Dalam rangka mengikuti lomba Fastron Blogging Challenge (FBC) dengan tema Women In Digital Era, saya akan menceritakan keseharian saya sebagai ibu rumah tangga. Semoga tulisan ini bisa sedikit menggambarkan kehidupan seorang wanita di era digital dari empat sisi kehidupan yaitu Work - Life - Love - Spiritual. Selamat membaca!
Semenjak mempunyai anak, saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi stay at home mother. Berkat kebiasaan belanja cloth diaper online, saya pun tertarik untuk membuka toko cloth diaper online di Facebook. Saya sangat terbantu dengan adanya dukungan teknologi di era digital ini. Dengan adanya smartphone, saya bisa berinteraksi dengan calon pembeli cukup melalui ponsel. Begitu juga dengan transaksi perbankan, saya dapat mengetahui mutasi rekening dan saldo cukup melalui mobile banking. Saya hanya sekali-kali menggunakan notebook jadul saya yang sudah berumur lebih dari lima tahun (mudah-mudahan setelah menulis ini saya bisa mendapatkan mac mini, aamiin hehe), yaitu untuk keperluan upload foto-foto barang dagangan terbaru. Sudah lebih dari setahun, kini saya tidak hanya menjual cloth diaper tapi juga pakaian bayi dan busana muslim. Memang hasilnya tidak seberapa apabila dibandingkan dengan saat saya masih bekerja 'di luar rumah'. Namun setidaknya saya masih bisa menghasilkan uang meskipun 'diam di rumah' tanpa kehilangan momen penting tumbuh kembang anak saya.
Saya sudah beberapa kali mendapatkan tawaran pekerjaan freelance dari teman, bahkan pekerjaan lama sebagai peneliti di tempat saya dulu pernah bekerja. Memang membuat saya sempat tergoda, apalagi bila mengingat ilmu yang sudah didapatkan sampai tingkat magister yang sayang apabila tidak digunakan. Saya bertekad agar suatu saat nanti dapat berkontribusi lagi di dunia perencanaan wilayah dan kota.
Semenjak berhenti bekerja, tentu banyak kegiatan di luar rumah yang tidak bisa sering saya lakukan. Namun hal itu tidak mengurangi kegiatan menyenangkan yang bisa saya dapatkan di rumah. Dulu saya senang sekali menonton film di bioskop. Setelah mempunyai anak, kegiatan menonton film pun masih bisa dilakukan di rumah dengan banyaknya stok dvd film yang disediakan suami.
Dari dulu saya juga senang membaca, baik membaca buku maupun blogwalking. Senangnya karena kami selalu menyempatkan mampir ke toko buku apabila keluar rumah. Kalau tidak sempat pergi ke toko buku, tinggal ambil ponsel dan belanja di toko buku online, transfer melalui mobile banking, lalu buku pun sampai di rumah. Begitu juga dengan blogwalking, meskipun waktu untuk berada di depan notebook sangat sedikit, saya masih bisa blogwalking di ponsel.
Karena senang membaca itu lah saya mulai sedikit-sedikit menulis. Saya sudah menulis blog sejak tahun 2006, tapi isinya hanya cerita tentang keseharian saya. Baru akhir-akhir ini saya berani menulis fiksi, mengikuti lomba menulis dan lomba blog. Berkat ponsel andalan saya, saya bisa menulis kapan pun saat ide muncul. Posting di blog pun dapat dilakukan melalui ponsel, seperti yang saya lakukan sekarang. Syukurlah ada beberapa tulisan saya yang mendapatkan apresiasi. Cukup membanggakan bagi saya yang masih pemula. Dengan menulis, saya pun dapat merasakan kepuasan tersendiri.
Hobi saya yang lain adalah menari, tapi itu dulu, jauh sebelum saya menikah. Rasa rindu untuk menggerakkan badan diiringi dengan musik, ditambah daya tahan tubuh yang lemah sehingga sering sakit-sakitan, saya pun mulai mengumpulkan video latihan senam yang di-download dari Youtube. Saya pun bisa menghilangkan stres sekaligus menjaga kebugaran tubuh dengan melakukan latihan belly dance, zumba, dan hip hop di rumah.
Selain menjaga kebugaran tubuh, sebagai seorang wanita tentu juga perlu menjaga kecantikan agar tetap tampil segar dan menarik. Selain rutin melakukan perawatan di salon sebagai salah satu cara relaksasi, saya juga melakukan perawatan wajah dan tubuh di rumah. Apalagi kini di internet banyak bertebaran informasi mengenai perawatan wajah dan tubuh menggunakan bahan-bahan alami yang mudah didapatkan.
Mengobrol dengan teman sesama wanita? Itu perlu untuk berbagi cerita, foto anak, resep masakan, info dokter, atau hanya sekedar bertukar kabar. Syukurlah ada Facebook, Twitter, dan Whatsapp sehingga saya masih bisa bersilaturahmi dengan teman.
Suami dan anak adalah segalanya bagi saya. Meskipun banyak kekurangan, saya selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi istri dan ibu yang baik bagi mereka. Saya pernah mendengar bahwa tugas seorang wanita itu hanya sekitar sumur, dapur, dan kasur. Wuih kesannya meremehkan sekali, padahal membutuhkan pengetahuan dan keseriusan.
