Semester ini, kegiatan kajian pola asuh di sekolah Jav yang diadakan pada hari Minggu, 13 Maret yang lalu mengundang Dr. H. Tauhid Nur Azhar. Beliau adalah ahli mikrobiologi, dan pada kesempatan kali ini menyampaikan materi dengan judul "Mengembangkan Tumbuh Kembang Buah Hati dengan Pendekatan Ruhiyah dan Neurosains". Jadi, ketika anak-anak sedang menikmati kegiatan "Odong-Odong Dongeng", kami para ayah bunda berusaha menyerap ilmu dari Dr. Tauhid.
Saya sendiri baru saat itu mendengar istilah tentang neurosains. Tampak keren, hehehe.... Makanya, antusias banget dong mengikuti acara ini. Berharap mendapatkan wawasan baru untuk menambah modal dalam mengasuh Jav.
Dr. Tauhid membuka materinya dengan mengingatkan kami bahwa sekarang ini banyak sekali metoda pola asuh yang bisa dipelajari oleh orang tua. Bahkan bukan hanya metoda pola asuh, pedagogi pun kini banyak macamnya, sehingga menambah tugas orang tua ketika memilih sekolah untuk anaknya. Semuanya terlihat menarik, semuanya terlihat menjanjikan. Namun justru karena hal itulah orang tua malah menjadi semakin bingung.
Menurut beliau, semua metoda tentu memiliki tujuan yang baik. Namun sebagai seorang Muslim, sebaiknya kita menerapkan pola pengasuhan yang sesuai dengan Al-Quran. Jadi, yang dimaksud dengan pendekatan ruhiyah dan neurosains pada materi ini yaitu pola pengasuhan yang sesuai dengan fitrah anak. Pendekatan ini mengajak orang tua untuk memahami bahwa perilaku dan karakter anak dipengaruhi oleh DNA.
Jujur, saya agak terengah-engah mengikuti penjelasan dari Dr. Tauhid. Banyak istilah-istilah dari masa lalu (zaman SMA) dan sudah lama saya lupakan yang tiba-tiba muncul kembali. Seperti asam nukleat, kromosom, mitokondria, dan lain-lain. Untungnya Dr. Tauhid ini suka becanda, jadi enggak serius-serius amat :D
Dari yang saya tangkap sih intinya karakter dan perilaku anak itu terintegrasi dengan sistem reproduksi orang tua. Makanya, faktor keturunan memberikan saham yang paling dominan pada tumbuh kembang anak. Tentu saja lingkungan juga mempengaruhi, tetapi tidak sebesar faktor genetik dan pola pengasuhan.
Begini penjelasan singkatnya. Pada saat pembuahan, seorang anak menerima setengah pasang kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari ibu. Kromosom tersebut terdiri dari untaian DNA yang disusun oleh gen pembawa informasi penurunan sifat. Kurang lebih terdapat 35.000 sifat, baik fisik (jasadiyah) maupun karakter (akliyah, kognitif, dan psikomotorik). Oleh karena itu, anak merupakan representasi ayah dan ibunya, karena membawa sifat yang mereka turunkan.
Lalu bagaimana cara mengoptimalisasi gen baik pada anak kita? Dimulai sejak seorang calon ayah mencari jodoh, yaitu dengan cara memilih calon ibu yang baik. Kenapa? Karena pada saat pembuahan, sel sperma hanya menyumbangkan DNA (inti kromosom) saja. Setelah berhasil mencapai telur, ekornya memisahkan diri dan hanya intinya yang melebur dengan sel telur. Sedangkan wanita, mewariskan juga sifat lain di luar kromosom. Jadi, dari 100% sifat yang dimiliki anak, sebenarnya ayah hanya menyumbang 25% dan ibu menyumbang 75%. Makanya hubungan sifat ibu dan anak sangat dominan.
Saya langsung melirik ayahnya Jav yang duduk di depan. Semoga beliau enggak menyesal memilih saya sebagai istri dan ibu dari anaknya, heuheu....
Setelah konsepsi, optimalisasi dilanjutkan ketika ibu sedang mengandung. Kondisikan agar ibu selalu bahagia. Perhatikan pola makannya, harus selalu mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Berikan perhatian ekstra. Dan kalau ada masalah, seorang ibu harus berusaha untuk selalu sabar. Jangan sampai stres sehingga membuat produksi hormon kortisolnya meningkat. Hormon kortisol dapat memberikan dampak buruk bagi bayi yang sedang dikandung, baik fisik maupun psikologisnya.
