka
- Pertahankan kontak mata
- Santai ketika mendengar
- Membaca bahasa non verbal
- Berikan respon non verbal (anggukan, gerakan mata, gerakan alis mata)
- Respon dengan memberikan pernyataan versi kalimat sendiri
Contoh:
Anak: "Dia bilang aku jelek."
No = Bunda: "Siapa yang bilang begitu? Nanti Bunda marahin!"
Yes = Bunda: "Kamu pasti sedih ya dipanggil seperti itu."
Ketika merasa kehabisan energi atau ketika mempunyai masalah dengan anak, maka:
- Yakinkan tidak ada masalah dengan diri sendiri, buang sampah masa lalu
- Yakinkan bahwa hubungan dengan pasangan baik dan benar
- Cari waktu untuk sendiri (me time)
- Cari waktu untuk recharging
4. Kenali anak
Pahami tahap perkembangan anak sebagai berikut:
- Masa Tufulah (0 tahun): pendengaran, penglihatan, emosi
- Masa Hadhonah (0-7 tahun):lisan, tangan, kaki, emosi
- Masa Tamyiz (7-10 tahun): membedakan baik dan buruk, mengetahui perintah dan larangan, diajarkan adab, diajak berpikir dan berdiskusi
- Masa Baligh (11-14 tahun): ditandai mimpi basah, emosi tinggi, jangan dibiarkan berdiam diri/menganggur, harus sudah mempunyai roadmap
- Masa Arrusydi (di atas 15 tahun): aktif di organisasi, roadmap sudah jalan, sudah mempunyai tanggung jawab, karakter sudah menempel
Pahami juga 5 kebutuhan emosi dasar anak:
- Rasa aman: lingkungan dan emosi yang menerima kondisi anak
- Rasa dicintai: terpenuhinya bahwa dirinya dicintai apa adanya bukan karena suatu hal
- Rasa bernilai: setiap anak memiliki fitrah/nilai dalam dirinya untuk dibangun dan dikembangkan
- Rasa dihargai: perilaku anak diakui dan dihormati, bahwa kemajuan anak diukur dari perkembangan dirinya bukan yang lain
- Rasa dipahami: setiap anak merupakan individu yang memiliki emosi dan proses masing-masing
Berikut karakter baik yang harus ditanamkan pada anak:
- Kasih sayang: sifat menularkan manfaat kepada orang lain dan memberikan kemudahan serta menjauhkan kesulitan bagi orang lain
- Jujur: mengungkapkan suatu kejadian sesuai dengan kenyataan
- Tanggung jawab: memenuhi kewajiban
- Kerjasama: aktivitas berbagai pihak
- Tawadhu: tunduk kepada kebenaran Allah serta menerima kebenaran dari orang lain
- Sederhana: tingkah laku yang sesuai dengan kepatutan
- Kebahagiaan: kondisi batin yang dapat dilihat dari well being seseorang
- Penghargaan: menghargai nilai pribadi dan menghargai nilai orang lain
- Ukhuwah: harmoni di dalam diri dan di antara individu dalam kelompok dengan cara menerima dan menghargai keberagaman
- Kedamaian: berjalan selarasnya antara pikiran, jasad, dan jiwa
Karakter-karakter tersebut bisa ditanamkan melalui:
- Bercerita
- Refleksi
- Imajinasi
- Role play
- Hening (berdiam diri sejenak)
Tidak terasa, waktu untuk penyampaian materi ternyata sudah habis. Selanjutnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Berikut beberapa pertanyaan yang sempat saya simak.
Dalam menanamkan karakter baik pada anak, bagaimana cara untuk menjaga konsistensi orang tua?
"...Mereka (istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka..." (Q.S.2:187)
Pergunakan lima tahun pertama pernikahan untuk menjadikan diri kita sebagai 'pakaian' bagi pasangan. Setiap manusia mempunyai kekurangan, tugas pasangannya lah untuk menutupi kekurangan tersebut. Sebelum anak meng-copy paste karakter buruk orang tua, orang tua harus terbuka kepada pasangannya masing-masing, ceritakan kelemahan masing-masing, dan meminta pasangan untuk saling bertugas sebagai supervisor. Jadi, kunci utamanya memang kesepakatan dan kekompakan orang tua ya.
Bagaimana menanamkan karakter baik pada anak, sedangkan ayah bekerja di luar kota dan baru bisa pulang 6 bulan sekali?
