Sunday, July 26, 2020

Mendampingi Anak Belajar di Era New Normal


Hai! Apa kabar teman-teman yang mempunyai anak usia sekolah? Sudah dua minggu ya menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) alias Belajar dari Rumah (BDR) alias School from Home (SFH) alias apa lagi tuh, hihihi.... 

Bagaimana nih ceritanya mendampingi anak-anak belajar? Terutama yang anaknya usia SD kali ya, yang masih perlu didampingi. Sudah berubah menjadi naga? Hehehe.... Mungkin belum ya, masih menjadi Barney yang ceria, soalnya masih Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan Masa Pengenalan Siswa (MPS).

Ups, hihihi....

Mumpung belajarnya belum efektif, saya mau berbagi materi webinar yang sempat diikuti hari Sabtu tanggal 11 Juli 2020 yang lalu. Webinar ini diadakan oleh Sony Sugema Eduka. Judulnya, "Membangun Soliditas Keluarga dalam Mendampingi Anak Belajar di Era New Normal". Pematerinya yaitu Teh Sofi dari Firdaus Amany.

Utamanya sebagai pengingat bagi diri sendiri saja. Tetapi syukur jika bisa bermanfaat untuk teman-teman yang lain juga.

Materi ini dibuka dengan bercandaan Teh Sofi mengenai perasaan kita terhadap anak-anak kita. Selalu ada rasa sono, setuju enggak?

Tapi 'sono' yang berbeda. Sebelum pandemi dan belajar di sekolah, sono (Sunda) = kangen. Sedangkan setelah pandemi dan belajar dari rumah, sono (Melayu Jakarta) = sana, hihihi....

Benar juga sih. Kalau sedang normal kan Jav sekolah sampai pukul 2, istirahat sebentar, lanjut main sama teman-temannya, setelah pulang dan mandi, pergi lagi salat dan mengaji, pulang lalu makan, terus sayanya ngantuk deh, hehehe.... Quality time-nya singkat banget.

Sedangkan sekarang, sama Jav 24/7 bareng-bareng di rumah. Duet bersama Rashya, mereka bikin rumah jadi berisik ramai terus. Alhamdulillah, dinikmati banget.... Tapi kadang saya juga kangen suasana tenang dan damai. Jadi pernah beberapa kali kelepasan 'mengusir' mereka agar menjauh, "Hush, di sana aja mainnya," huhuhu....

Enggak perlu dipungkiri ya, setelah anak pergi ke sekolah tuh, saya bisa merasa lebih tenang sejenak. Mulai dari menyelesaikan macam-macam pekerjaan, sampai cuma me time makan mi instan sambil baca novel. Sekarang? Ada hikmahnya juga sih, jadi enggak mood makan mi instan, soalnya suka direcokin anak-anak, hahaha....

Disconnected Family

Makanya, Teh Sofi cerita juga, banyak klien yang konsul meminta rekomendasi sekolah yang bagus. Sekolah yang bagus dalam arti mulainya sepagi mungkin dan selesainya sesore mungkin. Ayo, siapa yang kaya gitu? Hehehe....

Padahal definisi sekolah menurut anak dan menurut orang tua itu berbeda loh. Bagi orang tua, sekolah ya duduk manis dan belajar. Sedangkan bagi anak, sekolah itu bertemu teman dan bermain.

So, orang tua dan anak enggak nyambung ya. Disconnected....

Apalagi anak-anak kita hidup di era yang serba cepat dan rentan budaya hidup instan, serba tergesa-gesa, serba canggih tapi enggak melatih untuk gigih, serta serba diatur dan diukur.

Nah, hikmah dari pandemi ini, kita bisa kembali slow down. Pause dari kehidupan yang serba cepat dan serba tergesa-gesa. Momen sarapan, enggak terburu-buru lagi. Bisa duduk bareng sambil menatap mata anak dan bertanya sama anak, "Makanannya enak, enggak?"

Sebelum pandemi, weekend yang biasanya sibuk dengan berbagai macam agenda, sekarang bisa dimanfaatkan untuk olahraga bareng sama anak, atau keruntelan sambil nonton TV bareng anak.

'Mumpung pandemi', manfaatkan kesempatan ini untuk bertamasya di balik mata anak, serta memperbaiki relasi dengan anak yang sempat disconnected. 

Begini nih, indikasi relasi yang baik antara orang tua dengan anak:
  • Orang tua bisa bicara apa saja dengan nyaman: bisa memulai percakapan dengan santai dan bisa menahan diri dari nada tinggi
  • Anak bisa bicara apa saja dengan nyaman: berani menceritakan hal yang dialami dari yang ringan sampai yang pribadi, enggak takut salah, enggak perlu berbohong, dan senang meminta masukan dari orang tua

Mendampingi Anak Belajar di Era New Normal

Selanjutnya, masuk ke pembahasan mengenai PJJ. Berdasarkan hasil survei, sebenarnya 70% masalah dalam PJJ itu tentang paradigma belajar. Baru sisanya tentang materi, sarana prasarana, dan lain-lain.