Ketika bayi sudah lahir, berikan ASI. ASI sangat penting bukan hanya karena nutrisi yang terkandung di dalamnya. Namun karena ketika memberi ASI, pelukan dan sentuhan dari ibu dapat membuat sel-sel syaraf anak terkoneksi dengan baik. Jumlah koneksi pada sel syaraf akan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengolah informasi.
Lalu ketika anak memasuki usia balita, berikan stimulus untuk mendukung tumbuh kembangnya. Sebaiknya anak jangan dulu diajarkan calistung dan huruf hijaiyah, kecuali kalau anaknya memang suka dan disampaikan dengan cara yang menyenangkan. Apabila anak melaksanakan kegiatan tersebut tanpa keinginan/motivasi dari dalam dirinya, maka ketika dewasa akan terjadi penolakan seperti bosan kuliah, dan lain-lain. Pada usia balita, yang paling penting yaitu melatih kemampuan basic life skill seperti mengenal dan mengendalikan emosi, membaca ekspresi, menumbuhkan sikap empati, serta belajar berkomunikasi.
Sayang sekali, karena Dr. Tauhid datang terlambat, membuat jatah waktu penyampaian materi menjadi berkurang. Namun untungnya masih ada jatah waktu untuk tanya jawab. Ada lima orang tua yang saat itu menyampaikan unek-unek dan berharap mendapatkan pencerahan dari Dr. Tauhid.
Pertanyaan pertama, mengenai cara mendidik anak yang memiliki daya tahan psikologis rendah.
Daya tahan psikologis berbeda dengan daya tahan tubuh. Yang dimaksud dengan daya tahan psikologis adalah resiliensi, yaitu kemampuan menghadapi berbagai tekanan dari luar. Anak yang resiliensinya rendah, biasanya mudah bosan, mudah kecewa, dan kufur nikmat. Anak yang seperti ini biasanya lahir di tengah keluarga bahagia dan selalu dimanja. Cara melatihnya yaitu dengan tidak memberikan ASI di bawah 2 jam (ketika masih bayi), sehingga anak terbiasa untuk membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Ketika sudah memasuki usia balita, biasakan untuk belajar mandiri, misalnya menyiapkan pakaian sendiri. Latihan beladiri, kursus musik, atau apapun juga bagus. Yang penting anak memahami bahwa untuk mencapai prestasi tertentu diperlukan ketekunan dan kesungguhan.
Pertanyaan kedua, mengenai kemungkinan perubahan sifat buruk pada anak yang sudah berusia belasan tahun.
Tenang, sifat bisa diubah. Namun untuk detailnya tergantung pada sifat apa yang perlu diubah dan melalui apa (bisa melalui sentuhan, makanan, dan lain-lain).
Pertanyaan ketiga, hmmm hmmm merupakan pertanyaan dari ayahnya Jav, mengenai sifat Jav yang suka melawan apabila dilarang atau diberitahu.
Anak yang suka melawan adalah ciri anak yang cerdas karena menunjukkan bahwa perkembangan otaknya baik. Anak cerdas merupakan konsekuensi dari orang tua yang cerdas. Cie cie, dipuji nih, hihihi.... Oleh karena itu, energi anak yang besar tersebut harus dikanalisasi. Anak yang seperti ini enggak bisa langsung dilarang. Namun harus disertai dengan sentuhan dan dialog.
Pertanyaan keempat, mengenai pelarangan penggunaan kata 'jangan' pada anak.
Penggunaan kata 'jangan', bukan hanya soal boleh atau tidak, tetapi soal kapan dipakainya. Untuk anak, lebih baik memang menggunakan pendekatan empatik dengan cara yang persuasif.
Pertanyaan terakhir, mengenai keinginan atau cita-cita orang tua terhadap anaknya.
Sebagai orang tua, kita hanya bisa berdoa dan berusaha berdialog dengan anak secara diplomatis. Orang tua boleh mengungkapkan cita-citanya, namun tidak boleh kecewa ketika ternyata anak memilih cita-cita yang lain. Orang tua harus bisa ikhlas serta menasihati anak dengan tulus.
Sebenarnya saya belum puas, masih ada yang mengganggu di pikiran. Tapi bagaimana lagi, waktunya sudah habis. Akhirnya acara ditutup dengan doa dan foto bersama.
![]() |
Foto bersama Dr. Tauhid dan para ayah |
numpang belajar juga ah hehe
ReplyDeleteSip ;)
Deletesama teh, ceu, mbak saya juga numpang belajar disini.
