Thursday, October 20, 2016

Review Film: Wonderful Life

wonderful life
Title: Wonderful Life
Genre: Drama
Duration: 79 minute
Distributor: Visinema Pictures, Creative & Co
Producer: Angga Dwimas Sasongko, Handoko Hendroyono, Rio Dewanto
Director: Agus Makkie
Writer: Jenny Jusuf
Cast: Atiqah Hasiholan, Sinyo, Alex Abbad, Lydia Kandou
Harus pintar. Harus berprestasi. Harus “jadi orang”.
Amalia tumbuh dengan mempercayai dirinya bukan apa-apa sebelum memiliki hal-hal di atas. Prinsip yang sama ia terapkan untuk Aqil, anak tunggalnya. Namun hidup berkata lain. Aqil yang kesulitan membaca-apalagi berprestasi-divonis memiliki disklesia.
Dalam penyangkalan, Amalia memutuskan pergi mencari penyembuh untuk Aqil. Perjalanan mereka menghadapkan Amalia pada banyak hal yang tidak terduga: Konflik batinnya sendiri, traumanya, juga ujian atas statusnya sebagai seorang ibu.
Amalia yang tadinya mengira dapat mengendalikan semuanya kini menyadari bahwa ia tidak memiliki kontrol atas dunianya maupun Aqil. Dunia di mata Aqil adalah tempat yang kaya warna dan penuh hal-hal menarik, di mana segala sesuatu mungkin terjadi, setiap saat. Amalia terpaksa merelakan dunianya yang kaku dan hitam-putih diobrak-abrik dalam perjalanan mereka berdua.
Dan akhirnya, Amalia berhadapan dengan kemungkinan terburuk dalam hidupnya: Kehilangan Aqil.
Trailer-nya bisa dilihat di sini.

~~~

Hari Minggu tanggal 16 Oktober kemarin merupakan waktu yang bersejarah bagi saya. Kenapa? Karena akhirnya saya bisa menonton film di bioskop lagi setelah hmmm… hampir enam tahun! Iya, seumur Jav lah.

Sebenarnya orang tua saya mah pengertian banget. Sudah beberapa kali bersedia dititipi Jav, mulai dari zamannya AADC 2 sampai Sabtu Bersama Bapak. Tapi malah yang mau nontonnya yang susah mencari waktunya.

Hingga kemarin saya mendapatkan dua tiket nonton film Wonderful Life sebagai salah satu hadiah pemenang utama dalam lomba review buku Wonderful Life yang diadakan oleh Penerbit KPG dan iJakarta. Review bukunya bisa dibaca di sini. Langsung dong diusahakan nonton daripada tiketnya hangus sia-sia.

A photo posted by Nathalia DP (@sweetdonath) on

Berhubung sudah membaca bukunya, saya sih enggak terlalu antusias sama filmnya. Menurut perkiraan saya, filmnya pasti keren, tapi enggak akan sampai memberi efek gimana gitu, soalnya saya sudah tahu jalan ceritanya. Jadi ya enggak berharap banyak. Justru saya semangatnya karena itu tadi, pertama kalinya menonton film di bioskop lagi, plus berdua sama suami pula. Asyik, kencan….

Namun ternyata filmnya jauh berada di atas ekspektasi saya. Inti ceritanya memang sama, tetapi dieksekusi dengan cara yang sangat lain. Banyak perbedaan yang terdapat di antara buku dan filmnya.

Pertama, dari tokoh-tokohnya. Di buku--dan di kehidupan nyata, Amalia memiliki dua orang anak, Aqil dan Satria. Namun di film ini, Amalia (Atiqah Hasiholan) hanya memiliki satu orang anak saja, Aqil (Sinyo). Kemudian di buku, Amalia memiliki empat orang saudara, tetapi memang enggak diceritakan secara detail. Di film ini, Amalia dikisahkan memiliki seorang adik laki-laki, Nino. Selanjutnya di buku, Amalia enggak pernah menyebut-nyebut rekan kerjanya. Di film, Amalia memiliki rekan kerja yang ambisius, Aga (Alex Abbad).

Kedua, alur ceritanya pun dibuat sangat berbeda. Di buku, alur yang digunakan adalah alur maju. Amalia memulai kisahnya dengan menjelaskan dirinya, kehidupan masa kecilnya, hingga karir dan asmaranya. Kemudian dia menceritakan kehadiran Aqil dan adiknya. Baru setelah seperempat bagian buku, Amalia mulai membahas masalah yang dihadapi Aqil.

