Friday, June 15, 2012

Kerudung Merah


Aku dan Fahri sudah kembali ke rumah Edo. Dia heran melihat wajah kami yang kusut.

"Hei.. Gimana jalan-jalannya? Bagus kan pemandangan Danau Toba dinikmati di Tuktuk Siodang?" tanyanya.

"Bagaimana bisa menikmati.. Farah marah-marah terus.." Fahri menjawab.

"Heh! Jadi kamu nyalahin aku?! Aku engga akan marah-marah kalau kamu engga aneh-aneh!" aku tidak terima disalahkan.

"Aduh.. Jadi sepanjang Samosir-Parapat barusan kalian bertengkar?" Edo geleng-geleng kepala.

"Iya nih Farah merusak suasana aja.." Fahri menyalahkanku lagi.

"Idih! Kamu yang merusak suasana!" aku kesal.

"Ada apa sih ini?" Edo ingin tahu.

"Tanya tuh sama sahabat kamu!" aku menunjuk Fahri dengan daguku.

"Aku engga tau.. Aku engga ngapa-ngapain.." kata Fahri.

"Engga ngapa-ngapain?! Jelas-jelas waktu kembali dari toilet aku liat kamu sama perempuan!" nada suaraku meninggi.

"Aku engga sama siapa-siapa.." jawab Fahri santai.

"Aku cuman nanya, tapi kamu engga mau ngaku.. Kalau engga ada apa-apa kenapa harus bohong?! Kamu selingkuh ya?!" tanyaku akhirnya.

"Tadi kamu salah liat.." Fahri tetap tidak mengaku.

"Aku liat dengan jelas.. Bajunya putih, kerudungnya merah.." aku yakin sekali.

"Eh.. Tunggu.. Tadi kamu bener-bener liat Fahri bersama perempuan dengan kerudung merah?" Edo ikut menimpali.

"Iya..!" aku mulai lelah dengan ini semua.

"Wah wah wah.. Kamu beruntung mempunyai pacar seperti Fahri.." kata Edo.

"Maksudmu?" aku tidak mengerti.

"Fahri terlihat bersama perempuan berkerudung merah dan sekarang dia masih hidup, sehat sampai kembali di sini.. Itu berarti Fahri ini memang setia.." kata Edo.

"Terlihat dengan perempuan dan tidak mau mengaku disebut setia?!" aku kesal.

"Hei Do, tadi aku engga sama siapa-siapa!" Fahri memarahi Edo.

"Sudah jadi rahasia umum di sini.. Apabila seorang pria terlihat bersama seorang wanita berkerudung merah tapi dia selamat, itu tandanya dia orang yang setia.. Sedangkan pria hidung belang.. Hhhh.. Biasanya mereka tiba-tiba menghilang dan ditemukan terdampar di pinggir danau beberapa hari kemudian.." Edo menjelaskan.

"Jadi perempuan berkerudung merah yang dilihat Farrah itu..?" Fahri tidak menyelesaikan pertanyaannya.

Edo mengangguk.

Bulu kudukku tiba-tiba berdiri.

~~~~~

#15HariNgeblogFF2 Hari-4

Thursday, June 14, 2012

Suamiku Dua


Sumber
Saat terbangun pagi ini hidungku dimanjakan oleh wangi kopi susu dan omelet keju kesukaanku. Sangat menggoda. Aku pun segera beranjak dari kasur dan keluar dari kamar. Edi, suamiku sedang duduk di meja makan. Matanya tidak lepas dari notebook di hadapannya.



“Selamat pagi sayang.." Edi tersenyum padaku saat menyadari bahwa aku sudah bangun.

“Pagi..” aku mencium keningnya, dan Edi pun membalas dengan mencium pipiku.

“Cepet dimakan tuh, keburu dingin, spesial buat kamu, kejunya banyaaaakkk banget.." Edi menunjuk pada kopi susu dan omelet keju di meja.

Aku pun melahap omelet keju spesial buatan suamiku. Yummy!

"Oiya, tadi ponsel kamu bunyi, ada sms kayanya..” kata Edi, tangannya sibuk mengetikkan sesuatu pada keyboard notebook-nya.

Siapa ya yang pagi-pagi begini sudah menghubungiku. Aku segera meraih ponselku yang berada di tengah meja.

Kulihat nama pengirimnya. Jaja? Dia kan suamiku. Tapi Edi? Aku meliriknya, dia juga suamiku. Jadi?

“Met pagi istriku.. Udah bangun? Bilang Edi, nanti aku sampai Bandung kira-kira jam 4.. Miss you.. Oiya, aku bawain pempek palembang..” begitu isi smsnya.

Aku mengernyitkan dahiku. Edward Cullen alias Edi, suamiku. Jacob alias Jaja, juga suamiku. Kok?

“Siapa? Jaja ya?” pertanyaan Edi mengagetkanku.

“Eh, mmm iya..” aku menjawab ragu-ragu.

“Dia pulang hari ini ya? Aku bakal kangen kamu deh seminggu ini.. Tapi dia bawa pempek palembang kan?” Edi berkata dengan santai.

Apa ini? Aku punya dua suami? Kok aku bisa lupa? Bagaimana ceritanya? Dan mereka, kedua suamiku tidak cemburu satu sama lain?