ReplyDeleteMangga :)
DeleteWah, ilmunya bermanfaat banget. Ternyata banyak hal yang mempengaruhi. Hm ....
ReplyDeleteIya, begitulah :)
DeletePola asih, asuh, dan asah memang selalu berkembang. Orangtua tak bisa lagi memaksakan kehendaknya tetapi juga jangan terlalu kendor agar anak tetap terkendali dengan baik.
ReplyDeleteSalam hangat dari Jombang
Iya pakde :)
DeleteHmmm jadi nambah ilmu baru lagi nih.
ReplyDeleteSama ya :)
Deletesebenrnya bukan melawan jga ya mbak, karena ingin serba tau
ReplyDeleteEnggak nurut :D
Deleteartikel yg bagus, terus berkarya ya Mbak, sukses selalu deh, hehehe
ReplyDeleteMakasih
Deletejadi sekarang yang penting pendekatannya. setelah habis dibilangin jangan begini kemudian disertai penjelasan kenapa jangan begini dan apa akibatnya jika tetap melakukannya ya... Pendekatannya itu yang suka bingung
ReplyDeleteIya mba, teoriny sih bgitu, tp pas praktik tetep aja susah :D
DeleteCie cie ... begitulah nasib orang cerdas. Btw, anak2 saya begitu juga deh kayaknya *hihi ikut2an*
ReplyDeleteKaget jga baca yang daya tahan psikologisnya rendah. Iya ya nenar juga. Kalau terlalu dimanja, anak tdk punya tantangan, semuanya lempeng2 saja. Dan memang bisa jadi kufur nikmat.
Klo mba niar sih udah jelas lah, anak2nya memaang cerdas, ibunya keren begitu :)
DeleteASI ternyata tak hanya baik untuk kesehatan bayi tapi juga perkembangan otaknya. Kalau saya ngasih ASI buat Raisa sih awalnya biar hemat aja gak perlu beli susu formula hihi
ReplyDeleteYup... hemat itu bonus :D
Deletewah bagus sekali nich artikelnya, saya juga berkali-kali diingatkan oleh suami tentang Faiz yang selalu melawan dan tidak bisa berhenti bergerak, katanya cape kalau diam. Bahwa semua itu akan berubah seiring pertumbuhannya dia, juga otaknya memang sedang ingin mengeskplorasi...siip dech
ReplyDeleteIya mba... Jav jg gitu... Klo d rumah sih gapapa... Tp klo di tempat umum, saya suka pusing hihihi...
DeleteLaki-laki mah bisanya nyari duit, klo suruh ngasuh anak malah anaknya jadinjagoan saat besar nanti...
ReplyDeleteNyari duit memang tugas laki2, perempuan tugasnya melahirkan & menyusui...
DeleteMengasuh & mendidik anak? Tugas berdua dong :)
yaa, setuju bngt
ReplyDeleteASI itu bukanhanya bagus tapi anjuran untuk bayii
Iya :)
DeleteMateri2 yang dibawakan ust Tauhid emang selalu keren.
ReplyDeleteUdah sering ya? Saya br sekali kemarin...
DeleteSelain genetik, sifat dan karakter anak memang terbentuk secara perlahan melalui pola asuh dan lingkungan ya mbak. Kalau genetik... hihi kita udah pasrah kan sudah terjadi :D Nah pola asuh dan lingkungan masih bisa kita pelajari.
ReplyDeleteMakasih sharignya mbak, berguna untuk emak2 serupa kita ini.
Sama2 :)
DeleteNah teh kadang kalau bilang soal pola asuh tuh saya mendadak galau. Karena io terlalu kecil untuk sekolah tapi kalau di rumah terus kasian. Huhu masih belajar nih, makasih ya teh share nya
ReplyDeleteSekolahny jg bukan belajar calistung kan? Tp belajar bersosialisasi sambil main...
DeleteJadi 75% dari ibu yaaak. haha...pantesan mama saya bilang klo anak2 y pintar..sapa dulu dong mamanya. xixixi. deuu ngalem dewek #mintadikeplak.
ReplyDeleteHihihi...
Deletekadang reflekx menggunakan kata janga, padahlatidak baik ya.
ReplyDeleteTergantung sikon sih ya mba
Deleteemang ibuk yang mendominasi untuk anak yang akan dilahirkan. klo bapak mungkin 30 porsennya. tpi wahullahualam lah
ReplyDeleteDokter Tauhid mmg keren..bbrp kali sempat mendengarkan veramah blio....seneng ada dokter pintar plus agamanya jg bagus :)
ReplyDelete