Monday, October 15, 2018

Menikmati Sajian dan Suasana Sunda di Kampung Daun Cafe


Kendaraan kami meluncur hendak meninggalkan Villa Triniti. Kebetulan lokasi hiking bersama Little Footprint Sabtu yang lalu berada di belakang kompleks tersebut. Setelah selesai hiking, rencananya kami akan makan siang di FWC. Nah, saat melewati Kampung Daun, saya spontan berujar, "Lia belum pernah da makan di Kampung Daun." "Sama, aku juga belum," jawab suami. "Makan di Kampung Daun aja yuk, mumpung di sini," lanjutnya.

Maka kendaraan kami pun akhirnya berputar balik untuk makan siang di Kampung Daun. Padahal perut ini baru diisi bakso malang dan es jeruk loh, hihihi.... Tapi betul kata suami sih. Mumpung di sini, mending sekalian coba makan di Kampung Daun, restoran yang cukup legendaris di Bandung. Soalnya kalau sengaja datang dari rumah, jauh banget.... Dari kutub selatan ke kutub utara, heuheu....

Setibanya di Kampung Daun, kami langsung melangkahkan kaki ke dalam sambil melihat-lihat kios-kios di pinggir jalan yang menjual berbagai dagangan menarik seperti buah-buahan dan berbagai macam pernak-pernik. Suasananya sejuk karena dipenuhi pepohonan yang hijau.


Hingga seorang petugas perempuan memanggil ke bagian reservasi. Oh, rupanya kami harus memesan tempat dulu sebelum terus masuk ke dalam. Bagus juga sih, jadi sudah bisa tahu dapat saung di sebelah mana agar di dalam enggak kebingungan. 


Saat itu kami diminta untuk memilih saung yang berada di bawah atau di atas. Meski wajah kucel banget karena habis hiking, saya memilih saung di atas agar bisa sekalian foto-foto di sepanjang jalan. Lumayan pemandangannya. Selain pepohonan, ada air terjun mini juga. Duh, kalau malam pasti romantis nih suasananya.


Di dalam saung, kami duduk lesehan. Ya ampun, habis hiking, rasanya nikmat banget bisa memilih menu makanan sambil selonjoran dan bersandar di bantal yang empuk. Setelah siap memesan, kami memanggil pelayan dengan cara membunyikan kentongan yang digantung di depan saung. Tongseng Kambing, Pelecing Kangkung, Wedang Ronde, Es Cingcau, dan Vanilla Milk Shake merupakan makanan dan minuman yang kami pesan siang itu.


Sambil menunggu pesanan disiapkan, saya menyuapi Rashya sementara suami melaksanakan salat Dzuhur. Untung musalanya bukan cuma ada di bawah. Di atas juga ada, dilengkapi dengan mukena yang bersih dan wangi. Ternyata kami enggak perlu menunggu makanan dan minuman terlalu lama. Pas suami selesai salat, pesanan pun sudah tiba semua. Berikut ulasannya ya.

Tongseng Kambingnya dilengkapi dengan nasi putih, lalap, sambal, jeruk nipis, dan emping. Makanya untuk makan kami bertiga, tinggal menambah dua nasi putih saja. Rasanya enak. Bumbu kuahnya kental dan gurih. Meski ada cabainya, tapi enggak pedas, jadi Jav bisa makan tanpa khawatir kepedasan. 

Tongseng Kambing (Rp 75.000) + Nasi Putih (Rp 7.500)

Pelecing Kangkungnya segar. Tapi bagi kami, rasa kuahnya terlalu asin dan kurang pedas. Soalnya saya berharap mendapatkan pelecing kangkung khas Lombok. Eh, ternyata berbeda.

Pelecing Kangkung (Rp 32.500)

Untuk porsi makanannya, cukup lah bagi kami bertiga. Namun itu dalam kondisi sudah diganjal bakso malang ya. Kalau belum makan apa-apa, sepertinya kurang deh. Harus tambah nasi lagi dan memesan camilan juga, hihihi....

Rasa minumannya sih standar. Wedang rondenya enak. Hangat dari jahenya oke, enggak berlebihan. Kekenyalan rondenya pun pas, dengan isian kacang tanah yang gurih di dalamnya. 

Wedang Ronde (Rp 12.500)

Es Cingcaunya lumayan segar. Tekstur dan rasa cingcaunya enak. Aroma dan rasa santan sangat mendominasi kuahnya. Sayang, bagi saya sih kurang manis. Kebalikan dengan Vanilla Milk Shake yang manis banget. Tapi saya suka. Kebetulan Jav kekenyangan, jadi saya yang menghabiskan Vanilla Milk Shakenya, hohoho....

Es Cingcau (Rp 15.000) + Vanilla Milk Shake (Rp 25.500)

Setelah makan dan salat Dzuhur, saya langsung membayar pesanan kami di kasir yang ternyata ada juga di atas. Nah, sebelum pulang, suami membeli Kue Cubit, setengah matang. Rasanya lumayan. Tapi masih lebih enak dan murah kue cubit di Dago Car Free Day, hihihi.... 

Kue Cubit (Rp 15.000)

Secara keseluruhan, makan siang kami di Kampung Daun cukup memuaskan. Hanya saja, ada satu pengalaman yang kurang mengenakkan. Jadi waktu itu ada orang yang mewarnai seluruh badan dan pakaiannya dengan cat berwarna silver. Dia berdiri di pinggir jalan sambil bergaya seperti patung. Saya bertanya sama Jav, "Mau foto bareng enggak?" Makanya suami menaruh uang di wadah yang terhampar di depan orang itu. Eh, sebelum suami dan Jav sempat bergaya, orang itu malah pergi dong sambil membawa wadah uangnya. Menyebalkan sekali.


Untungnya, rasa kesal kami sedikit terobati dengan adanya spot foto di sekitar tempat parkir yang letaknya berada di atas pohon. Kami pun naik ke atas dengan hati-hati dan foto-foto di sana, hohoho....

~~~

Kampung Daun Cafe
Villa Triniti
Jl. Sersan Bajuri Km 4,7 Bandung

21 comments :

  1. Saya juga belum pernah Teh, btw silver people asa teu kudu yah😂

    ReplyDelete
  2. Kampung Daun selama ini baru saya baca aja namanya. Silver people sudah sampai sana juga ya,ckckck...

    ReplyDelete
  3. Terlihat sangat asri banget ya mbak, cocok banget nih buat qtime bareng keluarga.

    ReplyDelete
  4. Saya jadi ngiler setelah melihat gambar-gambar menu yang di pesan dalam postingan ini :D

    ReplyDelete
  5. Keren banget ya tempatnya, suasananya benar-benar alami banget. Bagus buat refreshing, apalagi buat anak-anak.

    ReplyDelete
  6. Aduh aku paling suka nih tongseng kambing, apalagi kalau makan-nya di suasana kafe daun. Widih, gak pulang-pulang nih saya entar.

    ReplyDelete
  7. Alami banget ya tempatnya, bikin betah berlama-lama disitu hehehehe Tongsengnya bikin ngiler

    ReplyDelete
  8. Bagus ya tempatnya alami. Waktu ke lembang aku ga sempat mampir krn emang belum tau ada ini 😁😁 Kue cubitnya meni bikin ngiler ih.

    ReplyDelete
  9. Waah aku udah tau lama tempat ini tapi belum kesampaian, asik ya Mba abis hiking terus makan enak di tempat yang pemandangannya bagus :D

    ReplyDelete