Sunday, July 21, 2013

Cinta Matiku

Ibu meletakkan semangkuk sup ayam panas dan segelas susu hangat di meja makan di hadapanku.

"Makan dulu Ras." ucapnya sambil duduk di sebelahku. 


Aku melirik Ibu dengan pandangan mata tajam. Beberapa hari terakhir ini aku memang sedang tidak enak badan. Dan di hadapan Aryo, Ibu sibuk menyediakan segala kebutuhanku. Namun aku tidak sudi menyentuh makanan buatannya. Aku tidak peduli meskipun sejak tadi Aryo memperhatikanku dari seberang meja.

"Dimakan supnya." ucap Aryo. 


"Enggak nafsu!" jawabku sambil mendorong mangkuk sup itu menjauhiku.


"Dimakan sedikit aja. Ibu udah sengaja masakin ini buat kamu!" kata Aryo sambil mendorong mangkuk sup itu kembali mendekatiku.

"Aku enggak mau Mas!" jawabku kesal.

"Udah enggak usah dipaksa Yo." kata Ibu sambil tersenyum lembut.


Huh! Aku pergi meninggalkan meja makan dan masuk ke dalam kamar.


Aryo segera mengejarku. "Kamu kenapa sih?! Bukannya berterimakasih sama Ibu, malah bersikap dingin begitu!" tanyanya.


"Aku enggak mau tinggal serumah sama Ibu!"


"Tapi dia ibuku!"

"Iya, tapi aku enggak nyaman tinggal serumah sama Ibu! Pokoknya aku mau kita pindah!"

"Enggak nyaman bagaimana? Ibu sangat perhatian sama kamu! Dan soal pindah rumah, bukankah aku sudah mengatakan berkali-kali, aku tidak mungkin meninggalkan Ibu sendiri!"


Aku diam. Kesal.

"Aku pergi ya. Kamu istirahat dulu. Dan coba untuk tidak membuat jarak dengan Ibu." katanya sambil memelukku.

"Tap.." aku tidak sempat membantah karena Aryo langsung mencium bibirku. Lagipula, percuma beradu pendapat dengan Aryo. Apa pun yang aku katakan, dia pasti membela ibunya.


"Hati-hati ya Mas." ucapku saat mengantar kepergian Aryo. Bibirku mencoba untuk tersenyum, tapi hatiku tidak. Baiklah, bila Aryo tetap bertahan dengan keputusannya, biar aku yang bertindak.


~~~


Aku meletakkan semangkuk bubur ayam panas dan segelas teh manis hangat di meja di sebelah tempat tidur Aryo.

"Makan dulu." ucapku sambil membuka jendela kamar. Udara segar pun menyusup ke dalam ruangan.


Aryo bergeming. Tubuhnya masih memunggungiku. Aku menghampirinya, menyentuh dahinya, suhunya normal. Aryo baru saja kehilangan orang yang sangat dicintainya. Sepertinya lebih baik kutinggalkan dia sendiri dulu. Namun tiba-tiba Aryo menahan tanganku.


"Tolong maafkan Rasti, Bu." ucapnya.


"Sudahlah, tidak usah kamu permasalahkan." jawabku sambil duduk di sebelahnya.


"Saya mohon Bu... Maafkan Rasti atas sikap kasarnya pada Ibu, agar dia tenang di alam sana..." katanya sambil berbalik ke hadapanku.


Aku menghela nafas.


"Saya sangat mencintai Rasti, Bu... Maafkan Rasti ya..." katanya mulai terisak.


Aku memeluknya. "Iya, Nak." jawabku sambil menepuk-nepuk punggungnya.


"Yen ing tawang ana lintang, cah ayu... Aku ngenteni tekamu... Marang mego ing angkoso, nimas... Takokke pawartamu...*)" aku menyenandungkan lagu itu sambil mengusap-usap kepala Aryo. Seperti yang kulakukan sejak Aryo masih bayi. 

"Janji-janji aku eling, cah ayu... Sumedhot rasane ati... Lintang-lintang ngiwi-iwi, nimas... Tresnoku sundhul wiyati...*)" aku terus menyenandungkan lagu itu sambil tetap mengusap-usap kepala Aryo. Seperti yang kulakukan ketika pacar Aryo sebelumnya, Anggi, Citra, dan Laras tiba-tiba menghilang.


Dan kini Aryo harus kehilangan istrinya. Rasti... Gadis yang cantik dan berhati lembut. Sayang nasibnya begitu malang, aku terpaksa mendorongnya dari atas tangga ketika dia hendak minggat dari rumah ini. Ya sudahlah, yang penting kini Aryo bisa kembali ke dalam pelukanku. Tidak ada yang dapat merebutmu lagi dariku, anakku. Cinta matiku.