Idul Qurban merupakan hari parenting dalam Islam. Pada hari itu, Allah memperlihatkan pada kita, orang tua yang ideal itu seperti apa. Jadi seperti apa? Baca Al-Quran deh dan buka profil tentang Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim begitu sibuk berdakwah meninggalkan keluarganya, tetapi anaknya (Nabi Ismail) sangat sholeh.
1. Ketika Nabi Ibrahim harus pergi meninggalkan istri (Siti Hajar) dan anaknya di tengah padang pasir yang tandus, Siti Hajar bertanya "Apakah ini perintah Allah?" Maka, pastikan kepergian kita dari rumah adalah untuk mencari ridha Allah. Pastikan juga bahwa penghasilan yang kita bawa ke rumah berasal dari sumber dan didapatkan dengan cara yang halal.
2. Setelah Siti Hajar bertanya hingga tiga kali dan Nabi Ibrahim akhirnya menjawab “Ini memang perintah dari Allah", Siti Hajar pun berkata “Jika ini perintah Allah, pasti Dia akan menolong kami." Maka, pastikan istri kita adalah istri sholehah. Bagaimana caranya? Lihat siapa teman-temannya, ketahui ikut pengajian di mana, apakah sering curhat di media sosial. Karena istri sholehah hanya curhat kepada Allah. Seperti Siti Hajar yang curhat di bukit Safa dan Marwah.
Apabila kedua orang tua bekerja, dan hanya memiliki sedikit waktu untuk bersama dengan anak, hal apa yang harus menjadi prioritas ketika sedang bersama dengan anak?
1. Setiap malam, sebelum anak tidur, tanyakan hal apa yang anak lakukan pada hari itu. Jawabannya pasti dua. Kalau bukan hal baik, pasti hal buruk. Apabila anak menjawab hal baik, maka terus dibina dan didukung. Namun apabila anak menjawab hal buruk, segera selesaikan. Karena apa yang terekam di otak anak sesaat sebelum tidur, akan bertahan selama 10 tahun. Oleh karena itu, pastikan hal yang terekam di otak anak adalah hal-hal yang baik.
2. Perdengarkan kalimat toyibah ketika anak bangun dan sebelum tidur. Urusan tauhid adalah hak anak dan kewajiban ayah. Maka selama ada ayah, anak harus belajar shalat, berdoa, pergi ke masjid, dan lain-lain bersama ayahnya.
Akhirnya, acara penuh ilmu ini selesai juga. Bagi saya sih bermanfaat sekali. Semoga bermanfaat juga buat teman-teman yang lain :)
thanks buat sharingnya, bermanfaat sekali
ReplyDeletemakasih sharingnya, aku save ya mbaa...
ReplyDeletesharing yang keren nin, karena banyak orang tua yang "tak mengenali anaknya"...:)
ReplyDeleteSharing ini berguna sekali, untuk bekal saya nanti,,, kebetulan belum menikah dan belum punya anak :D
ReplyDeleteYang berat memang pertanggungjawabanya di akherat kelak, mudah mudahan kita bisa menjaga amanah ini.
ReplyDeletewah ilmunya banyak banget, makasih ya:)
ReplyDeleteYa orang tualah yang seharusnya menanamkan sifat karakter anak... Tidak bisa langsung terlihat, semua butuh waktu. anak itu hanya titipan, harus di jaga dan di arahkan dengan baik...resikonya sangat besar sekali ya kalau salah mendidik anak... kegiatannya sangat bermanfaat sekali buat para ortu murid...
ReplyDeletewah, thanks sharingnya mba...
ReplyDeleteaku kdg msh suka ngomong krg positif sama ponakan krucilku
ReplyDeleteWah ilmu parenting yg bermanfaat nih, smoga suatu hari bs mempraktekkan :D
ReplyDeleteharus ada penanaman karakter anak sejak dini yah bund, semoga dapat dipraktikkan ke anaknya
ReplyDeleteNitip backlink yaa buk..
ReplyDeletePenting banget neh mbak thanks sharingnya :)
ReplyDeleteAnak-anak memang harus dibentuk karakternya sejak dini
ReplyDeleteWah postingan yang sangat bermanfaat mbak, terima kasih.
ReplyDeleteTerima kasih, postingan yang sangat bagus dan bermanfaat
ReplyDeletepostingannya sangat membantu sekali buat saya terima kasih
ReplyDelete