Saturday, December 10, 2022

Mencicipi Nasi Goreng Legend di Gardujati

nasi goreng legend gardujati

Hari Sabtu seminggu yang lalu, kami ada ada perlu ke Paskal 23. Mumpung ke daerah situ, sebelum ke Paskal 23, suami mengajak kami makan siang dulu di tempat makan favoritnya zaman masih sekolah di SMA 4, Nasi Goreng Legend.

Aslinya sih enggak tau namanya apa, kata suami enggak ada namanya. Berhubung suami suka menyebut nasi goreng legend, karena keberadaannya yang legendaris serta rasanya yang spesial dan masih terkenang hingga sekarang terutama untuk anak-anak SMA 4, ya sudah lah mari kita sebut aja Nasi Goreng Legend, hehehe....

Makanan kali lima gitu, yang dijual menggunakan gerobak dengan meja dan bangku di pinggir Jalan Gardujati. Posisi tepatnya berada di depan Bengkel Honda.

Kami sampai di Jalan Gardujati pukul 11. Alhamdulillah dapat tempat parkir pas di depan Bengkel Honda. Tapi ternyata oh ternyata, gerobak nasi gorengnya sudah pindah, bukan di depan bengkel lagi. Sekarang di sana ganti jadi gerobak soto dan batagor.

Kabita sama batagornya, kami pun pesan dulu 1 porsi bareng-bareng. Enak. Apalagi ditambah kerupuk aci. Akhirnya tambah 1 porsi lagi, hihihi.... Sayang, lupa enggak difoto.


Gerobak nasi gorengnya enggak pindah jauh-jauh kok, masih di sekitar situ. Cuma geser sedikit ke depan Yomart. Setelah puas makan batagor, kami pun lanjut ke tempat nasi goreng. Disambut oleh Pak Kasimin yang hari itu mengenakan peci haji. Langsung aja suami memesan 2 porsi nasi goreng. 1 enggak pedas, 1 pedas.

Sambik memasak, Pak Kasimin sambil mengobrol juga sama suami. Jadi beliau tuh sudah berjualan nasi goreng sejak tahun 1984. Tempatnya di depan Bengkel Honda. Baru tahun 2003 pindah ke depan Yomart. Kalau waktu jualannya sih masih sama, dari pukul 6 pagi sampai 3 sore.

Katanya, dulu tuh waktu pertama kali berjualan, harganya 300 rupiah per porsi. Pas zaman suami sekolah harganya 1500 rupiah. Nah, sekarang harganya 14 ribu rupiah. Supaya gampang, Pak Kasimin menentukan harganya menyesuaikan dengan harga beras.

Nasi Goreng (enggak pedas)

Ketika masih dimasak pun wangi nasi gorengnya sudah menggoda. Apalagi setelah jadi. Tampilannya sederhana tapi menarik ala nasi goreng kampung. Namun ciri khas nasi goreng Pak Kasimin ini yaitu tipenya yang berupa nasi goreng mawut (dalam bahasa Jawa artinya berantakan atau acak-acakan), dicampur dengan mi dan bihun. Ditambah telur, bakso, ayam, dan sawi. Serta dilengkapi acar timun, bawang merah, cabai rawit, dan kerupuk.

Warna nasi gorengnya terang, enggak terlalu gelap, karena kecapnya memang enggak banyak. Enak.... Rasa dan aroma bumbunya kuat, tapi ringan di lidah. Gurih dan manisnya pas. Kalau yang pedas, warna nasi gorengnya agak merah sedikit. Rasanya, beuh mantap. Yang pedas rasanya jadi lebih lengkap dan nikmat.

Nasi Goreng (pedas)

Anak-anak pun makan dengan lahap. Rashya tuh awalnya enggak mau. Ingin kerupuk lah, bakso lah, Yupi lah (maklum, anak kecil liat minimarket langsung ingat Yupi, heuheu...). Tapi setelah mencoba 1 suap, langsung enggak bisa berhenti, hihihi.... Apalagi saya yang waktu itu habis mengajar SHiNE Dance Fitness. Kalau ada yang kurang, paling kerupuknya aja yang kurang renyah.