Miskonsepsi mengenai paradigma belajar:
  • Mendidik anak itu sulit, sehingga butuh bantuan dari orang lain. Padahal orang tua sudah diberikan kemampuan mendidik oleh Allah (installed).
  • Pendidikan adalah hal yang formal dan berat. Padahal proses pendidikan banyak bentuknya serta dapat ditemukan pada diri dan keseharian.
  • Mendidik anak perlu modal besar dan mahal. Padahal modal terbesar adalah cinta, aman, dan nyaman.
  • Perlu alat edukasi khusus yang mahal. Padahal mainan yang paling disukai anak yaitu tubuh ayah bundanya.
  • Alat ukur sukses di usia dini adalah calistung. Padahal di usia dini fokus pada rasa aman, nyaman, dan membangun kebiasaan baik.
  • Proses pendidikan yang berhasil adalah anak bisa membahagiakan dan membanggakan orang tuanya. Padahal yang penting adalah kebahagiaan anak.

Mungkin bagi sebagian besar orang tua, PJJ itu berarti anak duduk manis, fokus di depan laptop, mengerjakan tugas, dan mengumpulkan tugas tepat waktu.

Padahal, rumah bukan sekolah. Kita enggak bisa memindahkan sekolah ke rumah. Yup, hal ini juga pernah disampaikan oleh Mas Aar dan Mbak Lala ketika saya mengikuti webinar "Menimbang Home Schooling".

Kita enggak bisa memaksakan diri menjadi guru. Karena tugas guru hanya untuk mentransfer knowledge. Sedangkan orang tua, mengemban tugas pendidikan dan pengasuhan anak. Ada misi keluarga yang harus tersampaikan.

Jadi enggak perlu menjadi orang tua yang galak dan kaku dalam mendampingi anak belajar. Jangan sampai membuat proses belajar menjadi membosankan atau bahkan menakutkan. 

Lagi belajar direcokin adiknya

Ada contoh kasus nih. Anak kelas 4 SD, belajarnya malas-malasan, tugasnya enggak dikerjakan, dikasih tahu malah hare-hare. Apabila orang tua menempatkan diri sebagai guru, pastinya stres luar biasa. Akhirnya, PJJ malah membuat konflik antara anak dan orang tua menjadi semakin besar.

Dalam masa PJJ, orang tua sebaiknya memanfaatkan momen ini untuk bisa lebih mengenal anak dan kebutuhannya. Dari contoh kasus tadi, coba pelajari temuan yang terkait dengan akar masalahnya. 

Misalnya, "Oh, anak saya enggak bisa fokus di depan laptop karena badannya belum kuat duduk lama." Daripada memaksa anak, lebih baik komunikasikan hal tersebut dengan gurunya, dan mencari tahu bagaimana cara melatih badannya. 

Atau, "Oh, anak saya enggak bisa fokus di depan laptop karena bolak-balik mengambil camilan." Berarti siapkan camilan di dekat mejanya, hihihi....

Sudah lama bersama, sudah mengenal anak seutuhnya belum? Apa saja kebutuhan dasarnya, isu sentralnya, sifat uniknya, kekuatannya, potensi konfliknya, dan harapannya? 

Jadi, PJJ itu esensinya bukan hanya mengumpulkan tugas. Sebaiknya bisa lebih dalam dari itu. Sehingga setiap orang tua mempunyai personalized curriculum. Kurikulumnya ya anak itu sendiri. Karena setiap anak kan unik.

Konsep pendidikan ala rumah:
  • Berbasis keunikan
  • Much inspiring bukan too much teaching
  • Inside out, bukan outside in
  • Menguatkan syukur dan sabar, bukan obsesi apalagi sikap pesimistis

Kesimpulannya, pertama, orang tua enggak perlu menjadi guru yang ideal, turunkan ekspektasi. Kedua, enggak perlu juga menciptakan rumah rasa sekolah. Cukup memberikan atmosfer belajar yang kondusif. Suasananya informal, namun tetap menyediakan sudut belajar. Ketiga, bangun komunikasi dengan anak. Malamnya buat dulu kesepakatan dan tanyakan rencananya. Biarkan anak menyusun jadwalnya sendiri. 

'Mumpung pandemi', yuk manfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan kurikulum rumah, seperti life skill, emotional skill, bonding, konsep diri, serta minat dan bakat anak.

