Friday, May 3, 2013

Teman Tapi Maksa

"Jadi?" tanya Aris padaku.

Aku menyeruput jus strawberry yang sudah dipesan Aris untukku. Aku memang sudah menyangka cepat atau lambat dia akan menyatakan perasaan cintanya padaku. Seharusnya aku menolak ketika Aris menawarkan dirinya untuk mengantarku ke stasiun. Tapi bagaimana lagi, dia memaksa dan aku memang tidak mempunyai alasan yang kuat untuk menolak tawarannya. Dan sekarang di sinilah aku, terjebak bersamanya di coffee shop ini. 

"Bukankah aku udah bilang kalau sekarang ini aku lagi enggak ingin terikat dalam hubungan yang serius." 

"Aku enggak maksa kita harus pacaran kok." 

"Oh syukur kalau gitu." aku tersenyum lega.

"Tapi aku harus tahu kamu pergi ke mana, sama siapa, ngapain aja."

"Atas dasar apa? Kamu kan bukan pacar aku." 

"Tapi aku sayang banget sama kamu, dan itu bentuk perhatian aku sama kamu."

Aku mulai mengerutkan kening. 

"Aku juga enggak ingin ngeliat kamu cipika-cipiki sama teman-teman tari kamu."

Aku mengambil nafas panjang dan membuangnya pelan-pelan. Sikap ajaibnya membuatku tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Aris cemburu pada teman-teman tariku. Badan mereka memang bagus dan terlihat macho, tapi kalau dia mendengar cara bicara mereka, Aris seharusnya tahu bahwa mereka tidak pantas untuk dicemburui.

"Aku rasa kamu enggak mempunyai hak untuk melarangku ngapain aja sama teman-temanku."

"Aku hanya ingin yang terbaik buat kamu."

"Tapi aku enggak nyaman dengan sikap kamu yang seperti itu!"

"Kalau gitu aku enggak bisa temenan lagi sama kamu" 

"Oke." 

Baru berteman saja sudah posesif begitu, bagaimana kalau pacaran! Rutukku di dalam hati.

Sumber: Latree Manohara
Aris mengeluarkan sebuah nota dari dalam saku celananya, lalu menyimpannya di hadapanku.

"Apa ini? Nota jus yang tadi yah?"

Aris mengangguk.

"Tiga puluh enam ribu untuk dua gelas jus. Mahal juga yah, namanya juga di kafe."

"Kamu ada uang pas? Kalau enggak, aku ada kok kembaliannya."

Aku melihat Aris dengan tatapan tidak percaya. Tapi Aris memang sedang tidak bercanda. Aku pun mengeluarkan selembar uang dua puluh ribuan dari dalam dompetku, dan menyerahkannya pada Aris. Aris kemudian memberikan selembar uang dua ribuan padaku.

"Semoga perjalanannya menyenangkan ya." kata Aris sambil pergi meninggalkanku.

~~~~~

Ditulis dalam rangka menjawab tantangan Monday Flashfiction: Prompt #11 Nota.

14 comments :

  1. dramatic,lucu deh,, terkahir kok suruh bayar sendiri,, wakakaka,, tidak terbayang mak, ending ceritanya beginih,, top

    ReplyDelete
  2. aih aiiih... kayak bencong si Aris hahaha udah posesif pelit pulak. Alamaaak...

    ReplyDelete
  3. hehe.. kenapa maksa2 gitu. tapi endingnya lucu. :D bayar sendiri sendiri :)

    ReplyDelete
  4. ciakakakaka...selain posesif ternyata gak modal juga yah
    "Kamu ada uang pas? Kalau enggak, aku ada kok kembaliannya."

    ReplyDelete
  5. Duuh.. udah posesif, perhitungan lagi.. :D

    ReplyDelete
  6. hahaha jadi Aris gak mau rugi ya minta bayar berdu

    ReplyDelete
  7. ya ampyuuun... keren sekali si Aris. Ga mau rugi dia. udah ditolak masa harus bayarin lagi :p

    ReplyDelete
  8. Jiaaaah, ini mah sungguh terlalu! Mantap mbak!
    Judulnya ganti aja gitu, biar pembaca penasaran ;p

    ReplyDelete
  9. Hadauhhh untung aja ga jadiann hah

    pelit :P

    ReplyDelete