Adapun di filmnya, alur yang digunakan adalah alur maju, namun pada bagian depan diselingi dengan banyak cerita flashback. Kisah dalam film ini dibuka dengan adegan Amalia yang sedang bersiap-siap pergi bersama Aqil, namun ditentang oleh ayahnya. Sebuah adegan pembuka yang menarik dan tanpa basa-basi.

Ke manakah Amalia membawa Aqil pergi? Melalui adegan flashback yang memperlihatkan pertemuan Amalia dengan pihak sekolah tentang masalah akademis Aqil, vonis dari psikolog bahwa Aqil menyandang disleksia dan enggak bisa disembuhkan, tekanan dari ayahnya yang meminta Amalia untuk segera mengobati 'penyakit' Aqil, cemoohan ‘bodoh’ dari teman-teman Aqil, serta pembicaraan karyawannya mengenai pengobatan alternatif, mengarahkan Amalia untuk mencoba berbagai pengobatan alternatif di Jawa bagi Aqil. Mulai dari ahli tenaga dalam, tabib, hingga dukun.

Yup, di buku, Amalia berusaha untuk menemani Aqil melakukan aktivitas outdoor sebagai terapi bagi anaknya. Sedangkan di film, Amalia dengan tegas menolak saran dari psikolog untuk lebih sering mengajak Aqil jalan-jalan. Tanpa dia sadari, perjalanan menjajal pengobatan alternatif tersebut justru memberikan pengalaman berharga bukan hanya bagi Aqil tetapi juga bagi dirinya.

Kedua hal tersebut, jelas menimbulkan perasaan dan kesan yang berbeda bagi saya saat menonton filmnya, dibandingkan dengan ketika membaca bukunya. Biasanya, ada sedikit perasaan kecewa setelah saya menonton film yang diadaptasi dari sebuah buku. Namun untuk film ini, saya sama sekali enggak merasakan hal tersebut. Filmnya keren banget.

Film ini memang mengangkat tema disleksia sebagai pemicu konfliknya. Namun yang saya rasakan sih, fokus utamanya yaitu pada pertentangan batin yang dialami oleh Amalia dalam menerima kondisi anaknya tersebut. Mengharukan sekaligus menginspirasi….

Perpaduan antara plot yang mantap, akting Atiqah Hasiholan dan semua peran pendukung yang luar biasa, serta ditambah PMS yang saya alami, sukses membuat tangan ini sibuk mengelap air mata di sepanjang film. Saya pribadi sih merasa tertohok banget. Terutama tentang melakukan sesuatu atas nama kebaikan anak, padahal sebenarnya hanya untuk kepuasan diri sendiri.

Di samping itu, latar tempat yang indah memanjakan mata, serta tambahan sentuhan humor pada film ini, benar-benar menjadi hiburan yang menyenangkan untuk dinikmati.

Rating: 4 dari 5 bintang

30 comments :

  1. Banyak yg mengulas film ini ya, Mbak. Tapi aku belom nonton. Takut baper :(

    ReplyDelete
  2. selamat ya bunda telah menang mereview buku dan mendapatkan hadiah nonton gratis bersama sang suami, javv yang sabar ya wkwkwkw

    ReplyDelete
  3. Ahh dibuat penasaran sama film ini, tapi belum sempat nonton, huhuhu.

    ReplyDelete
  4. rating 4/5, film rekomen harus nonton nih

    ReplyDelete
  5. 6 tahun gak nonton bioskop waktu yang cukup lama, habis itu nonton..pasti something new gitu ya..apalagi filmnya wonderful life

    ReplyDelete
  6. tertarik sama atiqah, jadi ingat film 3 nafas likas :)
    sayangnya, wonderful life, durasinya terlalu pendek, jadi kurang nendang nih...

    ReplyDelete
  7. Aku makin penasaran sama pelem satu ini, belom sempet aja niy Liaaa

    ReplyDelete
  8. Kagum dengan ibu Amalia. Beliau tidak menganggap anaknya kekurangan tapi justru menunjukkan kelebihannya.
    Jadi pengen nonton, tapi takut gak kuat. Saya gampang menitikan air mata, soalnya he he he

    ReplyDelete
  9. Oh jadi dari buku ngambil premisnya aja ya, secara plot berbeda. Asyik juga sih, jadi bisa nebak2. Eh saya baru ngeh kalau sweethdonat itu mba Nathalia, haha...

    ReplyDelete
  10. Jadi penasaran sama filmnya!
    Bikin baper nggak sih, Moms?

    ReplyDelete
  11. filmnya pasti menginspirasi terutama buat ibu-ibu ya mbak

    ReplyDelete
  12. atiqoh ini mmg pantes jadi emak2 yg menderita, d film sebelum nya juga begitu

    ReplyDelete