~~~~~

Saat terbangun pagi ini, tidak ada wangi kopi susu maupun omelet keju yang menyambut. Di sebelah saya, ada dua lelaki tampan yang masih terlelap. Bukan Edi dan Jaja. Tapi Jav buah hatiku dan Yudhie suamiku, satu-satunya suamiku.

Syukurlah ternyata tadi itu hanya mimpi. Meskipun sudah lega, tapi perasaan aneh dalam mimpi itu masih terasa sampai sekarang. Bagi saya, rasanya tidak nyaman mempunyai dua suami. Kalaupun diperbolehkan oleh agama, saya tidak mau melakukan poliandri, mempunyai suami lebih dari satu.

Di mimpi itu, Edward Cullen dan Jacob tampak baik-baik saja dipoliandri oleh saya. Saya bahagia? Tidak. Justru terbersit dalam pikiran saya bahwa jangan-jangan mereka tidak benar-benar mencintai saya.

Seseorang pernah berkata pada saya:
Lebih baik tidak memilikimu sama sekali, daripada memilikimu tapi setengah-setengah.
Saya setuju dengannya. Jika seseorang benar-benar mencintai saya, tentu seharusnya dia ingin memiliki saya seutuhnya. Begitu juga sebaliknya. Jika saya benar-benar mencintai seseorang, tentu saya ingin memiliki dia seutuhnya. Saya berharap cintanya hanya untuk saya dan keluarganya.

Maka dari itu, meskipun saya tidak melarang poligami karena Islam pun tidak melarang, saya pribadi tidak mau dipoligami. Saya mencintai suami saya dan ingin memilikinya secara utuh.

~~~~~
UPDATE

Tulisan ini diikutsertakan pada lomba Bagi-Bagi Buku: Lagi-Lagi Poligami yang diadakan oleh Leyla Hana.


Jingga di Ujung Senja

Palembang

Suara dan hentakan ombak di pinggir Sungai Musi menemani senja yang dilalui Roni dan Mela di restoran terapung ini. Sambil menunggu makanan yang sudah dipesan, Roni mengarahkan kameranya keluar restoran. Jembatan Ampera yang dihiasi sinar jingga pun terekam oleh kameranya.

"Untuk Gina lagi?" tanya Mela.

"Iya.." Roni memasukkan kamera sakunya ke dalam tas.

"Adikmu itu unik ya.. Bukannya minta oleh-oleh suvenir atau makanan, tapi selalu minta foto.." lanjut Mela.

"Iya.. Dia tidak pernah pergi ke luar kota.. Makanya sebuah foto dari tempat-tempat yang aku kunjungi lebih berharga untuknya.." jawab Roni.

Mela mengangguk. "Gimana, kamu suka restoran ini?" tanyanya.

"Aku suka sekali.. Pemandangan di sini sangat hebat.. Makasih sayang.." Roni menggenggam tangan kekasihnya.

"Setelah ini, aku akan memberimu sesuatu yang lebih hebat lagi.." sebelah mata Mela mengedip nakal.

Roni tertawa.

Jakarta

"Jingga di ujung senja.." Gina memandang ponselnya, membaca tulisan yang menyertai foto yang baru dikirim Roni.

"Foto dari Roni lagi?" tanya Adi.

"Iya.." jawab Gina sambil berjalan ke arah Adi yang sedang menunggunya di tempat tidur.

"Foto apa yang dia kirim kali ini?" tanya Adi lagi.

"Jembatan Ampera.. Sungai Musi.." Gina menjawab pendek.

"Sering banget ya dia ke Palembang.." Adi memeluk Gina yang kini berada di sebelahnya.

"Entahlah.." jawab Gina malas.

"Sampai kapan dia di Palembang?"

"Sampai hari kamis.. Udah ah engga usah bahas Roni terus.." Gina berkata manja pada kekasihnya.

"Haha.. Kalau begitu kita punya waktu tiga hari tiga malam untuk bersenang-senang.." Roni terlihat bersemangat.

Gina tertawa. Tapi tawanya terhenti dan berubah menjadi eluhan dan erangan saat Adi melancarkan aksinya pada Gina. Terus dan terus dan..

"Aaaarrrrrgggghhh..!" Gina pun berteriak meluapkan hasrat sekaligus kekesalannya membayangkan Roni, suaminya bercinta dengan seorang gadis di bawah sinar jingga di ujung senja Kota Palembang.

~~~~~

#15HariNgeblogFF2 Hari-3