Sumur, berhubungan dengan air dan identik dengan rejeki. Tugas istri untuk mengelola dengan baik rejeki yang didapatkan suami. Di era digital ini, saya terbantu dengan adanya aplikasi manajemen keuangan di ponsel, saya dapat memasukkan jumlah pengeluaran kapan saja dan dimana saja untuk kemudian dievaluasi setiap akhir bulan. Dengan adanya internet, saya juga dapat dengan mudah mendapatkan informasi mengenai tips-tips mengelola keuangan keluarga dan pernak-pernik lainnya seperti asuransi dan investasi. Dapur, merupakan tempat untuk menghasilkan makanan bagi seluruh anggota keluarga. Tentu saja bukan sembarang makanan, tapi makanan yang lezat dengan gizi seimbang. Sebelum menikah saya tidak terlalu akrab dengan dapur. Tetapi syukurlah karena sekarang saya terbantu dengan adanya aplikasi resep masakan di ponsel. Selain itu, memasak menjadi mudah karena berbagi resep, berdiskusi, bahkan kelas masak pun dapat dilakukan secara online. Dan yang terakhir kasur, mmm untuk yang ini off the record yah hehe.
Membesarkan anak, ini adalah tugas seorang wanita yang paling berat sekaligus paling mulia. Membesarkan anak bukan hanya soal menyusui dan memberi makan, tapi juga mendidiknya menjadi mandiri dan mengarahkannya sesuai potensi yang dimilikinya. Menemani bermain, membacakan buku, jalan-jalan pagi, membiasakan sikat gigi merupakan kegiatan yang menyenangkan. Saya pun terbantu dengan adanya forum dan grup para ibu di internet. Hal-hal mengenai ASI (Air Susu Ibu), MPASI (Makanan Pendamping ASI), RUM (Rational Use of Medicine), home treatment saat anak sakit, sebagian besar saya dapatkan informasinya dari internet. Memantau tumbuh kembang anak pun, selain rutin ke Posyandu, ada aplikasinya yang dapat dengan mudah di-download sehingga saya dapat mengetahui dengan mudah status gizi anak saya. Saat ini saya sedang mempelajari toilet training dan weaning with love, karena sebentar lagi anak saya berumur 2 tahun. Semoga pada prakteknya nanti bisa lancar.
Sebagai seorang Muslim, selain menunaikan kewajiban untuk beribadah, juga tentu harus selalu menambah ilmu agamanya agar iman selalu terjaga dan bisa menjadi lebih baik lagi. Dulu saya senang datang ke Majelis Ta'lim, tapi sekarang agak sulit. Namun di era digital ini, saya masih dapat menimba ilmu agama. Selain melalui televisi, juga melalui tausyiah online khususnya melalui Twitter. Aplikasi Al-Quran, Asmaul Husna, dan bacaan sholat sunat pun dapat di-download di ponsel. Kegiatan ibadah terasa lebih mudah dengan adanya teknologi yang semakin canggih.
Begitulah sedikit gambaran kehidupan saya sebagai ibu rumah tangga. Intinya, saya ingin menunjukkan bahwa meskipun menjadi ibu rumah tangga, tidak berarti ruang gerak seorang wanita menjadi terbatas. Diam di rumah bukan hambatan untuk dapat mengusahakan yang terbaik bagi diri sendiri, keluarga, juga dengan Sang Pencipta. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, seorang wanita harus dapat memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang positif dengan optimal. Namun, perlu digarisbawahi juga bahwa kita harus tetap bijak dalam penggunaannya, jangan sampai notebook dan ponsel mengganggu kebersamaan kita dengan keluarga tercinta.
Salam kenal mbak. Salut mbak berani memutuskan berhenti bekerja. Saya pribadi memang sejak berumahtangga memutuskan tidak bekerja di luar rumah (dan menimbulkan "kecaman" dan juga "hujatan" dari beberapa pihak krn sy seorang sarjana teknik hehehe).
ReplyDeleteSukses ya utk kontes ini. Saya juga ikutan. Sedang mengunjungi web Fastron dan mendapati tulisan mbak.
salam kenal mba :)
ReplyDeletemakasih udah mampir..
wah klo mba dikecam & dihujat, saya malah dikasihanin (katanya kasian udah sekolah tinggi2 'cuma' jadi ibu rumah tangga) :D
Lagi-lagi saia terkesima..
ReplyDeleteKayaknya di Perguruan Tinggi perlu dibuka PRODI IBU RUMAH TANGGA ya :D wkwkwk
"Kasian sekolah tinggi-tinggi malah jadi ibu rumah tangga." Kalau melihat realita, sepertinya para calon ibu perlu disekolahkan setinggi mungkin. Maju tidaknya suatu negara tergantung masyarakatnya. Anak-anak merupakan calon masyarakat di masa mendatang.
Supaya terbentuk masyarakat yg baik, siapa lagi kalau bukan ortu yg mendidiknya.
Iya kan..
Kenyataannya, para pelajar saja kemarin lagi hobi tawuran (wah orangtuanya mungkin terlalu sibuk) :D
Btw, mbak Lia doyan online ya.
Dari postingan di atas, menurutku PONSEL merupakan alat yg vital.
Semoga awet hapenya mbak :D
Ga boros battre seperti LWWku utk online saja cuma bertahan 5jam.
setuju..
ReplyDeletejusru kasian anaknya kalau ibunya udah sekolah tinggi2 tapi diasuh & dididik pembantu yang lulusan SD :D
iya nih peran ponsel penting banget..
berharap ada yang berbaik hati ngasih ipad :))