Hampir semua negara di ASEAN, telah membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke negaranya, namun tidak dengan Myanmar. Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Perlu atau tidak visa bagi perjalanan wisata?
Kemudahan akses merupakan salah satu faktor penting dalam industri pariwisata. Dalam rangka mengembangkan pariwisata berbasis kawasan di Asia Tenggara, sejak akhir tahun 2010 para pemimpin ASEAN telah sepakat untuk membebaskan pengurusan visa bagi wisatawan di negara-negara ASEAN. Bahkan, ASEAN merencanakan program satu visa bagi wisatawan dunia yang akan mengunjungi negara-negara ASEAN. Sebuah program yang patut diacungi jempol.
Sayangnya, saat negara-negara ASEAN sudah sibuk membahas wacana satu visa, Myanmar justru masih mensyaratkan visa bagi wisatawan yang ingin mengunjungi negaranya, termasuk wisatawan dari negara-negara ASEAN.
Meskipun sudah merdeka sejak tahun 1948, namun Myanmar bagaikan bayi yang baru lahir. Dipimpin oleh pemerintahan junta militer yang keras dan disiplin sejak tahun 1988, gelombang demonstrasi yang terus menerus, serta konflik antar etnis membuat Myanmar mengisolasi diri dari dunia luar. Walaupun kini Myanmar sudah mulai membuka diri, namun karena selama puluhan tahun negara tersebut diwarnai kekerasan dan ketidakadilan, tentu wajar jika Myanmar cukup selektif untuk mengijinkan orang asing masuk ke negaranya, termasuk wisatawan.
Sumber |
Kenapa ya, berwisata ke Myanmar tidak cukup dengan mengandalkan paspor saja? Paspor berbeda dengan visa. Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di suatu negara yang berisi identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan antar negara. Sedangkan visa adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di suatu negara yang berisi izin untuk masuk ke negaranya. Visa berisi biodata, masa berlaku visa, dan jenis visa.
Paspor tidak dapat menggantikan visa. Perlu atau tidaknya visa bagi perjalanan wisata merupakan kebijakan dari masing-masing negara. Myanmar berhak untuk memberlakukan visa sebagai syarat untuk memasuki negaranya. Para wisatawan, sebagai tamu tentunya harus menghargai kebijakan tersebut.
Coba kita analogikan wisatawan dan Myanmar sebagai tamu dan tuan rumah, serta paspor sebagai tingkat ketampanan. Mau tamunya setampan Brad Pitt, kalau tuan rumahnya menolak kedatangan tamu karena sedang lelah setelah semalam baru pulang dari luar kota misalnya, ya si Brad Pitt enggak bisa maksa dong. Namanya juga tamu, ya harus menghargai yang punya rumah. Mungkin si Brad Pitt harus memenuhi syarat dari tuan rumah dulu, bertamu keesokan harinya, misalnya. Apabila tamu dan tuan rumah sama-sama nyaman, maka hubungan baik pun akan selalu terjaga.
Lagipula, mendapatkan visa Myanmar tidak sulit kok. Syaratnya tidak terlalu banyak dan rumit, serta tidak membutuhkan waktu yang lama. Mereka juga tidak terlalu selektif sehingga harus banyak menolak pengajuan visa. Apalagi, sejak Mei tahun 2010, Myanmar sudah memberlakukan Visa on Arrival, meskipun biayanya sedikit lebih mahal. Yaitu di bandara Yangon dan Mandalay.
Sejak membuka diri pada dunia luar, dua tahun belakangan ini, Myanmar banyak dikunjungi wisatawan asing. Hal ini membuat Myanmar lebih serius menangani pariwisata di negaranya. Myanmar Tourism Federation telah membentuk divisi internasional yang khusus bertugas untuk menarik wisatawan asing. Rencananya, untuk mempersiapkan peningkatan jumlah wisatawan asing pada tahun 2015 nanti, Bandara Internasional Yangon akan diperluas dan hotel berbintang pun akan diperbanyak. Bahkan sejak tahun 2012, Ministry of Hotels and Tourism Myanmar telah meluncurkan e-visa. E-visa ini baru dapat dimanfaatkan oleh wisatawan dari negara-negara di Asia Tenggara.
So, meskipun memerlukan visa, tidak ada alasan kan untuk tidak berwisata ke Myanmar. Syarat pengajuan visanya semakin dipermudah. Dan wisatawan pun dijamin akan terpukau dengan kemilau warna keemasan yang menghiasi seluruh penjuru negara seribu pagoda ini.
Yangon (sumber) |
Mandalay (sumber) |
Bagan (sumber) |
Inle Lake (sumber) |
Yuk, kita dukung Myanmar agar semakin siap membuka diri pada dunia luar. Sehingga kita dapat maju bersama menghadapi ASEAN Community tahun 2015 nanti.
Referensi:
- http://blupbloop.blogspot.com/2011/04/paspor-vs-visa.html
- http://detik.com/news/read/2012/01/12/233303/1814290/10
- http://firaabdurachman.blogspot.ie/2013/05/myanmar-adalah-satu-satunya-negara.html/2013/05/myanmar-adalah-satu-satunya-negara.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Paspor_Indonesia
- http://listonforindonesia.blogspot.com/2013/05/myanmar-tourism-shines.html
~~~
Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba blog #10daysforASEAN hari ke-4.
sukses sis untuk kompetisi blognya...
ReplyDeletebtw, your blog design is so sweet,
ditunggu kunjungan baliknya
http://t.co/zzeHlPyLBJ
Nice! :-)
ReplyDeleteSetuju. Myanmar memang penuh daya tarik. Alamnya masih sangat alami. :)
ReplyDeletesetujuuu.... aku kalau Brad Pitt datang ke rumahku, gak akan aku bukain pintu kalau angelina jolie ada di sampingnya. sebagai tuan rumah yang baik, aku ingin tamuku hanya memandang aku saja ah.. kalo ada si jolie bisa kalah pamorku sebagai tuan rumah..hehehe... *malah ngebahas brat pitt-nya
ReplyDeleteNice piece of content for Myanmar
ReplyDeleteAgree: Lagipula, mendapatkan visa Myanmar tidak sulit kok. Syaratnya tidak terlalu banyak dan rumit, serta tidak membutuhkan waktu yang lama. Mereka juga tidak terlalu selektif sehingga harus banyak menolak pengajuan visa. Apalagi, sejak Mei tahun 2010, Myanmar sudah memberlakukan Visa on Arrival, meskipun biayanya sedikit lebih mahal. Yaitu di bandara Yangon dan Mandalay.
ReplyDelete