Teeettt! Sebuah suara yang memekakkan telinga berbunyi setelah aku memencet tombol kecil di sebelah pintu gerbang rumah ini. Beberapa saat kemudian seorang pria berkaos polo dan bercelana jeans keluar dari rumah dan membukakan pintu gerbang untukku.
"Temannya Wisnu ya?" pria itu mengulurkan tangannya padaku.
"Iya, Robi." jawabku sambil menjabat tangannya.
"Gue Andre, manajer di sini. Yuk langsung masuk aja." ajaknya.
Aku pun mengikutinya masuk ke dalam rumah.
"Sorry gue tinggal dulu sebentar yah, lagi ada telepon dari klien. Lo duduk aja dulu. Oiya, sorry berantakan, maklum cowok semua." kata Andre sambil tersenyum lebar.
Aku membalas senyumnya dengan sopan. Setelah Andre berlalu, pandanganku menyisir seluruh ruang tamu rumah ini. Memang berantakan sekali. Bungkus makanan, puntung rokok, pakaian, dan barang-barang lain memenuhi meja dan menutupi sofa. Tanganku menyapu barang-barang di sofa ke satu sisi agar aku dapat duduk di sisi lainnya.
Credit |
Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul.
Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini?
"Oke, kita langsung wawancara aja ya." kata Andre ketika muncul kembali dan duduk di hadapanku.
"Oke. Ini CV gue." kataku sambil menyerahkan sebuah map kepada Andre.
Andre langsung membaca isinya. "Wah prestasi lo lumayan juga yah."
Aku mengangguk sopan.
"Pengalaman lo udah berapa tahun?" tanyanya.
"Mmm sekitar tiga tahun." jawabku.
"Kalau gitu gue enggak perlu meragukan kemampuan lo." kata Andre sambil tersenyum padaku.
Perasaan lega menghampiriku. Jika aku berhasil mendapatkan pekerjaan freelance ini berarti aku bisa mendapatkan uang saku tambahan, karena uang kiriman dari Ibu hanya cukup untuk biaya kuliah.
"Tapi sesuai prosedur, gue tetap harus ngeliat action lo dulu." kata Andre sambil berdiri.
"Siap." kataku dengan percaya diri.
Andre pun mengajakku ke sebuah ruangan yang lebih luas, salah satu sisinya ditempeli sebuah cermin besar. Aku langsung mengambil posisi di tengah ruangan, sementara Andre mempersiapkan musik di pojok ruangan.
Oh Mickey
You're so fine
You're so fine
You blow my mind
Hey Mickey! Hey! Hey!
Hey Mickey! Hey! Hey!
Heh? Kok lagu ini? Keningku mengkerut.
"Ups! Sorry!" kata Andre sambil mematikan musiknya.
Fiuh! Aku membuang nafas, lega.
"Supaya lebih oke, pakai properti ya." Andre meninggalkanku. Beberapa saat kemudian dia kembali sambil membawa konde yang tadi sempat kutemukan dan menyerahkannya padaku.
Aku melihat Andre dengan tatapan tidak mengerti.
"Selain pakai wig, kami juga suka pakai konde, topi, bervariasi. Supaya penonton enggak jenuh dan beda sama pom pom boys lain." kata Andre sambil menjepitkan konde itu secara asal di kepalaku, lalu memainkan musiknya kembali.
Oh Mickey
You're so fine
You're so fine
You blow my mind
Hey Mickey! Hey! Hey!
Hey Mickey! Hey! Hey!
Aku tidak bergerak dan menatap bayanganku di cermin dengan perasaan tak menentu. Sialan lo Wisnu! Gue tuh nyari kerjaan freelance sebagai hip hop dancer! Bukan pom pom boys!
~~~~~
Ditulis dalam rangka menjawab tantangan Monday Flashfiction: Prompt #12 Konde.
hey mickey hey mickey hihi
ReplyDeletehehe..
Deletepom pom boys jg lucu kok. hahaha. jd inget film drama jepang "hanazakari no kimi tachi e". cowok2 ganteng joget2 ala cheerleaders. :D
ReplyDeletejustru karena gantengnya itu yah trus joget2 ala cheerleaders jd ngegemesin :))
DeleteHahaha, bisa juga konde dipakai sebagai atribut buat pom pom boys ya? Kocak :D
ReplyDeletepom pom boys yg ini lebih kreatif :D
Deletewkwkwkwkwkwk :))))
ReplyDelete:D
Deletekalimat terakhir bikin nyengir yang baca :D
ReplyDeletesyukur deh tujuan saya tercapai :D
DeleteHahhahaha Lucu :D
ReplyDeletemakasih mba :)
Delete