Tuesday, December 1, 2015

Derita Anak Sulung


Beberapa waktu yang lalu, suami menemani Jav bermain di taman komplek. Sepulangnya dari sana, suami cerita bahwa selain Jav ada juga anak-anak lain yang sedang bermain. Maklum, weekend. Nah di antara anak-anak lain tersebut ada sepasang kakak-adik yang juga sedang bermain sambil ditemani ayahnya. Namun ayahnya terlihat sibuk dengan ponselnya.

Tiba-tiba si adik terjatuh dan menangis. Coba tebak apa yang dilakukan ayahnya? Bukannya memperhatikan si adik, dia malah memukul dan memarahi kakaknya. Intinya sih, dia menyalahkan si kakak karena enggak becus menjaga adiknya. Padahal menurut suami saya, usia si kakak sepertinya enggak jauh berbeda dengan usia Jav. Berarti masih balita!

Duh, rasanya gemas sekali ketika saya mendengar cerita itu....

Memang enggak aneh sih apabila orangtua 'berharap' sangat besar pada si sulung. Biasanya si sulung selalu dibebani tanggung jawab yang lebih berat daripada si bungsu. Harus jadi panutan untuk adik-adiknya, harus mengalah kepada adik-adiknya, harus bisa menjaga adik-adiknya, dan lain-lain. Hal tersebut dianggap wajar. Saya sendiri memang banyak melihat di sekitar, bagaimana si sulung sering mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, hanya karena dia dilahirkan lebih dulu dari adiknya. Hmmm, padahal si sulung tetaplah seorang anak (bahkan mungkin balita) yang juga masih butuh perhatian dari orangtuanya :(

Saya memang belum memiliki pengalaman bagaimana cara mengasuh anak yang adil. Anak saja baru satu, hihihi.... Namun, saya sudah bertekad untuk lebih berhati-hati apabila nanti diberi amanah anak lebih dari satu. Di antaranya:
  • Memberikan perlakuan yang sama. Siapa pun yang berbuat salah, harus ditegur dengan cara yang baik. PR banget nih. Lah sekarang saja kadang saya masih suka kelepasan membentak Jav. Padahal membentak kan enggak baik untuk perkembangan anak :(
  • Ketika anak-anak bertengkar, jangan memihak siapa pun. Posisikan orangtua dalam posisi yang netral. Kadang saya perhatikan, apabila dibiarkan, anak-anak bisa kok menyelesaikan sendiri masalahnya. Apabila orangtua ikut campur dan membela salah satu anak, masalah mungkin bisa lebih cepat selesai. Namun akan menimbulkan rasa sakit hati pada anak yang lain. Jangan sampai deh, anak tumbuh menjadi pribadi yang pendiam, tertutup, dan enggak percaya diri karena pola asuh orangtua yang salah.
  • Ketika mereka bertengkar dan mengarah pada hal yang membahayakan, baru orangtua harus ikut melibatkan diri. Bukan untuk memberi solusi singkat, bahwa salah satu anak harus mengalah. Tapi untuk mengetahui apa penyebabnya, lalu setelah itu baru mencarikan solusi yang adil, baik bagi pihak yang benar, maupun bagi pihak yang salah.
  • Jangan beri beban pada salah satu anak untuk menjadi panutan, contoh, atau teladan bagi anak lain. Masa anak balita yang sedang aktif dan butuh menyalurkan energinya serta melatih motorik kasarnya, harus duduk manis menemani adiknya yang masih batita, misalnya. Beda usia, berbeda pula kebutuhannya. Kasihan dong, kalau dibatasi.
  • Hati memang enggak bisa dipaksakan. Mungkin ada saja sih kecenderungan kita lebih menyanyangi anak yang satu daripada anak yang lain. Namun jangan diperlihatkan. Kita enggak bisa mengatur hati, tapi masih bisa kan mengatur sikap. Tong nyirikeun teuing.

Berikut saya tuliskan kutipan dari novel keren 'Sabtu Bersama Bapak' yang terkait dengan anak sulung.
"Seorang anak, tidak wajib menjadi baik atau pintar hanya karena dia sulung. Semua anak wajib menjadi baik dan pintar karena memang itu yang sebaiknya semua manusia lakukan. Menjadi panutan bukan tugas anak sulung-kepada adik-adiknya. Menjadi panutan adalah tugas orangtua-untuk semua anak."
(Sabtu Bersama Bapak, halaman 105)
Ketika orangtua memberikan waktu dan ruang untuk bersimpati dan berempati dengan si Sulung, anak sulung itu akan memiliki waktu dan ruang untuk bersimpati dan berempati pada adik-adiknya.
(Sabtu Bersama Bapak, halaman 208)

33 comments :

  1. saya setuju dengan kutipan "sabtu bersama bapak" bahwa yang seharusnya menjadi panutan adalah orang tua bukan anak. Walaupun memang anak itu dituntut menjadi orang yg baik namun keteladanan merupakan sebuah kewajiban bagi ortu, sebagaimana nasihat bijak, "Ibu adalah madrasah bagi anak2nya." :)

    ReplyDelete
  2. untung aku bukan sulung #eh... tapi kakak sulungku kayaknya ga gitu2 amat sih, kesian banget kalo kayak cerita di atas hiks... yg pasti peran utama ada di orang tua ya bu. sepertinya ortu saya memperlakukan kami (6 anak) dengan cukup adil. semoga aku bisa nyontoh kalo punya yang kedua :-) *sama-sama baru punya satu* hehe

    ReplyDelete
  3. Kakak sulungku gak gitu .... Tapi lebih menderita anak tengah. -,- Enak yang ragil.

