Sudah hampir 6 bulan nih di rumah aja, huhuhu... Orang Ciwastra ini rindu menghirup udara sejuk di dataran tinggi.
Kangen banget mengajak anak-anak aprak-aprakan bareng Little Footprint. Little Footprint ini komunitas hiking untuk anak. Setiap hari Sabtu, lokasi hiking-nya berpindah-pindah, tapi masih di sekitar Bandung kok. Kalau mau mengajak anak hiking, enggak perlu pusing memikirkan lokasi, tempat parkir, dan rute, semua sudah diatur.
Kami tinggal bawa badan dan menikmati aja. Bisa memilih jalur big baby untuk anak usia di bawah 4 tahun (2-3 km), jalur pendek untuk anak usia 4-7 tahun (4-5 km), atau jalur panjang untuk anak usia di atas 7 tahun (6-7 km). Yang berbeda hanya jaraknya ya, medannya sih sama.
Baca juga Hiking Bersama Little Footprint
Karena pandemi, distop dulu deh kegiatannya. Padahal kalau ikut hiking bareng Little Footprint, saya mah enggak pernah berkerumun da. Suka jalan belakangan datang kesiangan biar santai quality time berempat aja.
Sekarang bingung deh mengajak anak-anak hiking ke mana. Maklum, kami bukan anak gunung yang suka jarambah. Jadi pengetahuan lokasi-lokasi hiking-nya terbatas, heuheu....
Sempat terpikir main ke Tahura Djuanda. Tapi lihat di akun instagramnya, ramai banget. Untuk masuk aja antreannya sampai mengular, huhuhu....
Ngobrol-ngobrol sama suami, akhirnya sepakat main ke Batu Kuda aja dulu. Namun belum tahu kapan. Karena saya inginnya hari kerja supaya sepi. Sedangkan suami, meski sedang WFH, lagi sibuk banget dan belum bisa cuti.
Sebenarnya, awal bulan Maret kemarin, Jav dan ayahnya sudah duluan main ke sana. Nge-date berdua aja, camping, hiking, dan lain-lain. Pokoknya menguatkan kembali bonding sama ayah, salah satu program Male Class-nya Rumah Main Amany.
Karena tujuan utamanya memang untuk quality time Jav dan ayahnya, jelas saya dan Rashya enggak bisa ikut. Cuma bisa mupeng melihat foto-fotonya, huhuhu....
Nah, Sabtu kemarin, pas lagi makan siang, suami tiba-tiba mengajak kami ke Batu Kuda. Awalnya, saya yang termasuk morning person dan lebih senang beraktivitas fisik di pagi hari agak keberatan. Tapi ya sudahlah menurut aja, percaya sama beliau.
Kami berangkat pukul setengah 2. Suami memilih jalan masuk dari pertigaan Cinunuk. Jalannya bagus sih, mulus. Beliau sempat menyuruh saya mengambil alih kemudi, latihan mencoba menyetir di jalan yang menanjak dan sempit katanya. Fiuh, untung enggak mau. Ternyata semakin ke atas, medannya semakin bikin deg-degan, ya sempit menanjak pula.
Akhirnya kami tiba di gerbang Wanawisata Batu Kuda yang berada di lereng Gunung Manglayang ini sekitar pukul setengah 3. Di gerbang, kami berhenti untuk membeli tiket masuk. Harganya Rp 7.500 per orang. Kami ditagih pembayaran untuk tiga orang aja, Rashya gratis.
Setelah itu langsung masuk ke tempat parkir. Biaya parkirnya dibayar belakangan, nanti saat keluar. Rp 5.000 untuk motor dan Rp 10.000 untuk mobil.
Rupanya tempat parkirnya cukup penuh, bumi perkemahannya juga cukup ramai. Ada yang menggelar tikar, memasang tenda, atau hanya tidur-tiduran santai di hammock. Kami enggak ke sana. Menjauhi keramaian, kami pun langsung jalan ke atas menuju situs Batu Kuda.
Setelah meninggalkan bumi perkemahan, suasananya langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Bukan sepi lagi, tapi kosong. Hanya ada kami berempat. Enggak ada tanda-tanda kehidupan kecuali suara daun yang mungkin bergesek tertiup angin. Atau binatang? Atau apa ya? Hehehe....
Senang deh melihat anak-anak bisa bebas bergerak dan bereksplorasi lagi di alam terbuka dengan kontur alami yang beragam. Lari-lari di tanah, memanjat batu, bermain pasir, hingga terpeleset dan jatuh kemudian bangun lagi.
Kami sampai di situs Batu Kuda pas adzan Ashar. Ternyata yang disebut Batu Kuda itu yaitu batu besar berbentuk kepala kuda. Jadi menurut mitos, Batu Kuda ini merupakan kuda sembrani yang sedang terbang tetapi terjatuh dan terperosok di situ.
