Monday, December 28, 2015

Selamat Tinggal Kawat Gigi


Menjelang pergantian tahun nih.... Apa ada yang baru dari teman-teman? Kalau saya, kalender baru, penampilan juga baru dong. Gigi saya akhirnya polos lagi. Setelah selama tujuh setengah tahun memakai kawat gigi. Fiuh, akhirnya....

Sebelumnya, gigi seri atas saya memang enggak rapi. Sampai SMA sih giginya masih lumayan rapi. Baru ketika kuliah, mulai maju. Mungkin karena gigi gerahamnya tumbuh sedangkan rahangnya enggak cukup. Akhirnya terdorong deh sehingga terdapat dua buah gigi seri yang bertumpuk di depan. Jadi, saya memakai kawat gigi itu bukan untuk gaya-gayaan ya. Namun karena memang kebutuhan. Biayanya pun hasil pinjaman dari ibu saya, dicicil setiap bulan dari gaji yang dulu enggak seberapa, hihihi....

Tapi kok bisa sampai tujuh setengah tahun begitu sih? Hmmm, ceritanya panjang. Meskipun lama pamasangannya tujuh setengah tahun, ternyata setelah saya hitung di catatan rekam medis sih selama ini hanya tercatat empat puluh delapan kali pertemuan. Berarti sebenarnya hanya butuh waktu empat tahun!

Sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 sih saya rajin banget kontrol gigi setiap bulan. Baru deh setelah melahirkan Jav tahun 2011, saya mulai sering bolos. Bukan karena malas, tapi karena kesal. Bayangkan, saat itu saya mempunyai bayi yang terpaksa harus ditinggal bersama ayahnya setiap harus kontrol. Tentu saya enggak bisa pergi begitu saja, banyak hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Pergi dari rumah pukul enam pagi dan sampai di tempat dokter pukul delapan pagi. Lalu bertemu dengan perawat yang mengabarkan bahwa hari itu dokternya enggak praktik.

Kecewa dan kesal. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Entah kenapa, saya selalu enggak dapat pemberitahuan dari pihak rumah sakit. Dulu sih kalau dokternya enggak praktik, saya bisa langsung ke tempat kerja yang lokasinya enggak jauh dari sana. Namun setelah mempunyai anak dan berhenti bekerja, saya harus kembali lagi ke rumah tanpa menghasilkan apa-apa.

Beberapa kali kejadian seperti itu membuat saya pundung. Hingga pada tahun 2014 saya memutuskan untuk pindah dokter. Dokter yang lama memberikan surat rekomendasi untuk dokter yang baru, tanpa memberitahu bahwa apabila pindah dokter, ada biaya peralihan yang harus saya bayar. Besar biaya peralihannya berbeda-beda tergantung dokternya. Namun rata-rata sepertiga sampai setengah dari biaya awal yang sudah saya keluarkan dulu. Dan saya baru mengetahuinya setelah konsultasi pada tiga dokter yang praktik di dekat rumah saya.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya dengan kandel kulit beungeut (enggak tahu malu) saya meminta kembali pada dokter yang lama. Daripada keluar biaya lagi, heuheu.... Untung dokternya baik. Karena enggak ingin cerita lama terulang kembali, setiap malam sebelum kontrol, saya konfirmasi dulu langsung pada dokternya. Saya enggak bisa mengandalkan pihak rumah sakit untuk memastikan apakah beliau praktik atau tidak. Alhamdulillah, setelah enam bulan kontrol lagi, kawat gigi saya pun bisa dilepas. Yeay! Selamat tinggal kawat gigi.... Meskipun memang sih perjuangan belum benar-benar selesai karena saya masih harus memakai retainer (kawat gigi lepasan) selama enam bulan ke depan, supaya posisi giginya enggak berubah.