    ReplyDelete
  4. hehehe, aku anak sulung, mba nath. dan emang lebih banyak diatur untuk urusan2 dalam hidup. soalnya jadi panutan buat adeknya. meski memang kemampuan anak lain-lain ya, jadi baiknya ortu yang menyesuaikan dengan anaknya aja.

    ReplyDelete
  5. sependapat, tapi berhubung anak masih satu, masih belum bisa merasakan

    ReplyDelete
  6. saya anak sulung juga bu.tapi orangtua gak segitunya sih.jadi tidak merasa terbebani

    ReplyDelete
  7. aku anak sulung juga mbak, jadi bisa buat pembelajaran yang bisa diterapkan pada anak ya

    ReplyDelete
  8. kasian si kakak, selalu jadi object penderita, gw juga anak pertama.. tapi konon katanya malah lebih manja karena ada adeknya... tapi gak tau juga udah lupa ehhehehhehe

    ReplyDelete
  9. Memang serba salah mba apalagi jika adiknya masih balita yang selalu ditekan kakaknya karena biasanya adiknya tidak mau ngalah jika dibiarkan bisa berantem melulu mba solusinya salah satunya harus ngalah dan kakak yang dianggap lebih mengerti dari pada adiknya yang disuruh mengalah

    ReplyDelete
    Replies
    1. kmarin saya br baca buku, pengalaman seorang ibu membesarkan anak2nya... ketika adik merebut barang milik kakak, kakak hrs dibantu untuk mendapatkan haknya, jd adiknya yg dialihkan... kecuali kalau kakaknya mau meminjamkan dengan ikhlas :)
      jd si kakak sebaiknya diajarkan utk berempati bukan utk mengalah krn dipaksa ;)

      Delete
  10. Fiuh, dilematis emang ya jadi anak sulung. Lah itu bapaknya ngapain nguplekin gadget mulu.

    ReplyDelete
  11. Cerita diatas adalah gambaran umum bagaimana perlakuan orang tua/orang dewasa terhadap anak-anak. Tidak heran di arus kehidupan masyarakat yang sangat kompleks seperti sekarang ini kebutuhan psikologis anak sering kali terabaikan, bahkan sama sekaliu luput dari perhatian para orang tua mereka.

    Kita tidak perlu lagi terkaget-kaget melihat begitu banyak berita, entah di televisi atau di berbagai media tentang begitu banya kasus kekerasan terhadap anak. Memang seperti itulah yang terjadi. Sangat jamak.

    Aku tidak mengatakan bahwa semua orang tua/orang dewasa sama seperti cerita si bapak "nakal" di atas. Akan tetapi aku juga sering menyaksikan hal semacam itu. Bagaimanpun juga anak-anak tetaplah anak-anak. Keliru kalau mereka "dipaksa" mengerti apa yang diinginkan orang tua/orang dewasa.

    Peran orang tua dalam membesarkan anak bukan tentang bagaimana menjadi panutan bagi mereka. Bukan pula mendidik mereka dengan keras sebagai alasan untuk mendisiplinkan atau menjadikan mereka bisa "kompetitif" di masa depan. Peran terpenting orang tua adalah tentang bagaimana memperlakukan anak-anak mereka sebagai "manusia", sebab anak-anak juga adalah manusia yang sama seperti bapak-ibunya.

    ReplyDelete
  12. harusnya memperlakukan anak tidak boleh dengan kekerasan :( apalagi masih usia balita gitu... Padahal salah ayahnya sendiri sibuk main ponsel :"D

    ReplyDelete
  13. Gemes ya Mbak.. anaknya balita kok dimarahi... :( harusnya bapaknya yang dimarahi

    ReplyDelete
  14. Tapi adakalanya juga anak bungsu yang kasian secara mental kalau punya kakak sulung pintar. Apa2 dibandingin sama kakak selalu dipersuasikan...

    intinya tetap semua anak sama dengan segala karakternya...:-)

    ReplyDelete
  15. Saya juga anak baru satu, mak. Jadi belum punya pengalaman gimana si sulung :( hanya saja saya setuju, anak harus diperlakukan sama, gak boleh beda-bedain. Tanggung jawab sepenuhnya ada di tangan orangtua.
    Kutipan novelnya selalu suka..

    ReplyDelete
  16. Jadilah orang tua yg adil ke anak-anaknya..

    ReplyDelete
  17. Betul Bu Nathalia . Saya sendiri anak sulung. Betul betul WOW penderitaan saya. Semoga bisa menjadi bahan pengalaman kelak.

    ReplyDelete
  18. Betul Bu Nathalia . Saya sendiri anak sulung. Betul betul WOW penderitaan saya. Semoga bisa menjadi bahan pengalaman kelak.

    ReplyDelete
  19. Secara tidak langsung saya sbg anak sulung merasakan hal yg sama hal kecil saja menjadi hal yg besar dan slalu mengalah..kyak udh kodrat aja semua ank sulung seperti itu karna kbetulan suami dan saya sm2 ank sulung..jd kita jg sdkit bnyak merasakan hal yg sama..serba salah

    ReplyDelete