Akhirnya Jav lulus Weaning With Love
*jingkrak jingkrak* hihihi.
Di sini saya hanya akan menulis pengalaman
saya saja ya. Saya tidak akan memberikan tips WWL karena sudah banyak artikel yang
membahas tentang itu. Namun artikel yang paling saya suka adalah artikel ini.
Selain memberikan tips tentang WWL, artikel ini memberi saya pencerahan karena
menjelaskan hal yang belum pernah saya temukan di artikel lain. Bahwa inti dari
WWL itu bukan mengenai kapan anak mulai berhenti menyusu, tetapi mengenai kapan
orang tua mulai menyapih dan anak sendiri lah yang memutuskan kapan dia mau
berhenti menyusu.
Sampai dua minggu yang lalu, rupanya saya
belum benar-benar mulai menyapih Jav. Sebenarnya saya sudah sounding pada Jav
tentang berhenti menyusu sejak umurnya 20 bulan. Namun setiap dia meminta untuk
menyusu dan saya ingatkan bahwa 'nenen untuk bayi', dia selalu tidak terima
seakan tidak mengerti. Padahal untuk hal-hal lain, Jav selalu mengerti sehingga
saya menyimpulkan bahwa Jav memang belum siap untuk disapih. Saking
tergila-gilanya dengan nenen, meskipun perhatian Jav sudah dialihkan dengan hal
lain, untuk sementara perhatiannya memang dapat teralihkan, tapi beberapa saat
kemudian pasti ingat lagi. Bahkan setelah diberi susu UHT pun, Jav masih nagih
nenen lagi hahaha.
Meskipun saya masih menikmati proses menyusui
dan belum berniat untuk segera menyapih Jav, tetapi tidak dapat dipungkiri
bahwa saya mulai galau mendengar pertanyaan-pertanyaan tentang Jav yang belum
disapih. Seperti komentar-komentar tidak menyenangkan saat saya mengusahakan
ASIX untuk Jav, saya sangat terganggu dengan perkataan orang-orang yang memberi
tahu Jav bahwa nenennya sudah kosong, nenennya sudah enggak enak, dan
kalimat-kalimat bohong lainnya. Saya tidak suka anak saya dibohongi. Lalu
puncaknya adalah saat seseorang mengajak Jav mendatangi 'orang pintar' di
Soreang agar 'diobati'. What?! Menyusu di atas dua tahun itu bukan penyakit,
kenapa perlu 'diobati'? Saya yang saat itu sedang sensitif *salahkan PMS*
merasa sakit hati. Tidak mungkin saya merelakan Jav untuk 'diobati' sehingga
membuatnya tiba-tiba lupa untuk menyusu. Sedih sekali membayangkan Jav berhenti
menyusu bukan atas kesadarannya sendiri. Tidak adil apabila dulu kami sama-sama
belajar menyusu-menyusui, tapi berakhir tanpa kesepakatan kedua belah pihak.
Akhirnya saya bertekad untuk mulai serius
menyapih Jav dengan cinta dan berkata pada Jav bahwa kami pasti bisa. Proses
menyapih dimulai pada hari itu juga saat waktu tidur siang. Memang Jav sempat
menangis, tetapi beberapa saat kemudian dia akhirnya tertidur di pelukan saya.
Saya menangis *lagi-lagi salahkan PMS* hehehe. Sebagian hati saya merasa bangga
karena berhasil menidurkan Jav tanpa nenen. Tapi sebagian lagi merasa sedih
karena tidak bisa lagi melihat ekspresi Jav yang khas saat sedang menyusu. Di
hari ketiga, saya tambah dengan menyapih
Jav saat tidur malam. Dan pada hari kelima, saya juga menyapih Jav saat dia
terbangun di sepertiga akhir malam.
Dua minggu sudah berlalu. Jav sudah tidak
pernah meminta nenen lagi. Sebelum tidur, kadang dia minta dibacakan buku
cerita, kadang minta dipijit, kadang minta dibacakan Al-Quran, dan kadang
langsung saja nyungsep di kasur tidur sendiri. Dan yang lebih membahagikan,
sudah empat malam berturut-turut Jav tidur pulas dari malam sampai pagi tanpa
terbangun di sepertiga akhir malam.
Setelah saya pikir-pikir lagi, selama ini
sebenarnya Jav bukannya belum mengerti bahwa 'nenen untuk bayi', tapi dia
pura-pura tidak mengerti. Buktinya, saya merasa takjub karena proses penyapihan
ini berlangsung tanpa sakau dan galau. Awalnya saya khawatir Jav akan sedih
seharian serta menangis hingga meronta-ronta sebelum tidur sampai dua jam
seperti saat Jav disapih sementara ketika umurnya delapan bulan. Rupanya
sekarang Jav memang sudah siap untuk disapih. Mungkin Jav juga sadar bahwa
dulu, apa yang saya katakan tidak sesuai dengan apa yang saya rasakan, sehingga
dia pun tidak menghiraukan kata-kata saya. Tetapi setelah saya tidak merasa
ragu lagi untuk menyapihnya, Jav pun mengerti dan tidak menagih nenen lagi.
Pernyataan saya bahwa mendidik anak itu mudah kini terbukti lagi. Yang sangat tidak mudah itu adalah sebagai orang tua,
saya harus menyiapkan mental yang kuat, tetap konsisten, dan selalu sabar dalam
mendidik anak.
Dear Jav, Bunda bangga kita bisa sama-sama
berhasil melewati tahap ini tanpa obat merah, tanpa brotowali, tanpa
tensoplast, dan tanpa 'orang pintar'. Yeay! Namun masih banyak tahapan yang
harus kita lewati di depan sana. Tapi Bunda yakin kita pasti bisa. Semangat! :)
Fiuuhh... ikut tegang deh bacanya. Menyapih anak itu memang gampang-gampang susah ya. Awalnya memang gak tega. Tapi kalo berhasil, rasanya bahaga banget ya :-)
ReplyDeletebener.. yang susah itu niatnya hehe..
DeleteSelamat ya mbak, one step closer to be a great mother [more than before]...
ReplyDeleteDan untuk Jav.. may you be the light to your beloved ones .. amin..
aamiin :)
DeleteHoreee...!
ReplyDeleteJav kereenn mamanya juga kereen.. :D
horeee :D
Deletewah senang ya... seudah melewati proses menyapih tanpa obat merah dan "tipuan-tipuan" lain. Semoga saya juga bisa melewati proses itu dengan bahagia..
ReplyDelete