Thursday, October 25, 2012

Toilet Training Oh Toilet Training

Beberapa bulan menjelang ulang tahun Jav, saya semakin galau. PR saya tampaknya berat, dan sampai sekarang belum terlihat kemajuannya. Menyapih dan toilet training, dua hal itu lah yang membuat saya galau.

Kalau saya ingin menyapih Jav dengan cinta, maka frekuensi menyusui Jav harus dikurangi secara bertahap. Bagaimana saya tidak galau, Jav si nenenholic ini bangun tidur minta nenen, setelah makan minta nenen, sebelum tidur minta nenen, bahkan habis minum susu pun minta nenen! *hahaha*

Lalu toilet training. Tiga bulan yang lalu, saya pernah mengajarkan toilet training pada Jav. Setiap jam, saya ajak Jav ke toilet. Kadang berhasil kadang tidak. Tiap jam mengajak Jav ke toilet, Jav lebih sering tidak pipisnya, malah yang terjadi adalah saya harus berusaha keras untuk membuat Jav mau keluar dari toilet dan berhenti main air *fiuh*. Lagipula setiap Jav pipis,jangankan bilang mau pipis pada saya, memberi isyarat pun tidak, tahu-tahu cloth diaper-nya sudah basah.
    (pernah) Toilet training
Karena setelah dua minggu tidak terlihat adanya kemajuan, saya menjadi uring-uringan. Saya ingin Jav lulus toilet training sebelum berumur dua tahun, agar setelahnya bisa fokus disapih. Melihat saya uring-uringan, suami dan orang tua menghibur saya dan mengatakan bahwa mungkin Jav belum siap.

Belum siap? Tapi usia Jav kan sudah lebih dari 18 bulan. Memang Jav belum lancar berbicara, tapi dia sudah bisa mengungkapkan keinginannya walau lewat bahasa isyarat. Perasaan kecewa melanda saya.

Saya pun mencari tahu berbagai informasi mengenai toilet training dari berbagai sumber, terutama dari website favorit saya, ayahbunda. Dari sana saya mendapatkan beberapa artikel tentang toilet training.

Dan artikel yang cukup menjawab kegalauan saya adalah artikel ini, yaitu enam trik toilet training, diantaranya:
    1. Pastikan balita siap. Hmm usia Jav sudah di atas 18 bulan, dia juga sudah bisa duduk tegak, popoknya bisa kering selama 2-3 jam, dan bisa memahami instruksi sederhana. Jav juga sudah bisa mengatakan keinginannya, tapi memang kalau bilang ingin pipis belum bisa. Mau pipis sendiri juga Jav belum bisa buka celana sendiri.
    2. Biasakan kegiatan toilet. Pengenalan kegiatan di toilet ini sudah sering saya lakukan. Setiap ayah-bundanya ke toilet, Jav juga diajak. Jav juga suka lihat saya buang kotoran dari popoknya di toilet. Saya juga tidak pernah bosan memberi tahu dan membacakan buku tentang pipis di toilet. Jav sepertinya mengerti karena setiap dibacakan, dia akan menunjuk-nunjuk gambar di buku, popoknya, dan toilet. Tapi prakteknya? *menghela nafas*. Jav juga sudah punya celana dalam seperti anak yang lebih besar. Jav sangat senang karena gambarnya tokoh kartun kesukaan dia, Angry Bird dan Shaun the Sheep. Saya memberi tahu Jav supaya celananya jangan sampai basah, tetap saja Jav pipis di celana itu *huhuhu*
    3. Atur jadwal. Setelah beberapa hari saya amati, jadwal siklus pipisnya masih tidak teratur dan sulit diperkirakan.
    4. Pakai cara seru. Kalau tidak ada kemajuan yang signifikan, tampaknya saya harus menggunakan cara ini. Tapi bagaimana ya? Apa Jav sudah cukup mengerti kalau saya memasang papan target yang dapat ditempel stiker?
    5. Beri pujian. Kalau yang ini selalu saya lakukan. Saya selalu menghujaninya dengan ciuman dan tepuk tangan apabila Jav berhasil pipis di toilet, yang bisa dihitung dengan jari *hihihi*. Setiap mengganti popoknya yang basah, saya tidak pernah marah dan tidak bosan mengatakan bahwa pipis itu tempatnya di toilet.
    6. Konsisten. Nah ini yang sulit. Karena kondisi yang kurang kondusif, saya sering tidak konsisten mengajak Jav ke toilet. Misalnya, Jav bangun tidur saat jam makan siang. Kalau saya ajak Jav ke toilet, dia malah nangis sambil bilang "Mamam.. Mamam.." *hihihi*. Akhirnya, di tengah-tengah acara makan, Jav pipis di popoknya *hiks*.

Jav serius baca buku Potty Time
Koleksi celana Jav
Setelah membaca artikel tersebut dan membandingkan dengan kenyataannya, membuat saya merenung. Masalahnya adalah saya belum konsisten. Ternyata belum berhasilnya toilet training ini bukan tentang Jav (terlepas dari kemungkinan bahwa Jav memang belum siap), tapi lebih tentang saya yang belum benar-benar siap dan konsisten membimbing Jav. Syukurlah ada ayahbunda yang sudah memberi pencerahan dan menyadarkan saya.

Akhirnya saat itu saya memutuskan untuk menunda toilet training-nya Jav, tapi tentu saja tetap diberi pengenalan yang intensif tentang kegiatan di toilet sambil terus siaga melihat tanda-tanda kesiapan dari Jav. Kalaupun dipaksakan rasanya percuma karena kami sama-sama belum siap. Mungkin sebaiknya sekarang saya fokus menyapih dulu saja. Mudah-mudahan ini keputusan yang tepat *sambil mengelap keringat setelah mencuci cloth diaper*. Semangat! Saya pasti bisa!


Tumpukan cloth diaper yang mencucinya lumayan membuat pegal 

~~~~~

Tulisan ini diikutkan pada Lomba Menulis Blog Aku dan ayahbunda.

2 comments :