Setelah istirahat dan foto-foto sebentar, kami langsung turun lagi melalui rute yang sama sambil menikmati indahnya hutan pinus dan sejuknya udara pegunungan. Banyak juga batu-batu dengan ukuran lebih kecil yang berserakan di sepanjang jalan. Konon, batu-batu tersebut berasal dari letusan Gunung Sunda Purba ribuan tahun yang lalu.
Nah, menjelang sampai ke bumi perkemahan, kami naik lagi ke view deck. Untuk menuju ke sana, kami harus mendaki bukit yang kemiringannya lebih tajam. Sayang enggak alami, karena dibentuk berundak mirip tangga.
Setelah sampai di atas, kami disuguhi pemandangan Rancaekek, Cicalengka, dan sedikit Bandung bagian timur, terlihat ada GBLA dan Masjid Al-Jabar. Masya Allah, anginnya ngagelebug tapi pemandangannya indah memanjakan mata.
Di sini, kami enggak sendiri, karena ada dua-tiga pasang anak muda yang foto-foto. Namun untuk berdiri di view deck dibatasi maksimal 10 orang aja. Jadi kondisinya masih kondusif. Semuanya tertib menjaga jarak dan antre. Saya dan keluarga bisa foto-foto dengan nyaman.
Setelah puas menikmati pemandangan dan foto-foto, kami turun lagi, belum salat Ashar, huhuhu.... Di wanawisata ini disediakan musala kok. Tempatnya terbuka dengan tembok setinggi dada, jadi sirkulasi udaranya cukup baik. Yang salat juga hanya kami berempat kok. Tapi tetap saja kami menggunakan peralatan salat yang dibawa sendiri dari rumah. Sebelumnya disimpan di mobil, enggak dibawa naik karena jarak dari tempat parkir ke musala sangat dekat.
Selesai salat, ternyata sudah pukul 5. Sepi, pengunjung yang lain sudah mulai pulang. Karena tempatnya semakin lengang, kami pun berencana untuk menggelar tikar. Sebentar aja karena mengejar salat Magrib di rumah. Eh, langsung ada pengumuman melalui pengeras suara bahwa pengunjung diminta meninggalkan lokasi karena tempatnya akan ditutup. Rupanya selama pandemi ini, Wanawisata Batu Kuda hanya dibuka mulai pukul 5 pagi sampai pukul 5 sore aja.
Eaaa, gagal menggelar tikar deh. Padahal sudah bekal pepes nasi dan membayangkan jajan Pop Mie, hihihi.... Ketika hendak keluar dari tempat parkir, kami mendapat info dari tukang parkir bahwa ternyata kegiatan camping pun belum diizinkan. Hooo, sip sip, bagus....
Lebih aman ya kalau jalan-jalan ke alam gini jadi meminimalkan kontak.Duh aku jadi pingin jalan-jalan, belum kemana-mana selama pandemi ini. Jadi ini lokasinya Bandung sanaan dikit ya :)
ReplyDeleteIya di Bandung sebelah timur mbak...
DeleteWah seru banget ya. Kukira bakal nginep mba bermalam kemping di sana. Aku juga pgn hiking tapi nunggu bayi gede
ReplyDeleteBelum berani camping mah... Jangankan lagi pandemi, lagi normal aja perlu persiapan matang, enggak bisa dadakan :D
DeleteAihh seru bener yang jalan bareng keluarga gini, menikmati alam. Jav...long time no see nih kita...Apalagi si adek, belum pernah ketemu, ealah udah bisa dibawa berpetualang aja nih :)
ReplyDeleteIya nih, jav & rani udah pada punya adik tapi belum ketemuan lagi... Mudah2an ada rezeki bisa ketemu lagi ya :)
DeleteWah menariknya, terus sampai pulang gak ketemu orang lagi selain yang waktu foto-foto itu? Jadi berasa private gitu ya suasananya.
ReplyDeleteOrang mah banyak mbak, di bumi perkemahannya ramai banget...
DeleteTapi ya menghindar aja, kita enggak ke sana, jadi enggak perlu papasan sama orang lain...
Selain di view deck, ketemu orang lagi pas mau salat (ketemu penjaga toilet), hehehe...
Dari dulu, saya kurang senang jalan-jalan ke tempat yang teralu ramai. Apalagi di sata pandemi begini. Enak kalau sepi kayak gitu. Udaranya segar pula
ReplyDeleteSepi tapi jadi deg-degan juga sih mbak, soalnya pas browsing ternyata banyak cerita mistisnya, apalagi bawa balita, heuheu...
DeleteMbaaaaa, aku jadi pengin cuss ke sana!
ReplyDeleteIni wanawisata Batu Kuda deket GegerKalong ngga sih?
Adek iparku ada yg tinggal di GerLong.
Jauuuh, hihihi...
DeleteGerlong di utara, ini di timur :D
Wah.. ngga jadi camping deh ya hehe.. tapi gpp mbak, nanti kalo dah dibuka buat camping, bisa balik lagi deh.. dan ajak ajak aku juga ya hehe udah lama ngga camping nih bareng anak anak.. tahan diri dulu aja deh.. semoga nanti bisa jalan jalan bareng keluarga ke wanawisata batu kuda juga ya..
