"Assalamualaikum.." aku mengucap salam sambil mengetuk pintu depan rumah Mbah Mis yang tidak tertutup.
"Mbah.. Mbah Mis.." aku pun masuk ke dalam, mencari sang penghuni rumah.
"Mas Pras! Kapan sampai Mas?" Net muncul di belakangku dengan nafas terengah-engah.
"Aku baru saja sampai.. Satu minggu ini aku mengambil cuti, sekalian menengok bayi Mba Rim.." jawabku pada adik sepupuku.
"Bayi Mba Rim....." Net tidak menyelesaikan kalimatnya.
"Ada apa Net?" Mbah Mis akhirnya muncul.
"Bayi Mba Rim..... Bayi Mba Rim meninggal.. Jenazahnya sedang dalam perjalanan menuju kemari dari Rumah Sakit.." kata Net.
"Inna lillahi wa inna ilaihirajiun.." kataku terkejut.
“Inna lillah! Bayi? Bayi apa? Kapan lahirnya kok tiba-tiba sudah ada jenazahnya? Kapan Rim hamil?” Mbah Mis memberondong Net dengan pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba memberondong kepalanya.
"Mba Rim kan sudah melahirkan satu bulan yang lalu Mbah.. Mbah yang waktu itu memandikan bayi Mba Rim sebelum tali pusarnya putus.." Net mengingatkan Mbah Mis.
Mbah Mis terdiam sejenak, kulit di keningnya yang sudah tidak kencang lagi bertambah keriput karena sedang berpikir keras.
"Oalah.. Ghani! Iya Mbah ingat sekarang.. Kok bisa meninggal?" wajah Mbah Mis langsung berubah kalut.
"Tadi malam badannya demam tinggi.. Kemudian tadi pagi Mba Rim dan suaminya membawa Ghani ke Rumah Sakit.. Tapi terlambat, nyawa Ghani tidak tertolong.." Net menjelaskan.
"Kasihan sekali Mba-mu.. Mbah mau ke rumah Rim sekarang, mempersiapkan semuanya.. Kamu tolong bantu jemur cucian Mbah dulu di belakang ya.." Mbah Mis bergegas memakai sendalnya.
"Iya Mbah.." jawab Net.
"Tunggu sebentar Mbah.. Saya ikut!" kataku.
"Oiya.. Mbah sampai lupa kalau ada tamu.. Ada perlu apa Mas? Bicaranya sama cucu Mbah saja ya.." lalu Mbah Mis pun pergi meninggalkan kami.
Mendengar kata-kata Mbah Mis membuat aku shock.
Mendengar kata-kata Mbah Mis membuat aku shock.
"Sepertinya Mbah Mis sudah tidak mengenal Mas Pras.. Akhir-akhir ini Mbah Mis memang sering pikun.. Apalagi Mas Pras sudah bertahun-tahun tidak menemuinya.." jelas Net menjawab kebingunganku.
Hatiku terasa rontok seketika. Bagaimana mungkin Mbah Mis bisa sampai lupa padaku? Pada cucu kesayangannya? Mungkin inilah balasan atas kesibukan pekerjaanku yang tidak ada habisnya, sehingga membuatku terpaksa mengabaikan beliau selama bertahun-tahun.
~~~~~
walah, kasian cucu mbah Mis
ReplyDeleteiya.. kualat kali hehe..
DeleteOoh mbah mis nya sudah pikun ya, bisa aja mba cari ide cerita nya :)
ReplyDeleteiya maklum Mbah Mis-nya udah tua hehe..
Deletemakanya.... sering-sering pulang dong Pras :D
ReplyDeletebener mba.. jangan cuma ngirim uangnya aja ya :)
Deletehihihi bisaan idenya mbak...pikun, bisa jadi cerita. :-)
ReplyDeletetiba2 kepikiran aja :D
Deletepandai2 bagi waktu jgn sampai lupa keluarga ya...........hehehe bagus ceritanya
ReplyDeleteiya.. itu moral ceritanya :)
Deleteyayy,,, sebenarnya sempat juga punya ide ini mau membuat Mbah Misnya pikun. Tapi susah banget mau nyelesainnya. Terpaksa ganti haluan.. :)
ReplyDeletekeren deh Mak ceritanya...
Penyakit tua, gampang ingat gampang lupa.
ReplyDeleteSips ceritanya mak :)
iya.. yang muda harus maklum :)
Deletekeren idenya mak ...Orang tua seperti Mbah Mis memang kadang pikun ya
ReplyDeleteiya.. harus diingetin terus :)
Deletetersenyum simpul membacanya. kaciaaaaan deh, Pras :D
ReplyDeleteiya malang bener nasibnya hihihi..
Deletehihihi...penyesalan cucunda yang belum terlambat kali (kalo ketemu embahnya,lagi ya.Minta maaf sambil sungkem) :)
ReplyDeleteiya betul :)
Deletecuman Pras-nya masih kaget hihi..
koment ku tadi mana ya? hihi
ReplyDeletega ada komennya mba..
Deletedi email notification juga ga ada..
komen lagi atuh mba :D
kesian banget, mbah mis mbah mis
ReplyDeletesalam kenal
pesan moralnya kena banget ini.. orang yg udah tua emang gampang lupa, tambah lagi anak2 n cucu2nya jarang jenguk, apalagi baisanya pada tinggal di kota, jauh dari kampung.. kasian mbah mis :(
ReplyDeletesyukur kalo pesan moralnya bisa kena :)
DeleteAish.. :D
ReplyDeleteMbahnya lupaa.. :D
iyahhh.. :D
Deletemenyimak
ReplyDeletesilakan :)
Deletebener yaaa mbak, smakin tua smakin uzur mudah pikun.
ReplyDeleteyang muda harus sabar dan maklum :)
Deletehihihihihi padahal ke lain2nya inget, eeeh, ke putu dewe lali. jadi inget mbah dheku, ke ponakannya sendiri lupa, ke suami ponakane koq ileng :D
ReplyDeletesuami keponakannya mempesona mungkin? hehe..
Delete