Pengalaman PJJ di sekolah Jav tahun ajaran kemarin sih menurut saya sudah lumayan lah. Meski setiap hari belajar online dari pukul 8 sampai pukul 2, tetapi sering diselingi juga dengan proyek-proyek yang berhubungan dengan life skill dan bonding antara orang tua dengan anak.

Bikin masker kain sendiri

Semoga di tahun ajaran baru ini, mata saya bisa lebih tajam menemukan keunikan pada diri Jav. Semangat!

24 comments :

  1. Ada tak ada pandemi di rumahku wiken sibuk juga xixixi, soalnya anak2 les, emaknya juga kursus xixixi.
    Di sekolah anak2 tatap muka onlinenya dikit, krn mereka mestinya ikutan tatap muka offline tapi blm kuizinkan. Akhirnya bu guru di sini serinnya kasi jadwal dan worksheet buat dikerjakan, tp aku lbh suka gtu drpd anak menatap gadget terus mbak.
    Tapi bener emang nguras esmosi kalau pas ada yg gampang anak kok gk bisa2 hahaha, dasar emang tak cucok jd guru :P kudu memanjangkan sabar. Kalau aku dah gk kuat bianya lambaikan bendera putih kasi bapake dulu lha hahaha :P

    ReplyDelete
  2. Yang penting mendampingi anak belajar di era new normal adalah menciptakan rasa bergembira dan happy selama di rumah.
    Btw sepakat banget, Miskonsepsi paradigma belajar yang kadang orang tua belom pahami, semoga kita sebagai orang tua pun bisa belajar memahami dan jeli dengan keunikan anaknya masing2.

    ReplyDelete
  3. Memang sih kayaknya rempong banget belajar online di pandemi corona ini. Kan kadang belum tentu anak2 paham apa yg dijelaskan gurunya, apalagi waktunya terbatas. Ya ada plus minusnya sih. Ibarat kalau ga PJJ masa mau diam aja tanpa berpikir, kasian juga anak2 kita ya :D Yang penting kita support sarapan, makan siang yg enak. Bantu menggunakan berbagai aplikasi pelajaran dll supaya mereka juga tenang hatinya.

    ReplyDelete
  4. awalnya mungkin gak kepikiran ya kalo ternyata banyak drama PJJ itu, terutama antara anak dengan orang tuanya makanya perlu nih materi Membangun Soliditas Keluarga dalam Mendampingi Anak Belajar di Era New Normal

    ReplyDelete
  5. Mendampingi anak beralajar di era new normal itu harus banyak sabar dan sudah pasti jadi ikutan belajar juga. Apalagi selama pandemi gini belajar via online, jadi aku juga mengajarkan anakku bagaimana menggunakan gadgetnya dengan baik dan benar.

    ReplyDelete
  6. Bener banget tuh Teh, turunkan ekspektasi karena kalau ketinggian bisa-bisa setres, anaknya penuh tekanan, emaknya juga pusing deh. Apalagi kalau ada adik-adiknya yang juga ikutan ngrecokin hehehe

    ReplyDelete
  7. Setuju, Mbak. Anak-anak saya kalau ditanya mau enggak kembali ke sekolah, mereka selalu jawab mau asalkan hanya untuk bermain. Jadi smapai sekarang udah pada remaja pun mind set tentang sekolah adalah bermain.

    Makanya harus dipahami dulu. Dan saya juga setuju untuk menciptakan rasa aman dan nyaman. Malah kalau saya pribadi menurunkan ekspektasi di saat PJJ ini

    ReplyDelete
  8. Bener sih Teh, kesempatan balajar di rumah ini bisa menjadi kesempatan bagi orangtua untuk bonding sama anak yah, sekalian quality time.

    Memang sulit kalau ekspektasi kita harus sama seperti belajar di sekolah, untuk aku sendiri sih minimal belajar disiplin aja dulu dan belajar memahami soal. Biasanya kalau di rumah anak suka malesan baca soal dan lebih milih nanya supaya cepet. Aku bertahan gak mau ngasih tahu, supaya anak bisa belajar memahami hehe

    ReplyDelete
  9. Hehehe iya, pjj ini rata2 banyak bikin konflik antara ortu dan anak karena memang tidak semua ortu bisa telaten layaknya guru sekolah ya yang expert

    ReplyDelete
  10. Kalau dulu masih masuk sekolah, anakku mulai pelajaran jam 7 kurang sampai jam 2 lebih. Sekarang sekolah online, mulai jam 7 selesai jam 1, jauh lebih singkat memang.
    Di masa pandemi ini senangnya ya bisa kumpul dengan anak sepanjang hari. Tapi kami tetap berharap semoga pandemi segera usai, biar anak-anak juga bisa berjumpa dengan Guru dan teman-temannya lagi.

