Sinta dan gadis di sebelahnya sama-sama tersenyum kepadaku. Aku menelan ludah, merasa serba salah. Akhirnya aku berjalan ke arah counter di sebelah Sinta setelah memberikan seulas senyum padanya.
Aku segera mengeluarkan kartu pos yang kusimpan di dalam saku kemeja seragam kantorku dan memberikannya pada gadis di hadapanku.
"Alamat pengirimnya tidak ditulis Pak?" tanyanya.
"Oh.. Tidak usah, alamat tujuannya sudah jelas kok, pasti sampai.." jawabku.
"Baiklah.. Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanyanya.
"Sudah cukup.. Makasih.." jawabku sambil segera pergi meninggalkan kartu pos dan kembali ke kantor.
Fiuh! Untung saja counter di sebelah Sinta kosong. Kalau tidak, bisa turun pasaranku di depan Sinta, tetanggaku yang sudah lama kusukai.
Beberapa hari kemudian..
"Anak bujang kok jam segini masih tidur, mentang-mentang libur! Ayo bangun! Ini ada kartu pos buatmu.. Kemarin Ibu lupa bilang.." kata Ibu sambil memperlihatkan sebuah kartu pos padaku.
Aku bangun dari tidurku sambil menerima kartu pos yang diberikan Ibu, lalu membacanya.
"Your eyes.. Your hair.. Your uniform.. are nice.." aku membaca tulisan pada kartu pos itu.
"Pacarmu?" tanya Ibu penasaran.
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum penuh makna.
"Alhamdulillah akhirnya anak Ibu ini laku juga.." kata Ibu sumringah.
Ting! Tong!
"Sebentar, Ibu buka pintu dulu ya.." Ibu meninggalkanku.
Aku yang masih mengantuk segera menarik selimutku untuk kembali tidur. Hatiku lega karena sepertinya rencanaku cukup berhasil. Semoga dengan begini, Ibu akan berhenti menjodohkanku dengan semua anak gadis teman-temannya.
"Aduh! Kok malah tidur lagi sih! Bangun! Ceritain sama Ibu tentang pacarmu ini.. Siapa namanya? Kapan kamu akan mengenalkan dia pada Ibu?" Ibu memberondongku dengan banyak pertanyaan, membuat aku terpaksa bangun lagi.
"Eh, itu apa Bu?" tanyaku saat melihat Ibu membawa sebuah bungkusan.
"Ini kue dari Sinta.. Tadi dia tanya-tanya tentang kamu.. Tapi Ibu bilang saja kalau sekarang kamu sudah punya pacar.." jelas Ibu.
Apa?! Tiba-tiba aku tidak mengantuk lagi.
"Kamu kenal di mana sama pacarmu? Teman kantor? Pakai kirim kartu pos segala, romantis banget.." Ibu mengembalikan topik pembicaraan pada pacarku lagi, pacar yang tidak pernah ada.
Ah Sinta.... Aku meratap memanggil namanya di dalam hati.
~~~~~
Monday Flashfiction: Prompt #7 The Postcard
aiiih, kasian nasib sih anak bujang , apes *hihihi*
ReplyDeleteiya hihihi..
DeleteWkwkwk.. ternyata gak ingin dijodohin karena sudah ada hati dg Sinta to?
ReplyDeleteKenapa sih gak terus terang aja sama Ibunya... Duh jadi gemes sendiri :D
iya.. aneh2 aja sih, jd rugi sendiri :D
DeleteKeren banget ih ceritanya... pengen bisa nulis spt ini.
ReplyDeleteyuk sama2 belajar :)
Deleteheheh..ni cerita pa kisah nyata..hehehehehehe keren deh tulisannya..kunjung balik ya
ReplyDeletehihihi bisa aja deh :P
Deletehahaha konyol abis dah, kayanya besok dia pasti ngirim surat lagi buat dirinya sendiri.... "kau kuputusin" biar bisa ngejar sinta hehehe
ReplyDeletegood job
pantes enggak laku2, kelakuannya aneh kali yah :D
Deleteasik juga yak kalo bisa bikin cerpen gini.
ReplyDeletehmmm.
bisa keliatan idup juga :D
masih belajar saya juga :)
Deletewahhh.. senjata makan tuan ini
ReplyDeleteiya bener :))
Deletewah kabuur deh gebetannya wkwkw
ReplyDeletegara2 ibunya yang comel hehehe..
Deletewaduh kok gitu, sayang banget ya padahal si sinta cantik tuch, heheheheh
ReplyDeletesalam kenal mbak...
salam kenal juga..
Deletemakasih udah mampir :)
#KFBlogWalking
ReplyDeleteHahaha.... Apes bener! Kebohongan berakibat fatal ini namanya :))
Heuheu... idenya bagus :D
ReplyDeleteWaduh.. Jad ilang deh kesempatannya.. :(
ReplyDelete