ReplyDeleteMemang enggak ada rencana camping kok mbak :D
DeleteNanti nunggu pandemi beres dan Rashya agak besar ;)
seruu bgt camping sama keluarga apalagi sambil hiking nih naik2 ke puncak gunung.
ReplyDeleteHihihi, sayangnya enggak sampai puncak :D
DeletePemandangannya bagus. Pasti seger ya hiking di wanawisata batu kuda. Jadi penasaran, kuda sembrani itu hewan mitologi berbentuk kuda bersayap yang biasa juga dibilang pegasus kan? Suka salah sama unicorn.
ReplyDeleteWah, saya malah enggak tau, sama enggak ya dengan pegasus :D
DeleteSeger banget jalan2 ke alam. Di deket sini juga banyak pilihan tempat begini. Sayangnya masih tutup. Jadi gak ada yg jagain kendaraan kita saat diparkir. jadi ragu mau datng
ReplyDeleteNah, saya juga maunya hiking di lokasi-lokasi yang pernah didatangi little footprint, bukan wanawisata... Tapi ya itu bingung parkirnya, biasanya kan diurusin sama crew little footprint :D
DeleteOh...aku pikir ada tenda-tenda itu...uda boleh camping.
ReplyDeleteAaah...happy banget hiking bareng anak-anak.
Menuju ke Batu Kuda aman yaa, teh...pakai mobil sedan?
Tendanya cuma buat berteduh aja kali :D
DeleteSaya pakai hatchback, aman... Tapi tempat parkirnya tanah dan berbatu...
Wah seru banget. Pas nih jalan-jalan ke alam terbuka kayak gini. Sejuk dan gak rame ya. Anak-anak juga kepengen banget nih jalan-jalan nak gunung. Tapi di sini masih rame. Masih takut. Apalagi bawa anak.
ReplyDeleteIya... Karena pandemi, sekarang wisata alam jadi lebih diminati dan jadi lebih ramai deh...
DeleteAku dah lama ga jalan2 mb. Ke tempat2 gini sebenarnya aku kurang demen xD. Tapi lumayan ya nyegerin mata dan anak2 swneng ❤
ReplyDeleteHihihi... Saya juga sebenarnya mager, ini dalam rangka menumbuhkan fitrah jasmani (sensomotor) anak-anak :D
DeleteEh ini HAri Sabtu kapan, ya, Mbak? Minggu lalu ketemu dengan Teh Nchie katanya Batu Kuda penuuh, sampai gak jadi main ke sana. Ternyata pas Mbak Nathalia ke sana, kosong ya ...
ReplyDeleteSabtu akhir agustus mbak...
DeleteIya memang penuuuh.... Tempat parkir penuh, bumi perkemahannya juga ramai... Saya mah langsung naik ke atas (ke batu kuda) jadi kosong...
Seru banget sih ada komunitas hiking khusus anak2. Kalo ada acara hiking gitu orgtuanya boleh ikut ya? Waaa seru!
ReplyDeleteDuh aku jadi pengen jalan2 :(
Boleh ikut, kan mendampingi anak-anak ;)
Deletewah, is cool and good place, you get fresh view and oxigent too. I am happy look your family enjoy it
ReplyDeleteIya, refreshing sejenak :)
DeleteI lov eto see those lovely photos mbaa. Pasti menyenangkan ya bisa trekking bareng anak - anak
ReplyDeleteIya, setelah sekian lama :D
DeleteLumayan lah ya mba meskipun belum bisa camping tapi sudah menikmati udara segar di Batu Kuda. Anak-anak gimana, kecapekan atau malah merasa happy?
ReplyDeleteMemang belum ada niat camping kok mbak ;)
DeleteKalau Rashya ditanya sama neneknya, jawabannya "Enggak cape, cuma haus" jadi tiap beberapa meter berhenti buat minum :D
Waah aku lamaa lo tinggal di Bandung blom pernah jalan ke sini. Seru juga ya hiking ajak anak2 pemandangan bagus tiket masuk murah pulak.
ReplyDeleteSaya juga seumur hidup tinggal di bandung, baru sekarang ke sini mbak, hihihi...
DeletePandemi gini paling aman wisata model di alam ya mba. Kangen aku menghirup udara segar bersama keluarga
ReplyDeleteIya, nyari tempat yang terbuka dan enggak berkerumun...
DeleteFix ini kayaknya bakal jadi jujugan nanti klo pas mudik ke Bandung, kami juga termasuk yg lebih milih tempat2 sepi gini termasuk hutan buat quality time sama keluarga
ReplyDeleteBisa lebih menikmati quality time ya :)
DeleteYa ampun mba ini mah super super serrruuuuuu banget ya. Seneng banget bisa ajak anak anak wisata alam gini mana sepi juga, jadi nggak sumpek di rumah aja
ReplyDeleteIya mbak, entah kapan berani ngajak anak-anak jalan-jalan lagi...
Delete