Porsinya cukup besar. Mau makan masing-masing 1 porsi, agak kenyang karena sudah jajan batagor kan. Tapi kurang sedikit. Akhirnya kami menambah mi goreng. Tipenya sama mawut, dicampur dengan bihun. Bumbunya mirip dengan nasi goreng. Hanya berbeda di topping-nya aja, yaitu ditambah kol dan tomat juga.

Mi Goreng

Kalau minumnya, kami membawa air mineral. Tapi rupanya dikasih Teh Tawar juga. Alhamdulillah....

Selain nasi goreng dan mi goreng, Pak Kasimin menjual ayam goreng, pecel lele, dan gule sapi juga. Di seberangnya kan ada gereja. Pas bubaran, ada ibu-ibu dari gereja yang membeli ayam goreng. Wuih, harum banget. Kapan-kapan harus ke sana lagi mencoba menu lainnya.

Selesai makan, kami berangkat ke Paskal 23. Tapi di sana suami sadar kalau kacamatanya enggak ada. Makanya pulang dari Paskal 23 sekitar pukul setengah 3, kami kembali lagi ke tempat nasi goreng. Alhamdulillah benar ada di sana kacamatanya, rupanya jatuh di bangku. Suami pun sekalian meminta nomor ponsel Pak Kasimin, hohoho.... Supaya kapan-kapan kalau ke sana lagi, sebelumnya bisa memastikan dulu jualan atau enggak.

Kata Pak Kasimin, 2 orang pedagang legend lainnya sudah meninggal dunia. Mudah-mudahan Pak Kasimin sehat dan panjang umur ya.

~~~

Nasi Goreng Legend
Jl. Gardujati No. 46 Bandung
(depan Yomart)

9 comments :

  1. Hidangan nasi goreng kerap disukai siapa saja, termasuk saya, haha. Namun unik juga nih mie campur bihun seperti itu, wah.
    Aamiinnn sehat selalu ya buat Pak Kasimin.

    ReplyDelete
  2. Baru tau ada nasgor mawur di Bandung.. aku catat alamatnya, mudah2an pas ke Bandung lagi bisa mampir, thank you mbak...

    ReplyDelete
  3. Gerobakan kaki lima tapi punya sejarah panjang ya. Sudah banyak lidah yang dimanjakan dan cocok. Pasti selalu ada yang kangen buat icip walaupun sudah jauh berada dimana mana

    ReplyDelete
  4. Dulu saya sempat merasa aneh kalau nasi goreng dibikin mawut gini. Tapi, pas cobain ternyata enak. Malah jadi berasa khas. Kangen sama nasgor kaki lima

    ReplyDelete
  5. Pagi2 baca nasgor jadi kepengen makan nasgor niiihh :D
    Emang nasgor nih kebanggan Indoensia, banyak sekali variannya. Aku juga suka mawut,tapi selama ini belum pernah beli yang sama bihun, kalau sama mie telur biasanya gtu yg sering :D
    TFS info nasgornyaaa.

    ReplyDelete
  6. Makanan legend di kota kampung halaman tuh rasanya lebih enak berkali lipat ga sih? Apalagi udah sejak tahun 80 an berdirinya. Jadi ingin menyusuri makanan legend juga di kota SMA ku

    ReplyDelete
  7. Masyaallah, nasi gorengnya bikin pengen ngicip. Apalagi ini legend ya, harus coba karena rasanya pasti spesial

    ReplyDelete
  8. Salah satu comfort food nih, nasi goreng, eh itu siang-siang ya mba bukanya? Jarang-jarang nasgor buka siang

    ReplyDelete
  9. kayaknya enak banget ya.. lain kali kalau pas lewat situ bisa dicoba nih..makasih infonya mbak

    ReplyDelete