Kesimpulannya, bagi teman-teman yang tertarik untuk memakai kawat gigi, apabila dianalogikan, memakai kawat gigi itu seperti sebuah pernikahan. 
  • Harus dilakukan dengan orang yang tepat, yaitu dokter orthodonti.
  • Membutuhkan ketelitian sebelum memulainya. Jangan sampai menyesal di kemudian hari karena prosesnya sangat panjang. 
  • Membutuhkan biaya yang besar. Kalau mau yang lebih murah, bisa coba di rumah sakit yang disubsidi pemerintah. Di Bandung ada RSGM Unpad di Jalan Sekeloa dan RSGM Bandung di Jalan Riau. 
  • Membutuhkan komitmen yang kuat, karena harus menyisihkan waktu dan biaya untuk kontrol setiap bulan. Belum perawatannya yang harus ekstra.
  • Mau menerima kelebihan dan kekurangan dokter beserta keluarga besarnya (rumah sakit). Kalau ada yang membuat enggak sreg seperti saya, jangan pundung, lebih baik langsung dicari solusinya.

28 comments :

  1. dokter gigipun cocok cocokan ya mb nath..

    ReplyDelete
  2. wah mengerikan juga ya..menggunakan kawat gigi dianalogikan sebagai sebuah prkawinan...hehehehe

    ReplyDelete
  3. Gak pernah pake kawat gigi. Tapi pernah ke dokter gigi, itu pun beda dokter juga beda penanganan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, saya pernah scalling di drg swasta & drg puskesmas, beda bgt, yg satu lembut yg satu lg kasar :D

      Delete
  4. waduh, agak ribet juga ya mba. usia brp taun ya bisa pake kawat gigi? pengen nanti anak saya pake. kalo saya udah tua , gausah hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagusnya sih smp ato sma kali yah, tp da saya,br kliatan jelekny pas udah kuliah hihi

      Delete
  5. Saya baru tahu kalau pake kawat gigi itu butuh proses sampe tahunan ya, ckckck.... allhamdulillah gigi aman mba :)

    ReplyDelete
  6. Kalau liat tahunnya luama banget mbak, etapi mungkin karena pertemuanya sebulan sekali ya mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak nathalia 3,5 tahun tidak melakukan kontrol apakah posisi gigi aman ? Alias tidak tertidur dsb ?

      Delete
    2. Mbak nathalia 3,5 tahun tidak melakukan kontrol apakah posisi gigi aman ? Alias tidak tertidur dsb ?

      Delete
    3. Aman, tapi kondisi gigi tiap orang kan beda-beda ya...

      Delete
  7. bener ya mbak kudu diplanning banget gak asal2n main kawat gigi. jadi ngilu luar dalam,, Haduh

    ReplyDelete
  8. aku pernah disarankan dokter gigi pasang kawat di gigi atas aja krn gigiku rennggang2, tp pas tau biayanya mundur teratur deh mba, hehe..

    ReplyDelete
  9. OMG, kalo baca ttg kawat gigi, aku lgs inget perjuangan dulu ;p.. aku pake kawat gigi itu dr kls 3 SD, ampe 1 SMU mba ;p Bayangin aja jeleknya gigiku dulu... jaman aku SD mah kawat gigi itu msh brg yg ajaib bgt dan di sekolah, cm aku 1-1 nya yg make itu ;p.. makanya srg digodain Robocop ;p sebelum pake kawat, itu gigi2 hrs dirapiin... dicabutin yg makan tempat, dan skitnya msh kebayang bgt... stlh yg makan tempat diabisin, baru deh pake kawat.. mana tiap kali kontrol, itu skitnya ampuun yaaa.. makan bubur aja ngilunya pas kena ke gigi bikin pgn ninju tembok :D

    tp akhirnya 1 smu perjuangan berakhir deh... ya ampuun itu berasa bebek buruk rupa jd angsa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. :D

      saya jg gigi entah brp yg dicabut, 4 plus gigi2 pertama yg blum tanggal heuheu... tp alhamdulillah ga sakit2 amat... yg paling menyiksa tuh pas dipasang karet spy giginya renggang & bisa dipasang ring... ga mau lg deh :D

      Delete
  10. kawat gigi sering jadi pilihan untuk meningkatkan rasa percaya diri seseorang, tapi memang butuh perawatan ekstra, terima kasih atas informasi tentang kawat gigi di atas :D

    ReplyDelete
  11. eh, kok ga pernah nyadar ya ternyata pake kawat juga toh bu hehe. asyik bisa senyum pepsod*nt sekarang :-)

    ReplyDelete