    ReplyDelete
  11. Aku ulai menikmati sih suasana belajar daring dari rumah sekarang ini. Anak-anak belajar dengan gadget, emak seperti aku bisa ngawasin sambil nyambi masak di dapur. Gak repot antar jemput for a while hehe..

    ReplyDelete
  12. Aku dan suami malah senang anak2 sekarang sekolahnya PPJ. Malah lebih rileks belajar anaknya. Cuma kasian aja sih gak bisa main sama teman2nya hehe

    ReplyDelete
  13. Sistem pembelajaran jarak jauh jelas memang tidak ideal dan bahkan membuat anak dan ortu stress. Namun kondisi ini tetap harus kita lalui. Hanya berdoa semoga semua ini lekas berlalu. Agar anak-anak bisa tenang belajar di sekolah dan orang tua bekerja dan mengurus rumah seperti biasa.

    ReplyDelete
  14. Iyaa PJJ ini kudu dibawa santai ya biar mamak dan anak tetap stay waras hihihi..jadinya kalau mereka lelah ya rehat dulu belajarnya, nggak usah dipaksakan kudu selesai..aku juga ajak bocah belajar life skill kayak menulis..kangen juga me time pas mereka di sekolah ya hahaha...

    ReplyDelete
  15. Tema sharingnya menarik, jadi bertambah lagi wawasanku untuk mendampingi anak di masa-masa Pembelajaran Jarak Jauh ini.
    Ya belum bisa diatasi itu, keinginan anak-anak bertemu teman-teman sekolahnya.

    ReplyDelete
  16. semangat ya mak. aku masih kewalahan bin keteteran ini belajar anak pjj karena apalagi sekarang dari tk ke sd peralihan aku ga tau harus gimana huhuhu
    semangat buat aku buat kamu dan kita smeoga ini segera kembali normal

    ReplyDelete
  17. Ah aku suka tulisan ini, kasih insight yang bagus banget buat orang tua yang lagi stres nemenin anak belajar di rumah. Menarik tentang paradigma belajar itu.

    ReplyDelete
  18. Ada plus minusnya, memang kalo belajar di rumah fasilitasnya ngga semaksimal di sekolah. Plusnya anak-anak jadi sehat, ngga gampang sakit dan berat badan juga naik. Alhamdulillah

    ReplyDelete
  19. Selama pandemi jadi lebih dekat ke anak-anak. Biasanya anak SMP berubah jadi agak jauh sama ortu . Pandemi mendekatkan kami kembali. Nggak langsung masuk kamar ngadem di kamar terus seperti pas pulang sekolah

    ReplyDelete
  20. Anak aku so far suka2 aja belajar online gini. Dia gak masalah sebenarnya kalau sampe setahun lagi katanya. Yg masalahnya kemampuan sosialnya jd stuck. Wkkw. Krn sebenarnya dia mandang sekolah sbg tempat bermain sm temennya. Heu. Tetep ya. Semoga pandemi ini segera cepat berakhir

    ReplyDelete
  21. Iya ya bener.. jadinya selama pjj kita jadi bisa lebih dekat sama anak ya mba... cuma ya gitu kalau ada krucils lain perhatian jadi kebagi dan kasian yg lain ga keperhatiin banget.. soalnya anaknya baru kelas 1 jadi juga butuh pendampingan ekstra.. #malahjadicurcol.. hihi

    ReplyDelete
  22. anak saya homeschooling, tetep adanya pendemi ini belajar daring dan kangen temen playdatenya ^_^
    sayapunn mulai menikmatinya kami semua sering di rumah dan banyak ketemu

    ReplyDelete
  23. Selama mendampingi anak belajar di rumah, aku jadi makin tau mba dimana letak kelemahan anakku ketika mempelajari sesuatu. Terkadang stres sih, kok dia ga mudeng-mudeng juga ya. Tapi kubalikin lagi gini, mungkin memang cara pendekatannya yang belum pas. Jadi anak ga nyaman dan bikin dia susah untuk memahami sesuatu. Ortu pun harus belajar banyak ya. Harus sabar dan mencari solusi terbaik agar anak tetap bisa berkembang, belajar, sekaligus tetap fun.

    ReplyDelete
  24. Perlu pikiran dan hati yang jernih ya mom, bahwa yang bosan dan stress itu nggak cuma kita tapi anak-anak juga. Jadi memang perlu bicara dari hati ke hati dan menurunkan ekspektasi. Bagaimanapun juga tidak bisa membawa sekolah ke dalam rumah. Semoga denan pjj penguatan bonding kalau kita family bisa terwujud sehingga anak2 nyaman dan tidak stress akibat terlalu lama di rumah..

    ReplyDelete