Friday, March 1, 2019

5 Pengeluaran Terbesar Anak Kuliah


Walaupun masih terkesan amat jauh dari masa sekarang, persiapan kuliah buah hati adalah salah satu hal utama bagi saya, sebagai seorang ibu. 

Perbedaan zaman kian memberi dampak ke sistem perkuliahan. Mulai dari transisi di sistem pengajaran, penilaian, hingga struktur kurikulumnya. Di satu sisi yang lain, biaya kuliah kini sudah selangit. Enggak sedikit orangtua yang terpaksa berhutang karena kurangnya persiapan sedari awal. 

Kalau cita-cita sih, inginnya nanti anak-anak saya kuliah di luar negeri. Semoga ada rezekinya. Syukur-syukur kalau dapat beasiswa, hohoho....

Bagi teman-teman yang menyangka kalau kuliah di luar negeri itu jauh amat berbeda dan mahal dibanding kuliah di dalam negeri, harus tahu kalau pernyataan ini salah kaprah, hehe.... Karena yang namanya kuliah di setiap negara itu ya kira-kira enggak terlalu berbeda. Sama-sama susah dan mengeluarkan biaya yang banyak. Hanya saja, kualitas pendidikan, pendidikan, dan tata cara pendaftarannya enggak serupa. 

Dari sekian banyak pengeluaran anak kuliah, ada beberapa jenis pengeluaran yang terbilang sebagai pengeluaran terbesar, yaitu biaya kuliah (uang pangkal dan Sumbangan Pembinaan Pendidikan atau SPP), biaya pendidikan informal, sampai biaya study tour (ekskursi). 

Gambaran beberapa jenis pengeluaran di bawah ini lebih menerapkan biaya kuliah universitas-universitas swasta di kota besar di luar negeri. Soalnya kalau universitas negeri biasanya dapat subsidi dari pemerintah. Berikut ya gambarannya.

1. Tuition Fees (biaya kuliah)
Biaya ini tentunya bergantung pada jurusan, gelar, dan negaranya masing-masing. Enggak bisa serta-merta tepok rata bahwa biaya kuliahnya akan sama, karena harus disesuaikan dengan jurusan sang anak. 

Kalau bicara soal biaya kuliah di luar negeri, mungkin akan bisa terbantu begitu dikategorikan perwilayah, dari yang termurah hingga yang termahal (rata-rata). Contohnya: 


2. Resource Fees/SPP per semester
Rata-rata universitas di luar negeri masih memerlukan biaya sumbangan yang dipungut dari luar biaya kuliah persemester. Biaya inilah yang pada akhirnya bakal digunakan untuk gaji staf dan dosen, pemeliharaan bangunan, buku di perpustakaan, dan lain-lain.

Meski belum terbilang amat besar, tapi biaya ini enggak bisa dianggap remeh. Normalnya, biaya SPP ini bisa mencakup sekitar 10-20% dari total biaya kuliah. 

3. Study Tour/ Aktivitas di Luar Kampus
Kalau ini, universitas memang enggak mewajibkan setiap mahasiswanya mengikuti kegiatan ini atau bahkan menempatkan kegiatan ini sebagai bagian dari silabusnya. Ibaratnya kalau di universitas Indonesia kegiatan ini biasa dikenal sebagai KKN atau KulKer (Kuliah Kerja Nyata). Masing-masing universitas mempunyai nama julukan tersendiri.

Tapi, berhubung dunia perkuliahan itu bagian yang cuma datang sekali buat sebagian besar orang, sayang banget kalau harus ketinggalan hal ini diakibatkan kendala biaya. Toh, pada akhirnya orangtua juga pasti ingin anak-anaknya bergaul dan menjalani pengalaman baru serta berfaedah untuk pembelajarannya.

Biaya ini tentunya akan bergantung dengan jenis kegiatan/study tour-nya. Tapi karena memberdayakan institusi pendidikan dan melibatkan rombongan mahasiswa, maka biayanya enggak sama dengan harga liburan Hotman Paris, hehe.... Kira-kira kurang dari setengah biaya semesterannya.

4. Pendidikan Informal
Kalau waktu anak masih di bangku SD - SMA dulu, pendidikan informal di luar sekolah yang normalnya dijalankan siswanya itu dalam bentuk les atau bimbingan belajar (bimbel). Sama halnya dengan jenjang kuliah. Hanya saja, prasarananya berbeda.

Banyak dari mahasiswa Indonesia yang merasa bahwa kurikulum universitas enggak cukup memadai untuk persiapan skill-skill yang diperlukan di dunia kerja. Terkadang, mengikuti organisasi di kampus juga masih belum cukup karena banyaknya ketentuan yang ditetapkan perusahaan-perusahaan besar. 

Dimudahkan dengan fasilitas internet dan segala perangkat yang bisa diakses melalui online, mahasiswa menjadi semakin kreatif dalam mencari informasi dan pengetahuan. Terbitnya kelas-kelas online pun menjadikannya semakin mungkin. Tapi, hanya karena kelasnya bersifat online dan bukan tatap muka itu enggak menjadikannya gratis atau murah loh. 

Rata-rata kelas online yang ditemukan di situs-situs resmi berkisar USD 50 minimal, atau sekitar 500 ribu rupiah. Tentunya satu kelas saja enggak cukup untuk mendapatkan sertifikat atau sekadar menuntaskan pelajarannya.

5. Keperluan Kuliah
Banyak yang berargumen kalau ini enggak berlaku buat semua mahasiswa. Tapi tentunya keperluan kuliah seperti fotokopi, buku dan materi kuliah, alat tulis, dan lain-lain itu susah dipungkiri. Apalagi kalau bicara soal kuliah, yang mana tugas-tugas dan proyek UAS enggak bisa dianggap mudah atau di-skip. 

Meskipun biaya ini memang bersifat fleksibel atau amat mudah diatur (meminjam buku dan bahan materi kuliah dari kakak kelas), tapi rata-rata mahasiswa menganggapnya sebagai salah satu pengeluaran terbesar setelah biaya akomodasi. 

Salah satu cara yang paling bijak untuk mempersiapkan biaya-biaya di atas adalah dengan berinvestasi. Langkah lainnya adalah dengan melakukan survei biaya pendidikan supaya mendapat gambaran yang lebih jelas lagi soal biaya pendidikan saat ini. Selain itu, jangan melupakan faktor inflasi juga ke dalamnya.

Memulai persiapan dana pendidikan harus seawal mungkin. Karena itulah satu-satunya cara supaya enggak pusing kepala memikirkan masa depan anak-anak.

No comments :

Post a Comment