Tuesday, January 14, 2020

Nikmati Proses Hargai Hasil


Sudah lama enggak berbagi materi parenting, sejak ada Rashya, hehehe.... Boro-boro mencatat, yang ada cuma bisa mendengar sambil sibuk mengasuh Rashya. Mau mulai lagi ah, supaya saya sendiri enggak lupa. Syukur-syukur kalau bisa bermanfaat juga buat teman-teman.

Jadi, ini sedikit catatan waktu saya ikut acara parenting di sekolah Jav yang disampaikan oleh Ibu Aundriani Libertina pas semester 1 kemarin. Kebetulan waktu itu Rashya mau dititip ke kakek neneknya. Meski pas sesi tanya jawab saya enggak ikut, karena Rashya keburu menangis menagih nenen, heuheu....

Mana yang lebih penting, proses atau hasil? Apa target ayah bunda untuk anaknya? Jadi anak saleh, sukses, bahagia, pintar, mandiri, dan lain-lain? Padahal dalam agama, Allah enggak menyuruh kita mendidik anak supaya saleh, tapi agar anak terhindar dari api neraka.

Lagipula, sekarang kita belum bisa mengetahui anak kita itu saleh atau enggak. Baru ketahuan nanti di akhirat ketika dihisab. Jangankan anak, kita sendiri juga yang sudah dewasa, imannya naik turun. Orang yang rajin salat, ngaji, dan lain-lain, kalau enggak ikhlas dan niatnya bukan karena Allah, belum tentu masuk surga. Iya kan?

Oleh karena itu, ayah bunda harus berhati-hati dalam menentukan tujuan pendidikan anak. Yaitu menghantar anak menuju pintu gerbang akil balig.

Di dalam Islam, enggak ada istilah remaja. Hanya ada anak (usia 0-12 tahun) yang masih bisa dikendalikan oleh orang tua, dan akil balig (usia lebih dari 12 tahun) ketika anak mau dosa atau dapat pahala, ayah bunda enggak bisa berbuat apa-apa lagi.

Sekarang anak sudah berusia 8 tahun, masih ada sisa 4 tahun untuk mempersiapkannya menuju akil balig. 

Semakin ke sini, balig cenderung menjadi lebih cepat. Ada anak perempuan yang sudah haid di usia 10 tahun, ada juga anak laki-laki yang sudah mimpi basah di usia 11 tahun. Setelah balig, berarti konsekuensinya bisa minta menikah, berhenti sekolah, dan lain-lain. Sudah siap? Zaman Rasul dulu, pemuda/i sudah menikah, berdagang, dan lain-lain. Jadi akil dan balig harus selaras.

Berikut beberapa hal yang menyebabkan balig terlalu cepat:
  1. Overnutrisi. Mengakibatkan hormon dalam tubuh bekerja lebih cepat, termasuk hormon seksual.
  2. Stimulasi mata dan telinga. Terutama dari internet seperti prank dan lain-lain. Meski Youtuber Muslim (seperti Ria Ricis dan Atta Halilintar), isi kontennya belum tentu baik. 
  3. Aktivasi formasi. Usia kurang dari 7 tahun belum perlu diberi banyak aturan. Untuk mendidik anak agar menjadi laki-laki sejati, seharusnya mengurangi apapun yang sifatnya intervensi. Sudah fitrahnya anak laki-laki itu spontan, acak, dan bebas. Berarti kalau punya 2 atau 3 anak laki-laki, wayahna rumah berantakan, hehehe....
  4. Kurang dalam hal mengatasi masalah dan pengendalian diri. Ayah bunda jangan selalu menyelamatkan anak dari masalah, supaya anak enggak sakit, enggak stres, dan lain-lain. Contohnya nih anak terlambat bangun, ayah bantu memandikan dan ibu menyuapi makan supaya cepat. Memang hasilnya anak enggak terlambat sekolah, tetapi prosesnya enggak tepat.
  5. Hilangnya sang ayah. Ayah ada tapi kurang memainkan peran-peran keayahan.

Ini nih peran ayah:
  1. Man of vision and mission. Keluarga mau dibawa ke mana? Bagaimana caranya? Apa rencana kerjanya?
  2. Penanggungjawab.
  3. Konsultan pendidikan. Seharusnya ayah yang sering menghadiri kegiatan parenting, membaca buku parenting, konsultasi dengan psikolog, dan lain-lain.
  4. Sang ego dan individualitas. Ciri suami yang egonya mantap dan kuat yaitu mengetahui apa yang mau dia lakukan dan bisa mengajak istrinya melakukan apa yang dia mau. Saat ini banyak ayah yang sering melakukan kegiatan bersama dengan anaknya. Mengantar ke sekolah, menemani tidur, dan lain-lain, tapi sifat kelelakian ayah enggak diadopsi oleh anak. Kenapa?
  5. Pembangun sistem berpikir, problem solving. Kalau ibu, penyelesaian masalah cenderung enggak efektif dan efisien karena suka baper, hihihi....
  6. Penegak profesionalisme.
  7. Suplier maskulinitas.
  8. Person of tega.

Lalu apa yang menyebabkan akil menjadi lambat? Yaitu:
  1. Hilangnya sang ayah.
  2. Dimudahkan dengan fasilitas. 
  3. Penghindaran realita dan risiko.
  4. Buruknya kemampuan berpikir.
  5. Tak dipikulnya beban kehidupan.

Akil vs balig:
  1. Dewasa mental vs dewasa fisik
  2. Pengaruh pendidikan vs pengaruh nutrisi
  3. Berkembangnya akal vs berkembangnya nafsu
  4. Fungsi tanggungjawab vs fungsi reproduksi
  5. Mandiri dan tanggungjawab vs life and death instinct (hadapi atau kabur)
  6. Peran ayah lebih besar didukung ibu vs peran ibu lebih besar didukung ayah

Jangan sampai ibu lebay, ayah lalai, anak alay. Naudzubillah min dzalik....

Ayah bunda rido anaknya menikah di usia berapa? Kebanyakan menjawab 25 tahun (termasuk saya, hehehe....). Jadi sejak balig sampai menikah anak harus menunggu selama 15 tahun? Lama banget ya. Hal ini bisa menyebabkan banyaknya penyimpangan seksual. Olahraga? Puasa? Oke. Tapi ingat, pikiran dan perasaan anak enggak bisa dikendalikan. Ayah bunda harus mengusahakan agar anak menghindari zina.

Berikut beberapa tips membesarkan anak laki-laki:
  • Dilatih untuk kuat, berani tampil, memiliki keinginan menjadi pemimpin, serta siap mengambil sikap dan tanggungjawab.
  • Mulai kelas 3, suruh anak menjadi wakil ayah atau kepala keluarga kalau ayah sedang enggak ada. Apabila ada tetangga yang meninggal atau ada kerjabakti, anak ikut membantu. Meski enggak ada ayah, anak tetap salat Subuh di masjid, titip sama tetangga. Kalau hujan, biarkan kehujanan. Dan lain-lain....

Bismillah, semangat!

2 comments :