~~~~~ 

500 kata

*) Lagu yang dipopulerkan oleh Waldjinah ini, diciptakan Andjar Any pada tahun 1964 ketika sedang berada di rumah sakit, menanti kelahiran putrinya. (Sumber)

Yen Ing Tawang Ana Lintang (Jika di Langit Ada Bintang)


Yen ing tawang ana lintang, cah ayu (Jika di langit ada bintang,sayang)
Aku ngenteni tekamu (Kunanti kehadiranmu)
Marang mega ing angkasa, nimas (Kepada mega di angkasa, sayang)
Sun takokne pawartamu (Kutanyakan kabar beritamu)

Janji-janji aku eling, cah ayu (Semua janji kuingat, sayang)
Sumedot rasaning ati (Nyaris putus asa di hati ini)
Lintang-lintang ngiwi-iwi, nimas (Bintang-bintang memanggil-manggil, sayang)
Tresnaku sundhul wiyati (Cintaku sepenuh hati)

Dhek semana janjiku disekseni (Kala itu, janjiku disaksikan)
Mega kartika kairing rasa tresna ati (Langit dan bintang, teriring rasa cinta di hati)

Yen ing tawang ana lintang, cah ayu (Jika di langit ada bintang, sayang)
Rungokna tangising ati (Dengarkan tangis dalam hati)
Binarung swaraning ratri, nimas (Bersama suara malam, sayang)
Ngenteni mbulan ndadari (Menanti bulan purnama)

Ditulis dalam rangka menjawab tantangan Monday Flashfiction Prompt #21: Cinta Matiku

30 comments :

  1. Dih, licik banget ibunya. Sok-sokan baik padahal busuk.

    ReplyDelete
  2. keren mbak :) ikutan audisi FF aja hehe

    ReplyDelete
  3. Kelewatan bgt sih nih ibu.. *saya jadi sewot* :D

    ReplyDelete
  4. Waaahhhh... twistnya keren banget. Bagusssss... aku ikut emosi baca FF ini. Kereeennnn

    ReplyDelete
  5. wew...keren ceritanya. nendang banget ini mbak. ibunya psycho abis..

    ReplyDelete
  6. Ibunya (terlalu) posesif.. :(

    Serem..

    *Ngebayangin jadi mantunya.

    Naudzubillah..

    ReplyDelete
  7. suerrreeem hiii T_T,kayaknya bakal lebih ma' gleg lagi kalo kenyataan bahwa yg mbunuh si mantu inih emaknya dikasi tau pas paragraf terakhir yah? :D

    ReplyDelete
  8. Alamak, jadi serem mbak kalo mau serumah sama mertua >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. aduh, jangan serem mba..
      smoga ini cuman ada di cerita fiksi :D

      Delete
  9. meski ada dua POV tapi ceritanya mengalir lancar. Good job! :)

    ReplyDelete
  10. Bibirku mencoba untuk tersenyum, tapi hatiku tidak. Baiklah, bila Aryo tetap bertahan dengan keputusannya, biar aku yang bertindak.

    Ini bikin aku ngganjel, apa yang dilakukan "aku" untuk menghadapi ibu mertuanya? Kupikir paragraf selanjutnya akan dijelaskan ternyata tahu-tahu sudah dibunuh saja. IMO, akan lebih cerita akan berfungsi dengan baik kalau mengurangi lirik lagu dan tambahkan konflik "aku" dan ibu mertuanya agar ada kesinambungan dengan ending. Biar nggak ada patahan.




    ReplyDelete
    Replies
    1. yang dilakukan aku baru ketauan di bawah mba, karena suaminya ga mau pindah, jadi dia aja yang mau pindah (kabur) sendiri "Sayang nasibnya begitu malang, aku terpaksa mendorongnya dari atas tangga ketika dia hendak minggat dari rumah ini."

      makasih banyak ya mba :)

      Delete
    2. ah iya, bacanya sambil kriyep2 semalam. aku suka ini.

      Delete
  11. duh gak kebayang punya ibu kaya gitu :)

    ReplyDelete
  12. Wah tdnya kupikir rasti nya yg bakal bunuh bumer nya..eh ternyta malah sebaliknya..mantap mba:)

    ReplyDelete