Sunday, July 15, 2012

Drama Queen

21.30

Akhirnya aku bisa menyelesaikan revisi artikel penelitian kami untuk diseleksi dan dipresentasikan pada konferensi internasional yang diadakan oleh universitas negeri di Yogya beberapa bulan lagi. Batas pemasukannya pukul 23.59 malam ini. Sebenarnya aku sudah menyelesaikan artikelnya sejak seminggu yang lalu. Namun Pak Yudi bosku baru memberikan masukannya untuk revisi tepat saat aku hendak pulang, sedangkan aku tidak mungkin pulang terlambat karena sudah berjanji akan pulang cepat dan menyiapkan makan malam untuk Rian suamiku dan teman-teman kuliahnya di sekolah bisnis institut teknologi negeri di Bandung yang malam ini akan menyelesaikan tugas kelompok mereka di rumah kami. Aku berjanji pada Pak Yudi akan mengerjakannya di rumah dan men-submit artikelnya sebelum tengah malam. Pak Yudi setuju, beliau percaya padaku.

Aku pun menyalakan koneksi internet di laptopku. Begitu terhubung, aku langsung membuka situs universitas yang dimaksud dan melakukan registrasi. Isi nama penulis, judul, dan abstrak. Beres. Tinggal upload artikelnya. Tapi kok engga maju-maju yah.

10 menit kemudian, masih belum maju. Aku cek koneksi internetnya baik-baik saja. 20 menit kemudian, wah engga bener nih. Aku pun mencoba mengganti browser. 30 menit kemudian, masih nihil. Kini aku mencoba menggunakan browser lain lagi. 40 menit kemudian, mulai panik. Ku-restart laptopku. 50 menit kemudian, bukan hanya koneksi internet yang tidak berjalan, semua program pun sama. 60 menit kemudian, tidak ada kemajuan. Aku mendengar suara Rian dan teman-temannya yang sedang serius berdikusi di lantai bawah. 70 menit kemudian, aku butuh bantuan. Kukirimkan pesan singkat pada Rian, menanyakan berapa lama lagi dia akan selesai. 80 menit kemudian, balasan pesan singkat dari Rian mengatakan bahwa diskusinya sudah selesai, tapi masih harus menyusun laporannya.

90 menit kemudian, aku menangis untuk meluapkan kekesalanku. Waktu pemasukan artikel tinggal satu jam lagi, tapi laptopku masih tidak bisa diandalkan. Aku sibuk berandai-andai, apa yang akan Pak Yudi katakan padaku jika tahu artikelnya tidak sempat aku submit. Tapi ini kan salahnya juga, kebiasaan menyelesaikan sesuatu menjelang deadline. Ingin rasanya membanting laptopku. Aku masih menangis tertahan, takut terdengar teman-temam Rian.

00.45

Kudengar teman-teman Rian bersiap-siap pulang. Aku sedang menonton tv sambil memindah-mindahkan channel saat Rian naik dan mengatakan bahwa teman-temannya akan pulang.

"Ya udah, pulang aja.." aku menjawab ketus.

Rian melihatku heran tapi tidak berkata apa-apa dan turun lagi mengantarkan teman-temannya pulang.

Beberapa menit kemudian Rian naik lagi. Dia menghampiriku dan mengecup keningku. Seharusnya dia melihat mataku yang bengkak dan hidungku yang merah karena menangis.

"Tadi aku butuh laptop kamu.." kataku.

"Loh emang laptop kamu kenapa?" tanyanya.

"Engga tahu.. Tiba-tiba internetnya engga jalan dan semuanya jadi lambat.." jawabku.

"Kenapa engga bilang? Aku bisa kok pinjemin sebentar laptopnya.." katanya.

Lalu hening.

"Gimana hasil diskusinya? Sukses bikin strategi bisnisnya?" tanyaku.

Rian pun bercerita panjang lebar tentang diskusi tadi, ide-ide yang muncul, pro-kontra, dan sebagainya.

Dadaku sesak dan air mataku pun tumpah lagi.

"Kamu tuh sayang engga sih sama aku?!" aku bertanya sambil menangis.

Rian menatapku bingung.

"Kamu engga ingin tahu kenapa aku butuh laptop dan butuh koneksi internet?! Kamu engga ingin tahu gimana kelanjutannya?! Kamu peduli engga sih sama aku?!" aku mencecarnya.

Rian tampak sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Sori, aku lagi banyak pikiran.. Jadi kamu masih butuh laptopku? Kenapa engga bilang.." Rian hendak beranjak mengambil laptopnya.

"Engga perlu, udah telat! Memangnya harus pakai mikir ya untuk sekedar nanya keadaanku?! Memangnya kamu engga ingin tahu kenapa tadi aku menangis sampai mataku bengkak seperti ini?" kataku sambil menangis.

Rian memelukku.

"Udah telat? Kamu butuh submit sesuatu?" tanyanya.

"Aku harus submit artikel sebelum jam 12 tadi.." kataku mulai tenang.

"Untuk konferensi di Yogya?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Ya ampun, kalau betul-betul butuh kenapa tadi kamu engga turun aja ambil laptop aku.." Rian mulai khawatir.

"Udah lah, udah lewat.." jawabku.

"Jadi kamu engga bisa ikut konferensinya?" tanyanya panik.

"Bisa.. Aku akhirnya bisa submit, tapi lamaaaa banget.." kataku.

"Loh, jadi udah beres? Terus kenapa tadi nangis lagi?" tanyanya heran.

"Soalnya kamu tuh cuek banget.. Masa aku nangis sampai bengkak begini, kamu anggap angin lalu.. Malah cerita panjang lebar soal diskusi sama temen-temen kamu.." kataku kesal.

"Iya maaf.." Rian mencium pipiku.

Aku pun bisa sedikit tersenyum.

"Nanti aku periksa laptop kamu.. Kalau perlu kita beli aja yang baru.." tambahnya.

Aarrgghh! Percuma aku sudah menjadi drama queen malam ini. Memang benar kata para ahli bahwa lelaki selalu fokus pada solusi yang sebenarnya sudah diketahui wanita, sementara wanita hanya butuh sedikit empati dari prianya. Empati!

No comments :

Post a Comment